Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

belas kasihan dan penyesalan

Bab 36: Belas Kasihan dan Penyesalan

Kerabat keluarga Pranowo yang berkhianat, Pak Purwanto, menangis tersedu-sedu menyesali perbuatannya. Ia mengaku terlilit hutang dan dibutakan oleh rasa iri terhadap kesuksesan keluarga Pranowo. Ibu Lestari yang memiliki hati lembut meskipun sempat terkhianati, merasa kasihan melihat kondisi Pak Purwanto.

Dengan bantuan Mbah Wiryo, Pak Purwanto dibersihkan dari pengaruh ilmu hitam dan diberikan bimbingan spiritual untuk kembali ke jalan yang benar. Meskipun tidak bisa sepenuhnya melupakan pengkhianatannya, keluarga Pranowo memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua kepada Pak Purwanto dengan syarat ia benar-benar bertaubat dan tidak lagi mengganggu mereka.

Bab 37: Mimpi yang Berbeda

Setelah kejadian mengerikan itu, Rina kembali bermimpi. Namun, kali ini mimpinya berbeda. Ia tidak lagi melihat bayangan hitam yang menakutkan, melainkan sosok kakeknya yang tersenyum damai sambil memegang kain batik ungu tua. Kakeknya berpesan agar Rina menjaga warisan itu dengan baik dan menggunakannya untuk kebaikan.

Rina terbangun dengan perasaan tenang dan damai. Ia yakin bahwa kakeknya telah memberikan restunya dan keluarga mereka akan terlindungi. Ia semakin menghargai kain batik ungu tua itu bukan hanya sebagai benda pusaka, tetapi juga sebagai simbol perlindungan dan kekuatan spiritual.

Bab 38: Kisah di Balik Kain Ungu

Rina dan Bayu semakin tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah kain batik ungu tua warisan kakeknya. Mereka kembali menemui Mbah Wiryo dan meminta bantuannya untuk mengungkap misteri di balik kain tersebut.

Mbah Wiryo menceritakan bahwa kakek Rina dulunya adalah seorang tokoh spiritual yang memiliki ilmu tinggi. Ia mendapatkan kain batik ungu itu dari seorang pertapa sakti di Gunung Semeru. Kain itu diyakini memiliki kekuatan untuk menangkal energi negatif dan melindungi dari serangan makhluk halus, asalkan digunakan dengan niat yang baik.

Kakek Rina menggunakan kain itu untuk membantu banyak orang di desa mereka yang mengalami masalah dengan gangguan gaib. Ia mengikat entitas jahat yang terhubung dengan slendang ungu ke dalam kain batik tersebut agar tidak lagi meresahkan warga.

Bab 39: Peringatan dari Gunung Semeru

Mbah Wiryo juga memperingatkan Rina dan Bayu bahwa kekuatan yang tersimpan dalam kain batik ungu itu sangat besar dan bisa berbahaya jika digunakan dengan tidak benar. Ia menyarankan mereka untuk selalu berhati-hati dan menjaga kesucian kain tersebut.

Selain itu, Mbah Wiryo juga mendapatkan firasat bahwa akan ada kekuatan lain yang tertarik dengan kain batik ungu itu dan mungkin akan berusaha untuk merebutnya. Ia meminta Rina dan Bayu untuk selalu waspada.

Bab 40: Kehidupan Kembali Bersemi

Seiring berjalannya waktu, kehidupan keluarga Pranowo kembali bersemi. Bapak Harjo semakin sehat dan kembali aktif membantu Ibu Lestari di pasar batik. Rina juga fokus dengan kuliahnya di Surabaya.

Namun, mereka tidak pernah melupakan pengalaman mengerikan yang pernah mereka alami. Mereka menjadi lebih religius dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka juga lebih menghargai arti keluarga dan saling mendukung satu sama lain.

Bab 41: Kedatangan Kolektor Lain

Beberapa bulan kemudian, seorang kolektor barang antik terkenal dari Jakarta datang ke desa mereka. Ia mendengar tentang kain batik kuno milik keluarga Pranowo dan sangat tertarik untuk melihatnya. Kolektor itu bersikap ramah dan profesional, tidak seperti lelaki misterius yang pernah datang sebelumnya.

Ibu Lestari dan Rina merasa lebih nyaman dengan kolektor ini dan memperlihatkan koleksi batik mereka, termasuk kain batik ungu tua. Kolektor itu sangat kagum dengan keindahan dan keunikan kain tersebut dan menawarkan harga yang sangat tinggi untuk membelinya.

Bab 42: Dilema Warisan

Tawaran dari kolektor itu membuat keluarga Pranowo berada dalam dilema. Uang yang ditawarkan sangat besar dan bisa membantu mereka untuk mengembangkan bisnis batik mereka. Namun, mereka juga merasa ragu untuk melepaskan kain batik ungu tua yang merupakan warisan berharga dari kakek mereka dan diyakini memiliki kekuatan spiritual.

Rina dan Bayu berdiskusi dengan Mbah Wiryo tentang tawaran tersebut. Mbah Wiryo mengatakan bahwa keputusan ada di tangan mereka. Namun, ia mengingatkan mereka untuk mempertimbangkan nilai spiritual kain tersebut selain nilai materinya.

Bab 43: Gangguan di Rumah Kosong

Sementara keluarga Pranowo sedang mempertimbangkan tawaran dari kolektor, Rina dan Bayu kembali mendapatkan informasi tentang aktivitas aneh di rumah kosong tempat lelaki misterius itu dulu melakukan ritual ilmu hitam. Warga desa melaporkan sering mendengar suara-suara aneh dan melihat penampakan di sekitar rumah tersebut.

Rina dan Bayu merasa khawatir bahwa sisa-sisa kekuatan jahat masih bersemayam di rumah kosong itu dan bisa membahayakan warga desa. Mereka memutuskan untuk menyelidiki bersama dengan Mbah Wiryo.

Bab 44: Sisa-Sisa Kekuatan Gelap

Sesampainya di rumah kosong, mereka merasakan aura negatif yang sangat kuat. Mereka menemukan bahwa beberapa peralatan ritual ilmu hitam masih tertinggal di sana. Mbah Wiryo menjelaskan bahwa meskipun entitas yang terikat dengan slendang ungu telah dikalahkan, sisa-sisa kekuatannya masih bisa mempengaruhi tempat itu.

Mbah Wiryo melakukan ritual pembersihan di rumah kosong itu untuk menghilangkan energi negatif dan mencegah makhluk halus lain masuk ke sana. Namun, ia memperingatkan bahwa mereka harus tetap waspada karena kejahatan bisa datang dari mana saja.

Bab 45: Keputusan yang Sulit

Setelah mempertimbangkan berbagai hal, keluarga Pranowo akhirnya memutuskan untuk tidak menjual kain batik ungu tua kepada kolektor dari Jakarta. Mereka menyadari bahwa nilai spiritual dan sejarah kain itu jauh lebih berharga daripada uang. Mereka bertekad untuk menjaga warisan itu dengan baik sesuai dengan pesan kakek mereka.

Kolektor itu menghargai keputusan keluarga Pranowo dan bahkan memberikan saran tentang cara merawat dan melestarikan kain batik kuno mereka. Ia juga menawarkan bantuan untuk mempromosikan batik keluarga Pranowo ke tingkat nasional.

Bab 46: Kejadian Aneh di Pasar

Beberapa waktu kemudian, terjadi kejadian aneh di pasar batik. Beberapa pedagang tiba-tiba mengalami kesurupan massal dan bertingkah aneh. Mereka berbicara dengan suara-suara yang menyeramkan dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.

Warga pasar menjadi panik dan ketakutan. Ibu Lestari dan Rina juga merasa sangat khawatir. Mereka menduga bahwa kejadian ini mungkin ada kaitannya dengan sisa-sisa kekuatan gelap yang belum sepenuhnya hilang.

Bab 47: Campur Tangan Kekuatan Lain

Mbah Wiryo yang mendengar tentang kejadian di pasar batik segera datang untuk membantu. Setelah melakukan penyelidikan, ia menemukan bahwa kejadian itu bukan hanya disebabkan oleh sisa-sisa kekuatan entitas yang terikat dengan slendang ungu, tetapi juga ada campur tangan dari kekuatan jahat lain yang lebih kuat.

Mbah Wiryo merasakan adanya energi gelap yang sangat besar yang sedang berusaha untuk mengganggu ketenangan desa mereka. Ia memperingatkan Rina dan Bayu bahwa mereka harus lebih berhati-hati karena musuh mereka kali ini lebih berbahaya.

Bab 48: Mencari Sekutu

Menyadari bahwa mereka tidak bisa menghadapi kekuatan jahat yang baru ini sendirian, Rina, Bayu, dan Mbah Wiryo memutuskan untuk mencari bantuan dari tokoh-tokoh spiritual lain yang memiliki pengetahuan dan kekuatan yang lebih tinggi.

Mereka melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Jawa Timur, mengunjungi pesantren-pesantren dan bertemu dengan para kyai dan ulama yang disegani. Mereka menceritakan tentang masalah yang sedang mereka hadapi dan meminta bantuan serta petunjuk.

Bab 49: Ritual Agung di Malam Kegelapan

Setelah mendapatkan petunjuk dan bantuan dari beberapa tokoh spiritual, Mbah Wiryo mempersiapkan sebuah ritual agung untuk menghadapi kekuatan jahat yang sedang mengancam desa mereka. Ritual itu akan dilakukan di malam kegelapan, saat kekuatan jahat biasanya mencapai puncaknya.

Rina, Bayu, dan beberapa warga desa yang berani juga ikut membantu mempersiapkan ritual tersebut. Mereka yakin bahwa dengan persatuan dan kekuatan spiritual, mereka bisa mengalahkan kejahatan.

Bab 50: Pertempuran Spiritual

Malam kegelapan tiba. Ritual agung dimulai. Mbah Wiryo memimpin ritual dengan membaca ayat-ayat suci dan mantra-mantra perlindungan. Rina dan Bayu memegang erat kain batik ungu tua sebagai pusat kekuatan spiritual mereka.

Tiba-tiba, muncul sosok makhluk gaib yang sangat besar dan mengerikan. Kekuatannya jauh lebih dahsyat dari entitas yang terikat dengan slendang ungu. Pertempuran spiritual yang sengit pun terjadi. Rina dan Bayu merasakan energi yang sangat kuat berbenturan di sekitar mereka. Mereka harus menggunakan seluruh kekuatan spiritual dan keyakinan mereka untuk bertahan dan membantu Mbah Wiryo mengalahkan makhluk jahat tersebut. Nasib desa mereka berada di tangan mereka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel