
Ringkasan
aidatun nuryn ayasya, adalah seorang gadis desa yang memiliki cita-cita sebagai seorang desainer, setiap hari di sekolahnya dia selalu meluangkan waktu di jam-jam kosong untuk mendesain, sampai di kelas tiga Mts dia mengenal seorang guru b.arab yang judes hanya saja ada ke unikan di baliknya, mereka saling mengenal dan cukup sering berinteraksi. nantikan kisah selanjutnya dalam novel ini yaa....?? maaf masih pemula.
Awal Mimpi
Aidatun nuryn ayasya kerap kali di panggil Ai oleh keluarga nya namun di lingkungan sekolah lebih sering di panggil Aya gadis manis yang periang itu juga termasuk anak yang introvert, Aya hanya bisa bercanda gurau dengan orang yang benar-benar dekat dengannya bahkan dengan keluarganya Aya jarang bisa bertegur sapa. Hari demi hari Aya lalui kini hari ini Aya sudah menginjak kelas 3 MTs kegiatan kali ini Aya sedang menggambar sebuah desain yang akan ia kumpulkan sebagai salah satu tugas akidah yang di berikan oleh sang guru dengan tema sesuatu hal yang dapat di perjual belikan Aya memoles gambar itu memberikan gradasi dan shadding untuk mempertajam gambarnya selesai dari menggambar Aya menaruh gambar itu di sebuah figora. lalu izin di jam pelajaran B.arab untuk mengumpulkan desain itu pada guru wanita yang bernama ibu Tuslahatun Bahar.
“Afwan bapak, mau izin mengumpulkan tugas ke ibu tuslah”ucap Aya sopan
“oh iya nak tapi jangan sampai jam pelajaran saya habis” ujar sang guru memberikan izin
“enggeh pak hanya sebentar saja” ujar Aya lalu melangkah keluar dari kelas. Sesampainya Aya di ruang guru ternyata Bu tuslah tidak ada ntah kemana Aya juga tidak tahu karena Aya harus cepat Aya menghampiri pak jufrie yang kebetulan adalah PA (pembimbing akademik) di kelas Aya ia meminta tolong agar nanti di beritahukan kepada ibu tuslah bahwa tugas aya sudah selesai di taruh di mejanya.
“Apa itu Aya?” tanya pak jufrie ingin tahu
“Tugas pak dari ibu tuslah, minta tolong ya bapak nanti kalau ibu sudah masuk ke ruang guru di beritahukan” ujar Aya meminta tolong
“Iya, tapi apa dulu bapak mau lihat” ujar pak jufrie yang semakin penasaran dengan apa yang Aya pegang karena figora itu di balik oleh Aya
“Jangan pak malu”jawab Aya yang kurang PD dengan hasil desain nya yang tidak ada apa-apanya menurut Aya
“kalau gak kamu kasih lihat gak bapak kasih tahu ke Bu tuslah” ujar pak jufrie yang masih kekeh untuk mengetahui apa yang ada di balik figora itu
“Jangan dong pak kok tega sih, saya kan malu memperlihatkan nya” ujar Aya memelas
“saya hanya mau lihat Aya” ujar pak jufrie tetap kekeh sampai Aya menyerah dan memperlihatkan desain yang sudah dia siapkan, pak jufrie melihat takjub pada gambar Aya
“Wah kamu mau menjadi desainer?” Dengan tersenyum malu Aya menjawab
“Iya pak, jadi nanti bilangin ya pak ke Bu tuslah” ujar Aya yang mengambil kembali hasil desain nya dan menuju ke bangku Bu tuslah di dalam ruang guru itu lalu izin keluar dengan mengucapkan salam. Aya berjalan menuju kelas dengan tergopoh-gopoh karena kata sang guru jangan sampai jam mengajarnya habis, sesampainya di Sana tak berselang lama pergantian jam mata pelajaran Qurdis sekarang pun tiba. Disana mereka mengumpulkan PR dan menyetor hafalan yang juga termasuk tugas di hari itu, setelah menyelesaikan hafalan nya Aya duduk di bangkunya sambil berbincang-bincang dengan beberapa temannya tak berselang lama dari itu seorang siswi yang termasuk teman kelasnya yang sedang ada di luar kala itu memanggil Aya dari jendela luar mengatakan bahwa Aya di panggil oleh Bu tuslah karena kelas cukup ramai setelah sebagian siswa/i menyelesaikan tugas Aya tidak sinkron.
“hei Aya di panggil Bu tuslah di bawah” teriak Devi dari jendela luar kelas, Aya yang merasa terpanggil mencari-cari asal suara sampai ada salah satu temannya yang lain saat masuk ke kelas menghampiri Aya dan mengatakan bahwa Aya di cari oleh ibu tuslah
“Aya kamu di panggil Bu tuslah katanya”
“oh iya-iya, terima kasih” Aya di sana sudah dag dig dug, segala asumsi berkecamuk di pikiran Aya, kenapa ibu mencariku apa hasilnya tidak memuaskan, apa gak cocok ya, apa ibu menolaknya, terus aku mau bikin apa dong. Semua hal yang belum tentu terjadi malah menghantui pikirannya sambil menuruni anak tangga dari kelasnya menuju ruang guru jantung Aya berdegup kencang tak kalah mau bertemu dengan calon suami eaaa canda yak. Sesampainya di ruang guru Aya melihat ibu tuslah duduk di bangkunya sambil menilik hasil gambar dari Aya, Aya yang hendak melangkah masuk ke ruang guru di kejutkan oleh kehadiran Amel dan Miya yang membuatnya juga merasa lega
“eh kalian ikut aku” ujar Aya menarik keduanya masuk ke ruang guru dengan di iringi ucapan salam dari ketiganya lalu berjalan menuju ke arah Bu tuslah yang saat itu duduk terfokus pada desain yang Aya buat untuk tugas yang di berikannya.
