Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

"nunggu pak Arkan?!"

tukas Mila

“nah betul ayo kita cuci dulu alat dan bahannya sambil nunggu Amel”

“Eh...”

“kenapa mil”

“ini loh ayamnya gak ada”

“wah gimana dong gimana kalau hubungi Amel saja biar kita minta tolong Amel buat beliin” ujar Mila sambil mengambil handphone nya namun belum sempat menghubungi ada suara salam dari pintu depan.

“Assalamualaikum, Mila...” panggil Amel sambil beberapa kali menyebut nama Mila

“lah orang nya udah nyampek” ketiganya pun menghampiri pintu lalu membukakan pintu untuk Amel

“Panjang umur mel, padahal tadi mau minta tolong buat beliin ayam soalnya stok ayamku habis”

“Ohhh ya udah ayo kita iuran ya”

“Okelah, berani gak berangkat sendiri”

“Ahh ya enggaklah aku kan gak tahu-tahu amat desa ini”

“Ya udah deh kamu sama Aya ya beli daging ayamnya, biar aku sama Miya yang siap-siapin rempah sama bumbunya.”

“siap bos” ujar Amel lalu langsung menuju motornya dan lalu berangkat bersama Aya ke pasar” dalam perjalanan ke pasar mereka berbincang-bincang sampai tak terasa sudah tiba di depan Tukan jual ayam nya,

“eh Ai kok ada disini?” tanya pedagangn itu pada Aya

“Eh iya mau beli daging ayam”

“berapa?”

“setengah kilo aja”

“emang buat apa?”

“masak-masak bareng temen”

“oh” jawab singkat si penjual, sambi memotong daging itu dan menimbangnya lalu memberikannya pada Aya, setelah bayar Aya pun langsung naik kembali ke motor Amel yang sudah siap melaju.

“aya kok dia kenal sama kamu?”

“iya itu tetanggaku, juga teman ibuku!”

“Oh, terus kenapa kamu ngakunya buat kita masak-masakan kenapa gak bilang di suruh ibumu biar di kasih lebih” ujar Amel dengan otak bisnisnya

“oh iya ya” jawab Aya polos.

“tapi kalau gitu sama saja bohong dong, kalau bohong dosa” ujar Aya kembali

“Emmm iya-iya ustadzah” ujar Amel sambil memfokuskan dirinya pada jalanan yang di lewatinya

“Eh Aya tanya ke Mila siapa tahu masih ada yang kurang bahanbahannya biar gak bolak balik” tambah Amel

“Oh iya ya” Aya langsung membuka telepon genggamnya dan menghubungi Mila melalui aplikasi hijaunya menanyakan apakah semua sudah tersedia atau masih ada yang kurang, setelah memastikan semua bahan masakan mereka sudah ada semua tak terkecuali, akhirnya Amel dan Aya bergegas cepat-cepat kembali ke rumah Mila. Sesampainya di sana mereka membagi tugas, Aya mencuci bagian sayur, Mila memotong-motong daging, lalu Miya memasak bumbu-bumbu nya dan Amel tukang video nya. Lengkap sudah cerita mereka berkutat di dapur sampai hampir sore kini mereka sudah bisa menikmati apa yang mereka kerjakan. Setelah matahari menyingsing Aya, Miya, dan Amel izin untuk pulang.

“Mila kita pulang dulu ya, kapan-kapan gini lagi” ujar Amel

“gak mau nginep aja?”

“Wah gak bisa kalau aku sih harus pulang sebelum malam” sanggah Aya

“iya kalau aku nenek ku pasti marah, apalagi tetangga-tetangga ku pada resek, gak bisa liat orang seneng semua di ghibahin, numpang makan aja masih bisa mencela udah gitu gak tahu malu tetap makan” terang Miya

“iya mil lain kali aja nginep nya” sambung Amel

“Oh ya sudah, hati-hati di jalan yah” ucap Mila, mereka melambaikan tangan kepada mila sambil mengucap salam setelah itu kedua motor itu melaju cepat menembus cahaya jingga sore itu. Sesampainya di jalan raya dekat rumah Aya, Aya turun dari motor Miya

“gak mau mampir dulu mi?” tanya Aya yang juga sebagai kalimat ajakan

“Enggak dulu deh Aya sudah sore takut kemaleman nanti nyampek rumahnya”

“oh ya sudah, hati-hati ya” ujar Aya, yang di angguki oleh Miya lalu motornya kembali melaju. Dalam perjalanan menuju ke rumahnya Aya, ada seorang laki-laki yang memanggil-manggil nama Aya, Aya yang menunduk belum tahu pasti siapa yang memanggilnya, Aya berjalan cepat sampai Aya hendak naik ke teras rumahnya Aya kembali di panggil Aya berbalik dan terlihatlah seorang guru yang pernah mengajarnya 7 tahun lalu.

“eh.. enggeh ustadz, ada apa?”

“apa ayahmu ada di rumah?”

“afwan ustadz ana kurang tahu, soalnya baru pulang”

“Kalau nanti ada kasih tahu ya kalau di cari saya”

“Enggeh ustadz” ujar Aya, yang kemudian sang ustadz berbalik pergi, sedang Aya membuka pintu rumah yang ternyata di kunci lalu memilih untuk mandi karena sudah terasa lengket tubuhnya. Malam harinya setelah melakukan ritual peribadatannya, Aya membuka-buka buku pelajarannya sambil melihat apakah dalam bukunya ada PR. Setelah belajar Aya membuka aplikasi hijaunya di sana ternyata ada pesan dari group kelas bahwa ada perubahan jadwal pengajar.

Esok harinya...

Kelas terlihat sunyi Aya datang terlalu pagi, karena tidak ada teman Aya memilih membuka buku pelajaran namun tak lama suara seseorang membuatnya menatap ke arah jendela.

“Eh, Aya. Tumben pagi?!” tanya Jasmine

“hehehe iya-ya tumben aku kepagian” timpal Aya, sedang Jasmine berjalan menuju bangkunya lalu menaruh tas, dan mengajak Aya ke kantin untuk membeli air.

“ Aya, ikut aku yuk beli air buat stok di kelas” ajak Jasmine pada Aya yang masih menyibukkan membaca

“Oh iya-iya, ayo lah” Aya mengiyakan dari pada di kelas Cuma sendiri, mereka berdua pun berjalan menuruni anak tangga lalu menuju kantin sambil berbincang-bincang, sesampainya di kantin Jasmine membeli sekardus air lalu membayarnya, setelah itu barulah mereka kembali ke kelas.

“sini biar aku bantu” ujar Aya tak enak jika hanya menemani berjalan

“gak papa biar aku aja” ujar Jasmine sambil tersenyum

Sesampainya di kelas, kelas sudah mulai ramai. Amel dan Mila juga sudah sampai di sana.

“Aya!! Kamudari mana saja, aku lihat Cuma ada tasnya tapi gak ada orangnya” cecar Amel

“oh ini tadi aku ikut Jasmine ke kantin beli air buat stok di kelas” kelas Aya

Kriningggggggg

Tiba-tiba bel masuk berbunyi

“Eh, aku lupa sekarang b.arab ya.. kok aku bisa lupa sih kalau ada perubahan jadwal”

“Lah iya...” semua di kelas itu panik berbeda dengan Aya yang memang selalu siaga.

“Assalamualaikum” suara bariton terdengar dari ambang pintu

“waalaikumussalam” jawab siswa-siswi bersamaan, hari ini jadwal di ubah bukan hanya itu guru juga mendapat roaling.

”صباح الخيـــر يا طلاب“

”صباح النـــــور يا أستاذ“

mendengar ” طيب ،ٱآلْ نََس ن آش رعَُفيَِالدآرَّسََِمب ا ش رةً، فَٱآفت حواَكت بََُٱللغ ةََِٱآلع ربيةَّ جمِيعاً“ .itu, semua panik karena lupa membawa buku b.arab

“ هيا ٱفتحَوا كُُتبكَمْ ” ujar sang guru menekankan kembali

“ jelas salah satu siswi عفوا ياَ أستاذ، نسينا إحِضارَ الكتاب“

“bagaimana bisa kalian tidak membawa buku, lalu untuk apa kalian datang ke sini, sama halnya dengan orang ngarit gak bawa arit bagaimana mereka akan mendapat rumput” ujar sang guru panjang kali lebar

“Di cabut pak rumputnya” celetuk salah satu siswi yang memecah keheningan

“Kalau gak ada wadahnya bagaimana?”

“di ikat pak” sontak hal itu membuat ruangan penuh dengan tawa, sedang sang guru hanya terdiam sejenak. Aya jadi merasa iba meski dia juga ikut tersenyum mendengar kata yang tak dia sangka akan keluar dari mulut temannya ismie.

“Siapa yang bawa buku?” ujar sang guru bertanya setelah sejenak terdiam, Aya mengangkat tangan

“silakan buka bukunya, dan dengarkan. yang tidak membawa juga dengarkan” ujar sang guru lalu mulai mengajar pagi itu.

Setelah satu jam lebih belajar mereka seperti di intimidasi kini bel pergantian jam pun berbunyi, sang guru tak lupa memberikan tugas sebanyak tiga lembar penuh sudah gitu soalnya tiga lembar folio apa dak bahaya tah.

“Wih gak nyangka aku si pak Arkan itu.. gitu ya meski tidak seperti guru killer tapi pandangannya judes banget” ujar Miya

“Hust gak boleh gitu” ujar Aya

“Tapi emang bener Aya, kamu gak liat tadi bagaimana dia mengajar?” bagaimana mungkin Aya mau mengiyakan, sedang pak Arkan dari sejak mengajar terus tersenyum padanya setiap kali bertemu pandang. “Ahhh kenapa seperti ini gumam Aya”

“Kenapa sih kau” tanya Mila

“Gak papa” jawab Aya, tapi tak dipungkiri bayang-bayang senyum pak Arkan selalu menghantui Aya. Tak berselang lama kini mereka kembali berkutat dengan tugas-tugas dari setiap mapel sampai jam pulang tiba, Aya duduk di luar sekolah di depan toko menunggu ibunya yang tak kunjung datang.

“Aya.. kamu belum di jemput? Mau bareng aku?” tanya Miya

“Eh enggak deh ngerepotin aku nunggu ibu aja”

“sudah ayo dari pada kamu sendiri di sini nanti ketemu sama pak

Arkan” ujar Miya

“hah, emangnya kenapa kan gak gigit”

“ya gak kenapa-napa sih, tapi wajah judesnya itu yang gak ketulungan, udah ayo apa emang kamu mau ketemu sama pak guru itu”

“Eh mulut.. enggak ya aku memang mau nunggu ibu, gapapa kok kamu pulang duluan”

“yakin... Ayo ikut” paksa Miya.

“kalau gak ikut berarti beneran nunggu pak Arkan” sambung Miya lagi tak mau menyerah

“Enggak....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel