Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 7

Dentuman-dentuman musik menggema di ruangan ini, Lampu yang berwarna warni penuh kelap-kelip di setiap ruangan ini.

Fusya dan Larry berada di ruangan VIP yang sedang menunggu seseorang.

"Larry apa kau gila?" teriak Fusya.

"Tidak," Jawab Larry singkat.

Lelaki bertubuh tegap itu kembali menemui Larry, lelaki itu adalah orang yang pernah Larry usir karena menggagalkan kesepakatan untuk menjual seorang gadis, ia bernama Edward.

Ketika Edward memasuki ruangan itu mata Edward tidak bisa berhenti memandangi gadis yang duduk di samping Larry.

"It's so beautiful," Edward mengagumi kecantikan dan tubuh indah Fusya.

"Edward, tawaran mu aku terima, cepat berikan uang itu kepadaku lalu lakukan sesukamu," instruksi Larry sambil menatap Fusya menyeringai.

"Aku tidak membawa uang itu, bagaimana jika besok saja kau datang ke rumahku untuk mengambil nya sendiri," ucap Edward dan mata Edward tak bisa brhenti menatap Fusya.

"Larry apa yang kau lakukan? jangan berkata bahwa kau akan menjual diriku pada om om di hadapanku ini,"

Larry mencekram rahang Fusya. "diam! diam kau! bukankah ini kemauan mu sendiri?"

"Tidak Larry, Aku hanya spontan menjawab itu, kukira kau tidak akan menjual ku, maaf Larry, a..aku tidak tahu..maafkan aku,"

Tak ingin Edward berubah pemikiran ia mengambil cepat alih, "ah sudah lah Larry, kau boleh pergi, biar aku urus semuanya," sahut Edward.

"Jangan tinggalkan aku Larry," Fusya Mengandeng lengan Larry tak ingin pergi.

"Nikmati saja Fusya, kita sudah tidak ada urusan," Larry melangkah pergi meninggalkan kedua orang tersebut.

"Larry," teriak Fusya ketika benar-benar pergi dari hadapannya.

Edward membungkam mulut Fusya karena terlalu berisik, "diam lah, diamlah gadis kecil,"

"Aaahhhh," Edward merasa sakit karena tangannya di gigit oleh Fusya.

"Kau...gadis ini mulai berani,"

Fusya mengambil alas kaki yang ia kenakan dan memukul nya di wajah nya Edward.

"Jangan kau sentuh aku tua Bangka,"

Edward sudah habis kesabaran menarik rambut Fusya lalu membenturkannya sedikit di tembok hingga ia pingsan tak sadarkan diri.

"Jangan mencoba melawan ku gadis kecil"

******

Edward mengajak Fusya ke sebuah ruangan yang sangat besar, Edward mengikat tangan dan kaki Fusya, tubuhnya ia sandarkan pada kayu yang berdiri sebagai pembopong kakinya terikat lurus ke depan.

Edward mengambil ponsel dan menelpon Evan.

"Kita batalkan perjanjian kita, aku sudah membawa gadis itu dengan tanganku sendiri, aku sudah tidak memerlukan mu," Edward langsung mematikan ponsel nya.

Evan pun membanting ponsel nya hingga benar-benar pecah, "Edward ....kau tidak bisa memutuskan ini semua ini,"

*********

Edward memasuki ruangan gelap dengan membawa 1 ember sedang berisi air lalu menyiram nya ke tubuh Fusya.

Ia tertawa terbahak-bahak melihat gadis itu kelagepan air yang baru saja membuatnya bangun dari tidur.

"Ayok bangunlah ini bukan hotel yang menyuruhmu tidur,"

Terbatuk-batuk dengan tangan yang terikat dan kaki yang terikat membuat Fusya sangat susah bergerak leluasa.

"Keparat sekali caramu tua Bangka," Fusya Meludahi Edward.

Edward memanggil 2 anak buahnya, "cepat bersihkan gadis ini lalu bawa ke ruangan ku secepatnya!" perintah Edward lalu pergi meninggalkan.

"Tidak, lepaskan, jangan sentuh aku," teriak Fusya ketika 2 pria itu mampu mengeret tubuhnya memasuki kamar mandi.

"Mau apa kalian? Jangan sentuh aku!"

"Jika dirimu tidak bisa mandi maka kita akan memandikan mu, cepat turuti perintah bos atau terima akibatnya?" ucap salah satu pria itu.