“Assalamualaikum” ujar ketiganya
“wa’alaikumussalam” jawab Bu tuslah, Aya, Amel, dan Miya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Bu tuslah, sedang Bu tuslah di sana pun berdiri untuk menerima uluran tangan Mereka yang hendak bersalaman itu.
“Aya ibu mau tanya apa benar ini kamu yang desain? ” tanya Bu tuslah yang tidak semudah itu mempercayai bahwa itu adalah hasil karya Aya
“iya ibu benar” ujar Aya jujur, sedang Bu tuslah di sana menatap Aya penuh selidik lalu mengulangi pertanyaannya
“benar, kamu tidak berbohong kan?” ujar guru itu sambil mengamati mimik wajah Aya
“Iya Bu banar, Aya ini memang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang desainer” timpal Amel dan Miya yang mendukung penuh citacita Aya
“benar itu Aya? Kalau begitu setelah lulus dari sini kamu mau lanjut ke SMK di sekolah xxx di sana ada jurusan tata busana” ujar Bu tuslah yang bertanya dan memberi sarannya, sedang Aya hanya bisa tersenyum dan menjawab
“iya ibu, Insya Allah. Akan saya diskusikan dulu bersama orang tua” sahur Aya
“Iya di bicarakan dulu baik-baik, ini sudah bagus kalau kamu sudah pintar dalam mendesain itu kesempatan untuk menggapai citacitamu.” ujar bu tuslah, yang mampu membuat Aya tersenyum girang dalam hatinya.
“ya sudah kamu boleh kembali ke kelas, dan tolong jaga ini ya jangan sampai di ganti dengan apapun nanti kamu punya foto malah di ganti fotomu lagi desain nya” papar Bu tuslah panjang lebar
“Ini amanah yang harus di jaga.” tukas beliau lagi
“hehe iya Bu, terima kasih ibu” ujar Aya yang berterima kasih bersamaan dengan Miya, dan juga Amel. Mereka keluar dari ruang guru dengan Amel yang memegang hasil karya Aya, dan berjalan beriringan menuju kelas.
~
Di kelas
“eaaa gimana liat dong diterima sama ibu?!” cecar Bella yang mengambil hasil desain Aya dari Amel dan melihatnya bersama dengan teman-teman yang lain.
Hari ini Aya di banjiri pujian sampai rasanya Aya mau terbang tapi ingat ternyata gak ada sayapnya..hehehe
“Wah Aya nanti kalau aku nikah aku bikin di kamu ya” ujar lyra yang sukses membuat Aya melongo
“Maksudnya desain nya Aya kalau jahit tenang nanti aku suruh tukang jahit” lanjut lyra
“Oh hehehe iya²” timpal aya
Sedang Bella sibuk mondar-mandir ntah apa yang di lakukannya selagi Aya dan lyra berbincang-bincang Bella mengambil desain Aya dan membawanya ke luar kelas, menunjukkannya pada Dina anak kelas PAI dan mengaku kalau desain itu adalah hasil desain nya.
“beneran bel ini hasil desain mu kamu mau jadi desainer?” tanya Dina polos, dengan memegang gambar desain itu.
“Iya lah makanya jangan remehin aku” ujar Bella yang tertawa jahil
“Bella mana?!” ujar Aya dari ambang pintu kelas sambil menghampiri Bella
“Ah pinjam bentar Aya” ujar Bella
“oh jadi bukan punya mu bel, ku kira tadi beneran punyamu.” ujar Dina,
Sedang Bella acuh tak acuh masih hendak mengambil desain itu.
“udah mana bel ini mau aku simpan” ujar Aya rada kesal
“iya, iya” nih ujar Bella memberikan desain itu kembali pada Aya. Aya merengkuh desain itu dengan kasih sayang di sana juga ada kata-kata yang menyirat yang di tulis oleh Aya. Aya memasukkan desainnya ke dalam tas dan lanjut berbincang-bincang dengan teman-temannya sampai jam istirahat tiba.
Kriningggggg
Bel berbunyi dengan nyaring, membuat Aya dan teman-temannya memutuskan untuk membeli jajanan bersama sebelum melanjutkan obrolan mereka.
“Aya beli capcin yuk di kantin, lagi pengen nih.” ujar Amel yang di dukung oleh Mila
“Iya Aya Ayuk kita beli capcin bareng-bareng, terus sambil makan cipang” lanjutnya
“emmm oke lah ayuk.” Jawab Aya menyanggupi ajakan kedua temannya itu
Mereka berjalan beriringan menuju kantin di bagian belakang yang memang berada di bagian kelas 2, sasampainya Aya di kantin Aya membuka kulkas untuk membeli susu, kebetulan di sana ada susu pisang kesukaan Aya, Aya membawanya dan juga tidak lupa membeli capcin yang memang mereka niatkan lalu memilih-milih jajanan seperti keripik kaca dan sebagainya.
“Sudah belum?” ujar Mila menghampiri Aya dan Amel yang sedang memilih-milih jajanan, dengan tangannya yang sudah menggenggam plastik berisikan tiga cup capcin
“eh iya-iya tunggu dulu, mau bayar ini” ujar Aya, sedang Amel mengikuti mila untuk menunggu Aya di luar pintu kantin.
“sudah?” ujar keduanya yang melihat Aya keluar .
“Hehehe iya” ujar Aya sambil memegang jajanan yang kali ini tidak seperti biasanya Aya banyak membeli jajanan
“oh iya kan katanya mau makan cipang sambil ngecapcin."
