Bab 9 Demi Ian
Ray senang, pekerjaannya selesai lebih cepat dari yang diperkirakannya, dan sesuai dugaannya Claire tidak akan menghubunginya, kelihatannya dia yang harus mendatangi wanita itu lagi. Empat hari ini dia menyelesaikan pekerjaannya tanpa ingat waktu, supaya dia bisa segera melihat Claire dan Ian, dan ternyata hasilnya tidak sia-sia. Dia menghubungi asistennya untuk menyiapkan perjalanannya siang itu juga, didalam perjalanan saat sudah mendekati kota dimana putranya tinggal, teleponnya berdering.
"Apa? bagaimana keadaannya?" teriak Ray panik
"Kawal dan minta dokter terbaik dirumah sakit untuk menanganinya. Aku akan segera tiba disana." Perintah Ray pada orang yang meneleponnya, setelah itu dia menyuruh supir mempercepat perjalananya, dia tidak ingin putranya dalam bahaya, dia akan merasa berdosa sekali jika sampai Ian pergi dari sisinya dan sisi Claire, rasa kuatir akan Claire juga membuatnya resah, dia yakin saat ini Claire pasti sedang panik dan kuatir.
Ray menelepon dokter keluarganya, memintanya menyiapkan timnya untuk melakukan penerbangan segera kerumah sakit tempat Ian ditangani, dan betapa takutnya dia akan kehilangan putranya saat mendapat laporan jika putranya mengalami pendarahan cukup parah.
Dia sampai dirumah sakit dan melalu koneksinya dia bisa masuk kedalam ruang penanganan Ian, dia melihat putranya yang pucat dan darah telah membuat seragam putihnya menjadi merah, dokter mengatakan dia harus melakukan tranfusi darah pada Ian, dan Ray langsung menyatakan dirinya yang akan menjadi donor untuk putranya, dengan alasan putranya memiliki alregi akut dan kuatirnya tidak bisa menerima darah orang lain. Dokter itu tidak meragukan jika Ray adalah orangtua dari Ian karena dia bisa melihat kesamaan raut wajah mereka, mereka langsung melakukan penanganan, dan setelah selesai dan memastikan putranya sudah dalam kondisi stabil dan tinggal menunggu persetujuan untuk operasi, sebelum dokter itu keluar Ray meminta waktu untuk mengajak dokter itu berdisuksi.
Ray meminta dokter itu mengatakan kondisi Ian yang sebenarnya tetapi Ray ingin dokter itu merahasiakan bahwa dia sudah mendonorkan darahnya untuk Ian dan meminta bantuan dokter itu mengabarkan mereka masih membutuhkan darah untuk Ian. Awalnya dokter itu menolak, tetapi bukan Ray jika tidak bisa menyakinkan dokter itu.
Ray bisa melihat bagaimana Claire saat mendengar perkataan dokter itu, "Maafkan aku Claire, karena mungkin ini jalan satu-satunya untuk membuatmu berada disampingku dan menjadikanmu dan Ian milikiku" bisik Ray dalam hati.
Ray melihat Clarie lari meninggalkan rumah sakit mengabaikan teriakan Levi dan Felix, dia yakin Clarie akan menghubunginya dengan segera, dia harus melakukan ini, mungkin sedikit kejam tetapi jika ini adalah cara tercepat untuk mendapatkan Claire dan Ian. Dia menghubungi pengacaranya memintanya menyiapkan semua dokumen yang diperlukan, dan memintanya merahasiakan permintaannya ini dari orangtuanya, karena dia sendiri yang akan menceritakan pada mereka.
Seperti dugaan Ray, Claire menghubunginya dan dengan menguatkan hati dan membuat suaranya sedingin mungkin, dia meminta Claire memenuhi permintaannya sebagai gantinya dia akan menolong Ian. Ray yakin Claire pasti akan menerima semua persyaratannya, bahagia bercampur rasa bersalah karena telah membohongi Claire berkecamuk dalam hati dan pikirannya, tetapi dia harus yakin, setelah dia menempatkan Claire disampingnya maka semakin mudah dia menghancurkan tembok penghalang yang dibangun oleh Claire. Ray tahu sungguh berat untuk Claire menentukan pilihannya, tetapi karena kondisi Ian yang paling penting saat ini Claire hanya bisa mengabulkan semua permintaan Ray selama Ray mau menolong Ian. Claire sama sekali tidak bisa berpikir yang lain selain keselamatan Ian, baginya wajar jika orang seperti Ray memanfaatkan keadaan ini untuk memanfaatkannya tetapi apakah dia punya kekuasaan untuk menolak dengan mempertaruhkan nyawa putranya, lebih baik dia mengalami penderitaan daripada Ian harus pergi dari sisinya.
Stevano menghubungi Ray, dia mendapat kabar jika Ian terluka parah, dan dia juga mengetahui jika putranya sudah berada disana.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Stevano yang Ray yakin disampingnya Monica ikut mendengarkan.
"Sudah stabil, tetapi masih belum melewati masa kritis. Dia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan darah beku yang tertinggal, Ray akan membawa Claire dan Ian ke New York hari ini juga." kata Ray pada orang tuanya.
"Apakah Claire sudah bersedia?" tanya Monica yang sesuai dugaan Ray ikut mendengarkan.
"Mom dad, nanti Ray jelaskan setelah Ray disana, sekarang Ray akan mengatur kepindahan mereka dulu."
"Baiklah, Ray jangan sampai salah mengambil tindakan." Kata Stevano yang yakin putranya sedang melakukan tindakan yang ekstrim sampai dia bisa memaksa Claire dan Ian ke New York.
"Semua tindakan pasti ada akibatnya dan Ray akan mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sekarang Ray fokus menyembuhkan Ian dulu."
"Ok. Kabari kami kondisi selanjutnya dan kapan kami boleh bertemu mereka."
"Ok"
Ray mengatur semuanya, dia yang akan mengendarai helikopter yang akan membawa Ian dan yang lainnya, yang tentunya tanpa sepengetahuan Claire, dia yakin Claire tidak akan menyadari keberadaannya karena fokus dengan putranya.
Ray sudah mempersiapkan semuanya, bahkan dia membuat pengacaranya bekerja keras untuk memenuhi permintaannya hanya dalam waktu setengah hari.
Claire sangat sedih melihat kondisi Ian saat dia kembali kerumah sakit dan diijinkan untuk melihat putranya, wajahnya pucat, selang oksigen terpasang di hidungnya, di lengan kirinya tertancap jarum infus, walau dokter mengatakan kondisinya telah stabil tetapi melihat mata putranya terpejam tetap saja dia kuatir.
Seperti kata Ray, dalam sepuluh menit pintu rumahnya diketuk dan bertanya padanya apakah dia sudah siap. Claire hanya membawa beberapa perlengkapan yang dirasanya perlu, juga beberapa barang milik Ian.
Orang yang menjemput Claire mengantarkannya ke rumah sakit dan mengatakan barang-barangnya akan segera dimasukkan dalam helikopter yang akan membawa mereka. Claire teringat perkataan Levi, jika uang adalah segalanya, tidak ada yang tidak mungkin jika uang sudah berbicara, sekarang dia mengalami sendiri secara langsung.
Claire keluar dari ruang Ian karena dokter mengatakan akan mempersiapkan untuk pemindahan Ian, dia menemukan Levi dan Felix masih duduk diluar ruang perawatan Ian, "Bagaimana keadaannya?"
"Tadi kami berdua diijinkan masuk untuk melihat keadaannya, dokter mengatakan kondisinya stabil dan Claire apa yang telah kamu lakukan? Kami mendengar jika Ian akan dipindahkan ke rumah sakit di New York." tanya Felix dengan nada kuatir.
"Aku minta maaf karena belum bisa menjelaskannya sekarang, dan aku mohon maaf karena untuk sementara tidak bisa membantu di toko karena aku harus menjaga Ian di sana."
"Apakah kamu yakin kamu tidak apa-apa?" tanya Levi lagi.
"Ya, aku tidak apa-apa asalkan Ian sembuh itu sudah satu harapan terbesarku."
"Dengan siapa kamu ke NY? Siapa yang kamu hubungi Claire, sampai membuatmu dan Ian langsung akan terbang kesana?"
Claire berpikir sejenak lalu berkata, "Daddynya Ian. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa menolong Ian."
Levi dan Felix sama-sama terkejut, dia tidak menyangka jika Clarie mengenal daddynya Ian.
Belum hilang rasa terkejut mereka ketika Claire dihampiri 2 orang pria berjas rapi, "Maaf nyonya, penerbangan tuan muda sudah siap." Claire menatap Levi dan Felix, "Aku janji akan menceritakannya nanti, dan aku akan mengabarkan kondisi Ian secepat mungkin pada kalian." Claire memberi pelukan sebelum berbalik mengikuti dua pria yang menjemputnya dan meninggalkan Levi dan Felix yang kebinggungan.
"Apakah mereka ada kaitannya dengan orang-orang asing yang beberapa minggu ini tinggal di kota kita?" tanya Felix pada Levi.
Para warga memang menyadari kedatangan beberapa orang asing ditengah-tengah mereka, tetapi saat mereka bertanya pada pimpinan kota , mereka mendapat kabar jika orang-orang asing itu adalah konsultan yang dipekerjakan untuk menganalisa salah satu resort didekat sana.
"Maksudmu, daddynya Ian datang untuk menjemput mereka?" tanya Levi
"Semoga saja, dan semoga daddynya Ian adalah orang baik dan bsia membuat mereka berdua bahagia." Jawab Felix.
Mereka melangkah keluar dari ruamh sakit dan melihat Sean berlari menuju mereka, "Bagaimana keadaan Claire dan Ian? Aku baru mendapat beritanya setelah berlabuh dan secepat mungkin kemari."
"Ian harus menjalani operasi, sekarang mereka sedang melakukan perjalanan ke New York, Ian akan ditangani disana." Jawab Levi.
"New York? Kenapa harus dibawa kesana? Apakah rumah sakit disini tidak sanggup menanganinya?"
"Darah yang dibutuhkan Ian tidak tersedia disini, dan satu-satunya yang bisa menyelamatkannya ada di New York." Jawab Felix.
"Siapa?"
"Kami juga tidak tahu, Claire belum sempat menjelaskannya pada kami."
"Dimana Claire sekarang?"
"Dia sudah terbang menggunakan helicopter yang membawa Ian."
"Aku terlambat. Apakah kalian memiliki alamat atau rumah sakit mereka disana?"
Levi dan Felix menggeleng, mereka memang tidak tahu karena kejadian yang terjadi begitu cepatya, membuat mereka tidak terpikir untuk bertanya. dan mereka juga tidak ingin mengatakan prihal daddynya Ian selama mereka masih belum mendapat cerita yang sebenarnya dari Claire, mereka yakin jika Claire merahasiakan dari mereka itu artinya ada hal yang tidak boleh mereka sampaikan pada orang lain, walau mereka tahu Sean menaruh hati pada Claire.
"Kabari saya jika Claire menghubungi kalian." Kata Sean yang kecewa karena dia terlambat menjadi pahlawan untuk Claire, walau dia tidak terlalu menyukai Ian, tetapi dia tahu untuk mendapatkan Claire dia harus bisa menerima Ian.
Levi dan Felix hanya mengangguk, mereka juga tidak mengerti apa yang terjadi dan mereka hanya bsia menunggu serta berdoa untuk keselamatan Ian dan Claire.
Claire belum pernah naik helikopter, tetapi dia tidak peduli, dia tidak sempat lagi merasa takut ataupun kagum, dia hanya ingin terus berada disamping putranya.
"Maafkan mommy yang telah membuatmu seperti ini, mommy janji akan mengenalkanmu pada daddymu dan membuatmu merasakan pelukannya saat kamu sehat nanti, mommy hanya ingin kembali melihat matamu yang bersinar dan senyummu yang menghibur, jangan tinggalkan mommy." Claire berbisik ditelinga putranya, dia terus mengenggam tangan putranya tanpa berniat melepaskannya. Mata seseorang didalam helikopter itu berkaca-kaca mendengar bisikan berulang yang di bisikkan Claire pada Ian.
"Aku berjanji akan memberi kalian berdua kebahagiaan yang terlambat kusadari" bisiknya dalam hati.
