Part 8
Fusya dan Larry telah terikat oleh tali yang saling berhubungan di dalam ruang gelap.
Fusya hanya mengenakan sisa baju putih yang robek tadi setelah semuanya di rusak habis oleh Edward.
"Larry bangunlah," Fusya menyenggol dengan lengannya ke arah belakang.
"Hmmm,"
"Bagaimana bisa kau kesini?"
"Tentu aku menagih uang nya, bukan untuk menolong mu,"
Fusya berfikir dirinya berada disini untuk menjemput nya kembali, namun tidak, Larry hanyalah mengejar uang itu bukanlah dirinya.
"Kau jahat Larry,"
"Dengar, lain kali jika kau berucap harus berfikir Matang, lagipula dirimu sendiri yang menantang ku," entahlah dalam kondisi seperti ini mereka masih sempat saja berdebat.
"Apa kau tidak mengerti apa yang aku rasakan," nada Fusya sedih.
"Aku tidak ingin tau Fusya, dan aku tidak mau tau," tolak Larry.
Ruang gelap itu mengeluarkan sedikit cahaya, tentu karena pintu itu terbuka.
"Bagus, jika kalian berdua sudah bangun," ternyata itu adalah Edward.
Ia menyalakan lampu ruangan itu dan duduk di kursi di depan hadapan kedua orang tersebut.
"Kau ingat Larry, kau pernah mengusirku, aku sangat muak dengan sifat angkuhmu itu, dan sekarang lihatlah Larry, kau yang selalu ingin menang kini berada dalam sekapanku," senyum Edward di atas penderitaan mereka berdua.
"Kau membohongi ku Edward,"
Edward melempar kotak kecil di depan dan mengebrak meja, "jangan berkata aku membohongi mu Larry, nalar lah sendiri siapa yang pantas menerima julukan itu, kau yang memulai ini semua," teriak Edward dengan emosi memuncak.
"Diam lah kau tua Bangka, kalian berdua sama. Sama-sama gila dan tidak waras, entah kenapa aku harus di pertemukan makhluk seperti kalian," teriak Fusya menyindir mereka berdua.
Edward mendekati Fusya menjambak rambut Fusya, "kau bilang apa tadi?"
"Kau tua Bangka, gila dan tidak waras,"
PLAK
Edward melayangkan tamparan di pipi Fusya sangat keras.
"Edwarddddddd kau melampaui batasanmu," teriak Larry tidak terima atas hal itu, entah mengapa kini jiwa sejatinya telah keluar, namun terlambat, mengapa ia menyadari disaat genting seperti ini,?
Edward hanya tersenyum setelah menampar Fusya, "kenapa Larry? bukankah kau juga pernah melakukan ini?"
Edward memanggil kelima bodyguard nya menyuruh melepas ikatan mereka dan memukul habis-habisan Larry.
"Cepat habisi lelaki itu, aku sudah muak atas kesombongan nya," perintah Edward.
Bugh
Bugh
kelima bodyguard itu terus menghantam Larry hingga babak belur, kaki mereka terus menendang tubuh Larry hingga bibir Larry mengeluarkan darah dan wajah Larry penuh luka-luka.
"Hentikan," Teriak Fusya.
"Ssyyuutttt kenapa gadis kecil?" tanya Edward menempelkan jemari di bibir Fusya.
"Lepaskan Larry! jangan sakitin dia," sejahat apapun Larry namun jika teringat akan jasa orang tuanya terhadapnya sangatlah besar, mungkin Larry adalah manusia kejam namun tadi ia juga berusaha menolong, ya ketika Edward mencoba menyakiti nya, antara Edward atau Larry jelas lebih baik ia memilih bersama Larry setidaknya Larry adalah lelaki yang sudah ia kenali sedangkan Edward? Hanya beberapa hari saja walau keduanya sangat lah kasar.
"Hentikan," perintah Edward.
Para bodyguard itu pun menurut menghentikan pukulannya, terkapar lah sudah tubuh Larry yang gagah.
Mungkin ini adalah sebuah karma dimana saat ia merasa hebat dan sering memukuli seenaknya bahkan kepada Fusya, kini harga diri Larry sangat jatuh di pukul habis-habisan oleh kelima bodyguard dan tak bisa melawan.
"Fusya," suara pelan Larry.
"Larry bertahanlah,"
Edward merasa mereka berdua ini sangat mendramatisir berlebihan, "astaga kalian,"
"Edward lepaskan dia! dia bisa celaka," pintah Fusya.
"Kenapa kau memanggilku Edward? biasanya tua Bangka," goda Edward.