"Gilaa...Larry dan  orang-orang ini berkata sama ..apakah semua ini bisa di kendalikan hanya karena uang?" Batin Fusya

Merasa terancam jika tidak menuruti itu semua dengan terpaksa Fusya harus menuruti itu semua, "hmm.. baiklah aku akan mandi sendiri, tapi ingat! Jangan menyentuh ku!"

"5 menit," dua pria itu pergi menunggu di luar namun sebelum pergi ia melempar baju seksi untuk dipakai Fusya.

"Pakailah ini!"

Fusya menangkap lemparan baju itu, "sial baju macam apa ini,"

Beberapa menit usai ia sudah memakai pakaian putih seperti ala suster lengkap dengan atribut nya sangat cocok di kenakan gadis itu.

Dua pria tersebut membawa Fusya ke dalam kamar Edward yang sudah menunggu.

"Boss," ucap nya.

"Baiklah kalian boleh pergi," mereka pun pergi meninggalkan Fusya disana yang terlihat gugup.

Edward mendekati Fusya mengagumi tubuh indahnya, "kau sangat cantik ...kemarilah,"

Mengajak Fusya untuk duduk di sofa coklat membaringkan tubuhnya "bergayalah seseksi mungkin gadis cantik ...ayo! bergayalah!"

"Tidak aku tidak mau,"

Edward menekan paha Fusya dengan kukunya, "ayo sayang jangan buat aku bertindak lebih jauh lagi,"

"Ah sakit... Tua Bangka,"

Kini kuku Edward berganti menekan perut Fusya, "jangan panggil aku tua Bangka ..umurku masih 30,"

"Baiklah aku akan berpose, tolong hentikan kuku mu itu,"

Dengan terpaksa untuk kedua kalinya Fusya hanya mampu menuruti ucapan Edward.

"Baiklah jajarkan kakimu seperti ini, tangan mu disini,dan pandanganmu lihat lah ini," perintah Edward.

Edward mengambil pose itu dan hasilnya tidak mengecewakan, "kau benar-benar seksi,"

Fusya mencoba berdiri namun Edward mendorong tubuh Fusya agar tetap disana, "dadamu sangat berisi, aku akan mencicipinya bukan gadis cantik?" tangan nakal Edward telah berani memasuki baju putih Fusya.

"Hentikan tua Bangka, biadab sekali perlakuan mu," Fusya mendorong tubuh Edward namun tak berhasil.

"Aaahhhh,...aaahhhh.... kenyal sekali milikmu," Edward memutar payudara Fusya dan mengeluarkan desahan dari bibirnya.

Fusya meraih kamera yang diletakan Edward di samping sofa, meraihnya dan memecahkan di kepala Edward hingga kamera itu benar-benar pecah.

"Sial kau merusak kamera ku yang mahal, bahkan tubuhmu tidak ada harganya dengan kamera itu," ucap Edward

Pusing kepala Edward mampu membuatnya lenggah namun hanya beberapa detik saja dan bangkit kembali.

Ia mengejar Fusya yang mengedor jendela, memeluk tubuh Fusya dari belakang, "rambutmu.... rambut mu itu harum sekali,"  Edwardmenghirup aroma rambut Fusya.

"Lepaskan! kau pria pshyo kedua setelah Larry,"

"Ohh jadi dia pernah melakukan ini? tapi dia belum pernah melakukan ini bukan?" Edward mengangkat kedua kakinya di belakang, dengan terpaksa tangan Fusya harus mengalugkan nya di leher Edward agar tidak terjatuh.

"Oh lihatlah tanganmu sendiri yang mengalungkan nya," senyum Edward.

Edward menempelkan tubuh Fusya di dinding kaca, sehingga tubuh Fusya benar-benar terhempit oleh kaca dan dadanya yang besar sangat mencetak disana.

"Sakit ...sakit..." Teriak Fusya.

"Belum seberapa," balas Edward dengan girang.

Edward menurunkan gendongan nya merobek seluruh baju gadis itu, "ingat.... Kau membayar harga kamera ..ingat,"

Kini hanyalah bra dan celana dalam yang Fusya kenakan, Edward membanting tubuh Fusya di lantai dan mencumbui nya dengan ganas.

"Eemmhhh,"

Duar..duar....suara tembakan dari luar pintu.

"Kau belum membayarnya namun kau sudah menyentuhnya Edward,"

Larry membawa sebuah pistol dan dengan santainya mendekati Fusya.

"Larry," teriak Fusya karena sebuah tongkat telah memukul leher Larry dari belakang hingga jatuh pingsan.

Edward hanya tersenyum, "bodoh sekali,"

"Bagus... kerja kalian bagus.... aku akan menambah 2x lipat," ucap Edward.

_____________***********____________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel