mimpi yang kembali menghantui
Bab 21: Mimpi yang Kembali Menghantui
Beberapa minggu setelah mimpi buruknya, Rina kembali didatangi mimpi yang sama. Bayangan hitam itu kini tampak lebih dekat dan lebih mengancam. Ia bisa merasakan hawa dingin yang menusuk dan mendengar bisikan lirih yang penuh kebencian memanggil namanya. Rina terbangun dengan ketakutan yang mencengkeram, menyadari bahwa ancaman itu belum sepenuhnya hilang. Ia menceritakan mimpinya kepada Bayu dan Mbah Wiryo.
Mbah Wiryo menjelaskan bahwa mimpi itu adalah pertanda bahwa entitas yang terikat dengan slendang ungu belum sepenuhnya musnah. Ia mungkin sedang mencari cara untuk kembali dan membalas dendam. Mbah Wiryo menyarankan Rina untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat perlindungan spiritualnya.
Bab 22: Kejanggalan di Pasar Batik
Bisnis batik keluarga Pranowo mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran lagi. Pesanan semakin sepi, dan para pelanggan lama menghilang tanpa alasan yang jelas. Ibu Lestari merasa sangat khawatir dan mulai menyalahkan dirinya sendiri. Ia takut bahwa kembalinya kesengsaraan ini adalah hukuman atas perbuatannya di masa lalu.
Rina yang membantu ibunya di pasar batik juga merasakan kejanggalan. Beberapa pedagang lain yang dulu bersikap ramah kini terlihat menjauhinya. Ia juga mendengar bisikan-bisikan aneh di antara para pedagang, seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang buruk tentang keluarganya.
Bab 23: Kedatangan Tamu Misterius
Suatu sore, seorang lelaki berpakaian serba hitam datang ke rumah keluarga Pranowo. Ia mengaku sebagai utusan dari seorang kolektor barang antik yang tertarik dengan beberapa kain batik kuno milik keluarga Pranowo. Lelaki itu bersikap sangat sopan namun memiliki tatapan mata yang dingin dan menusuk.
Ibu Lestari merasa curiga dengan kedatangan tamu misterius itu. Ia merasakan aura yang tidak menyenangkan dari lelaki tersebut. Namun, karena sedang membutuhkan uang, ia terpaksa menerima tawaran lelaki itu untuk melihat koleksi batik mereka.
Saat lelaki itu melihat-lihat kain batik kuno mereka, ia tampak sangat tertarik dengan salah satu kain yang berwarna ungu tua dengan motif yang aneh. Ia menawarkan harga yang sangat tinggi untuk kain tersebut. Ibu Lestari merasa ragu untuk menjualnya karena kain itu merupakan salah satu peninggalan berharga dari keluarga mereka.
Bab 24: Pertanda Buruk dalam Batik
Rina yang memperhatikan gerak-gerik lelaki misterius itu merasa ada sesuatu yang disembunyikannya. Malam harinya, Rina diam-diam melihat kembali kain batik ungu tua yang diminati oleh lelaki itu. Ia menemukan sebuah simbol aneh yang tersembunyi di balik lipatan kain.
Dengan bantuan Bayu, Rina mencoba mencari tahu arti dari simbol tersebut. Mereka menemukan informasi bahwa simbol itu adalah simbol kuno yang sering digunakan dalam praktik ilmu hitam dan memiliki kaitan dengan pemanggilan makhluk halus. Mereka semakin yakin bahwa lelaki misterius itu bukanlah kolektor barang antik biasa.
Bab 25: Teror di Rumah Tetangga
Malam harinya, teror kembali menghantui desa mereka. Rumah salah satu tetangga keluarga Pranowo tiba-tiba terbakar hebat. Seluruh keluarga tetangga itu tewas dalam kejadian tragis tersebut. Warga desa menjadi panik dan ketakutan.
Rina dan Bayu merasa ada keterkaitan antara kejadian ini dengan kembalinya bayangan hitam dalam mimpi Rina dan kedatangan lelaki misterius. Mereka menduga bahwa entitas yang terikat dengan slendang ungu sedang mencari tumbal baru untuk menggantikan perjanjian yang telah rusak.
Bab 26: Lelaki dengan Mata Dingin
Rina dan Bayu mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang identitas lelaki misterius itu. Mereka bertanya kepada beberapa pedagang di pasar batik, namun tidak ada yang mengenalnya. Mereka kemudian memutuskan untuk mencari informasi ke kota terdekat.
Setelah melakukan penyelidikan, mereka akhirnya menemukan informasi bahwa lelaki itu adalah seorang pengikut ilmu hitam yang dikenal memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk halus. Mereka semakin yakin bahwa lelaki itu sedang berusaha untuk mendapatkan kembali kekuatan entitas yang terikat dengan slendang ungu melalui kain batik kuno keluarga mereka.
Bab 27: Rencana Licik
Lelaki misterius itu kembali datang ke rumah keluarga Pranowo dengan membawa tawaran yang lebih menggiurkan untuk kain batik ungu tua tersebut. Ibu Lestari yang sedang terdesak kebutuhan ekonomi hampir saja menerima tawaran itu.
Namun, Rina berhasil meyakinkan ibunya untuk tidak menjual kain itu. Ia mengatakan bahwa ia memiliki firasat buruk tentang lelaki tersebut dan kain batik itu mungkin memiliki nilai yang lebih dari sekadar uang. Lelaki itu tampak kecewa dan marah, namun ia berusaha menyembunyikannya di balik senyum sinisnya.
Bab 28: Warisan Sang Kakek
Setelah lelaki misterius itu pergi, Ibu Lestari menceritakan kepada Rina bahwa kain batik ungu tua itu adalah warisan dari kakeknya. Kakeknya adalah seorang tokoh spiritual yang disegani di desa mereka. Ibu Lestari tidak pernah tahu mengapa kakeknya mewariskan kain itu kepadanya, namun ia selalu merasa ada kekuatan mistis yang terpancar dari kain tersebut.
Rina dan Bayu semakin yakin bahwa kain batik ungu tua itu memiliki peran penting dalam mengalahkan entitas jahat yang sedang mengancam keluarga mereka. Mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang sejarah dan kekuatan kain tersebut.
Bab 29: Jejak Masa Lalu di Makam Kuno
Mbah Wiryo menyarankan Rina dan Bayu untuk mencari informasi tentang kain batik ungu tua itu di makam kuno kakeknya. Menurut cerita, kakek Rina memiliki hubungan yang erat dengan alam gaib dan mungkin telah meninggalkan petunjuk di makamnya.
Rina dan Bayu pergi ke makam kakek Rina yang terletak di sebuah bukit kecil di luar desa. Di sana, mereka menemukan sebuah prasasti kuno yang berisi tulisan-tulisan dalam bahasa Jawa Kuno dan beberapa simbol-simbol aneh.
Dengan bantuan Mbah Wiryo, mereka berhasil menerjemahkan tulisan-tulisan tersebut. Ternyata, kakek Rina adalah seorang penjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia gaib. Ia memiliki kekuatan untuk mengendalikan makhluk halus dan telah mengikat entitas jahat yang terhubung dengan slendang ungu ke dalam kain batik ungu tua tersebut.
Bab 30: Kelemahan Sang Entitas
Dari prasasti kuno itu, mereka juga menemukan informasi tentang kelemahan entitas jahat tersebut. Ternyata, entitas itu sangat takut dengan cahaya bulan purnama dan air suci yang telah diberkati dengan doa-doa khusus.
Rina dan Bayu menyadari bahwa mereka harus menggunakan kelemahan entitas itu untuk mengalahkannya. Mereka mulai menyusun rencana untuk menghadapi lelaki misterius dan entitas jahat yang sedang berusaha menguasai keluarga mereka.
Bab 31: Penyusupan ke Rumah Kosong
Mendapatkan informasi bahwa lelaki misterius itu sering mengunjungi sebuah rumah kosong di ujung desa, Rina dan Bayu memutuskan untuk melakukan penyusupan. Mereka ingin mencari tahu lebih lanjut tentang rencana lelaki itu dan apakah ia menyimpan sesuatu yang berbahaya di sana.
Dengan hati-hati, mereka memasuki rumah kosong yang tampak gelap dan menyeramkan. Di dalam rumah itu, mereka menemukan berbagai macam peralatan ritual ilmu hitam, termasuk beberapa boneka voodoo dan kitab-kitab kuno. Mereka juga menemukan sebuah catatan yang berisi mantra-mantra pemanggilan makhluk halus dan rencana untuk mengambil alih kekuatan entitas yang terikat dengan slendang ungu.
Bab 32: Pengkhianatan Terungkap
Saat Rina dan Bayu sedang mencari bukti di rumah kosong itu, mereka tidak sengaja mendengar percakapan antara lelaki misterius itu dengan seseorang melalui telepon. Dari percakapan itu, mereka terkejut mengetahui bahwa lelaki itu tidak bekerja sendiri. Ada seseorang lain yang membantunya dan memberikan informasi tentang keluarga Pranowo.
Lebih mengejutkan lagi, mereka mendengar lelaki itu menyebutkan nama seseorang yang sangat mereka kenal, seseorang yang selama ini mereka percaya. Pengkhianatan itu membuat Rina dan Bayu merasa sangat terpukul dan marah.
Bab 33: Konfrontasi di Malam Purnama
Malam purnama tiba. Rina, Bayu, dan Mbah Wiryo telah mempersiapkan diri untuk menghadapi lelaki misterius dan entitas jahat tersebut. Mereka membawa kain batik ungu tua, air suci yang telah diberkati, dan jimat-jimat perlindungan.
Mereka menunggu di bawah pohon beringin di tengah hutan, tempat ritual pesugihan dulu dilakukan. Tidak lama kemudian, lelaki misterius itu datang bersama dengan sosok bayangan hitam yang mengerikan.
Terungkaplah bahwa orang yang berkhianat dan membantu lelaki misterius itu adalah salah satu kerabat jauh keluarga Pranowo yang merasa iri dengan kesuksesan mereka di masa lalu dan ingin merebut kekayaan mereka dengan cara yang tidak benar.
Bab 34: Cahaya Bulan dan Air Suci
Pertarungan sengit pun terjadi. Lelaki misterius itu berusaha mengambil kain batik ungu tua dari tangan Rina, sementara sosok bayangan hitam menyerang mereka dengan kekuatan gaibnya.
Mbah Wiryo dan Bayu berusaha melindungi Rina sambil melafalkan mantra-mantra perlindungan. Rina dengan berani menghadapi lelaki misterius itu sambil memegang erat kain batik ungu tua.
Saat bulan purnama bersinar terang di langit, Rina dan Bayu menyiramkan air suci ke arah sosok bayangan hitam. Makhluk itu menjerit kesakitan dan kekuatannya melemah.
Bab 35: Kemenangan dan Kedamaian
Dengan memanfaatkan kelemahan entitas jahat itu, Mbah Wiryo berhasil mengikat kembali kekuatannya ke dalam kain batik ungu tua. Lelaki misterius itu yang kehilangan kekuatan entitas tersebut menjadi lemah dan tak berdaya.
Kerabat keluarga Pranowo yang berkhianat itu akhirnya mengakui perbuatannya dan menyesali kesalahannya. Setelah kejadian itu, keluarga Pranowo akhirnya mendapatkan kedamaian yang mereka dambakan. Bisnis batik mereka perlahan mulai bangkit kembali dengan cara yang halal dan berkah. Rina dan Bayu lega karena telah berhasil melindungi keluarga mereka dari ancaman kegelapan. Mereka berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka semua.