"Baiklah tua Bangka lepas kan Larry," Ucap Fusya penuh penekanan pada kata tua Bangka.
Edward melepas ikatan Fusya, menarik tubuh Fusya mengendong nya di atas meja, "aku akan lepaskan dia gadis kecil, asal layani aku dengan lembut," ucap Edward mengelus paha Fusya di atas meja.
Larry mendengarkan itu semua badanya mencoba untuk bergerak namun sangat sakit dan sulit, "edwarddddddd" teriak Larry.
Fusya menampar pipi Edward, "kau fikir diriku adalah wanita penghibur?"
Ia menjatuhkan tubuh Fusya dari atas meja yang tidak terlalu tinggi, kini wajah Fusya dan Larry sangatlah dekat dan berhadapan.
Larry menjadi sedih atas apa yang menimpanya, mengapa ia kehilangan kekuatannya di saat seperti ini, maksudnya adalah kekuatan memukul, mengapa ia harus tersadar saat kondisi seperti ini, ia membenci ini, mengapa ia pernah menyiksa gadis di hadapannya, lebih parahnya adalah sekarang ia menaruhkan hidupnya untuknya, harga diri seorang Larry sangatlah hancur melihat ini semua, sangatlah malu tidak bisa melakukan perlawanan apapun kepada Edward.
"Edward kau akan menerima balasan ini semua," ucap Larry sangat pelan namun bisa di dengar.
Edward menjambak rambut Fusya sehingga gadis itu benar-benar sangat kesakitan dihadapan mata Larry, "lihat lah Larry! lihat, ini adalah balasan karena kesombongan mu, kau merasa kuat dengan segala uang yang kau miliki, akan aku hancurkan semua itu"
Fusya hanya menangis merasa kulit kepalanya ingin lepas dari rambutnya.
"Lepaskan dia Edward! Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini," Teriak Larry.
"Ada, tentu ada Larry, Karena kau menyimpan perasaan terhadapnya bukan?"
"Tidak kau salah besar, aku hanya menggunakan dia, karena sebuah sesuatu," Larry tidak mengucapkan bahwa sebuah sesuatu itu adalah hutang, karena itu sangat berat.
"Baiklah kau memanfaatkan dia untuk sebuah sesuatu bukan? Maka aku juga akan menggunakan nya sebagai sesuatu,"
"Apa maksudmu?"
Edward menendang wajah Larry dengan kakinya hingga tersungkur. "Aku sudah bilang, aku akan menyetubuhinya di depan matamu dengan kelima bodyguard ku, maka aku akan melepaskan mu, bagaimana Larry? apakah itu cukup seru?" Tawa kelima bodyguard dan Edward.
"Tidak ...jangan ..." Fusya meneteskan air mata.
Larry mencoba berdiri dari hadapan Edward, namun pukulan dari satu bodyguard telah merobohkan tubuh Larry kembali.
"Ambilkan aku lilin," perintah Edward kepada salah satu bodyguard.
"Nyalakan!" Perintah Edward.
Edward melepas sisa pakaian putih itu, menyisahkan bra dan CD milik Fusya.
Mengikat tangan Fusya ke atas dan diikatkan kepada penghubung paku atas sehingga tangan Fusya terikat dan berposisi ke atas.
Lalu kaki Fusya diangkat satu oleh Edward di ikatkan kembali di atas dihubungkan dengan tali tangan, sekarang Fusya berdiri hanya menggunakan satu kaki di angkat dengan tangan diikat di atas.
Merasakan setiap tali yang mengikatnya terlalu rapat dan sakit "it's so hurt," ucap Fusya pelan.
Larry tak tega melihat itu semua, mungkin jiwa normalnya telah kembali setelah sekian lama hilang.
Ia mencoba bangkit melempar sesuatu di wajah Edward, " hentikan Edward! dia tidak ada hubungannya dengan diriku," Teriak Larry.
Ketiga bodyguard itu mengikat tubuh Larry hingga benar-benar lemas, lemah dan tak berdaya.
"Lihat! nikmati! jangan mengoceh!" balas Edward.
Tak tersadar Larry telah meneteskan air matanya untuk yang pertama kalinya setelah beberapa bulan terakhir, tak mampu melihat itu semua.
Edward menyalakan lilin-lilin itu dan meneteskan setiap bubuhan cairan ditubuh Fusya, setiap tetesan lilin tersebut diikuti tawa kelima bodyguard Edward.
"Aaahhhh ....aaahhhh...aaahhhh.." desis Fusya menahan panas.
Larry benar-benar tak sanggup melihat ini semua.
