
Ringkasan
Claire tidak ingat kapan dia terakhir merasakan kebahagiaan, bukan karena dia lupa ingatan atau tidak pernah merasakan kebahagiaan, tetapi sejak kecelakaan yang merengut nyawa kedua orangtuanya dan sejak grandmanya sakit-sakitan, Claire menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja, tidak ada waktu untuknya mengingat masa lalu.Reynard selalu menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, lahir dari keluarga harmonis dan berkedudukan sebagai pimpinan tertinggi sebuah perusahaan besar dan terkenal, membuat hidupnya tidak ada beban yang berarti.Apakah Ray bisa mengembalikan kebahagiaan Claire?
Bab 1 Akhir Segalanya
Claire melangkah perlahan, badannya serasa remuk dan bagian bawahnya terasa sangat sakit, dia mengabaikan tatapan orang-orang yang melihatnya keluar dari tempat itu, dia hanya ingin secepat mungkin meninggalkan tempat itu setelah tragedi yang dialaminya semalam.
Claire bertugas melayani disalah satu ruang VVIP di bar tempat dia bekerja saat malam hari, pekerjaan yang terpaksa dikerjakannya karena membutuhkan uang untuk pengobatan grandma yang merawatnya sejak kedua orangtuanya meninggal. Seperti biasa, dia mengantarkan pesanan ke ruangan itu dan melihat bagaimana orang-orang kaya itu dengan mudah menghabiskan uangnya, kelihatannya salah satu dari mereka ada yang berulang tahun. Claire sudah sering melihat orang-orang mabuk dan binggung, jika minuman keras itu membuat mereka mambuk, muntah dan pusing mengapa mereka masih meminumnya sampai berlebihan, bahkan mengeluarkan uang banyak untuk minuman yang akan menyakiti badan mereka. tetapi jika dia berpikir kembali, jika tidak ada tempat seperti ini, maka penghasilannya sebagai penjaga toko swalayan tidak akan cukup untuk membiayai pengobatan grandma, satu-satunya keluarganya.
Claire tidak menyangka jika malam ini adalah malam yang akan merubah hidupnya, Claire berjalan dilorong ruang VVIP, dan tiba-tiba salah satu pintu ruangan itu terbuka dan seorang pria yang terlihat mabuk dipapah oleh temannya yang kelihatannya juga sedang mabuk, dari dalam ruangan terdengar panggilan, tiba-tiba pria yang membopong temannya menghentikan langkah Claire, "Antarkan dia keruang kamar 1215, ini kuncinya." Belum sempat Claire menjawab pria itu sudah menyerahkan temannya padanya dan kembali masuk kedalam ruangan. Dengan terpaksa Claire membawa salah tamu yang mambuk itu ke kamar di lantai atas bar itu, dengan kunci yang diberikan padanya oleh pria tadi dia membuka pintu kamar itu dan memapah dengan susah payah pria mabuk itu.
Saat Claire akan membaringkannya ditempat tidur, tubuhnya yang lebih kecil dari pria itu ikut terjatuh menipa pria itu, dan pria itu membuka matanya. Tatapan mata mereka saling terkunci, Claire melihat bola mata berwarna biru itu tanpa berkedip, terpana pada keindahan warna mata pria itu sampai tiba-tiba posisi mereka terbalik, Claire yang menyadari apa yang akan dilakukan oleh pria itu mencoba memberontak tetapi kekeuatan pria itu jauh lebih besar dari dirinya. Bau minuman keras menusuk indera penciumannya, pria itu mencium paksa dirinya dan merobek pakaiannya, meremas payudaranya dan meraba kewanitaannya. Claire masih mencoba memberontak mencoba menyadarkan pria tidak dikenalnya itu, tetapi tiba-tiba saja dia merasa dirinya terbelah, sesuatu besar dan keras menembus kewanitaannya, dan saat itu Claire langsung menangis karena kesakitan dan penyesalan akan nasibnya.
Pria itu mencapai kepuasannya didalam Claire bukan hanya sekali tetapi berkali-kali, membuat Claire lemas tidak bertenaga, setelah pria itu keleleahan dia langsung terjatuh menipa Claire, Claire berusaha melepaskan diri dan setelah berhasil dia mencoba berdiri dan mengambil sisa-sia pakaiannya, dengan cepat dan tanpa memperdulikan pria itu dia keluar dari kamar dan langsung melangkah keruang ganti karayawan yang sudah sepi untuk mengambil tasnya dan pulang, dan ternyata malam itu bukan hanya keperawanannya telah direngut dari dirinya, satu-satunya keluarga yang dikenalnya juga direngut dari dirinya membuatnya kembali merasakan kehilangan dan penderitaan. Claire sudah lama tidak merasakan kebahagiaan, baginya kata bahagia sudah menajuh dari dirinya sejak kedua orangtuanya meninggal saat dia berusia 15 tahun. Keluarganya bukanlah keluarga kaya raya, kedua orangtuanya bekerja sebagai buruh pabrik, mereka hidup sederhana dengan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari, namun Claire merasa bahagia karena kedua orangtuanya sangat mencinatinya, namun sejak mereka meninggal karena kebakaran dipabrik tempat kerja mereka yang merengut cukup banyak korban jiwa, bukan hanya kedua orangtuanya, Claire kehilangan cinta itu. dia harus bekerja membantu grandmanya untuk biaya sekolah, karena kebakaran di tempat kerja itu disebabkan kelalaian perusahaan maka pihak asuransi tidak bisa memberikan uang jaminan pada keluarga dan perusahaan sehingga Claire dan grandma terpaksa harus bekerja untuk kenjutan hidup mereka. Mereka terpaksa pindah dari rumah kontrakan ke flat kecil.
Sekarang Claire berusia 22 tahun, dan selama 7 tahun dia bekerja semampunya untuk biaya hidup apalagi sejak setahun yang lalu grandmanya didiagnosa menderita penyakit jantung, Claire yang bukan lulusan perguruan tinggi terpaksa harus menambil beberapa pekerjaan sampingan dengan gaji kecil untuk biaya pengobatan, Setiap hari sejak matahari belum terbit dia sudah melakukan pekerjaan mengantar susu dan koran, bahkan sampai matahari terbenam, saat dia pergi dia akan menyiapkan makanan untuk grandmanya, menyiapkan segala sesuatu supaya grandmanya tidak kesulitan, sampai akhirnya seorang teman menawarkannya pekerjaan sebagai pelayan bar, karena gaji yang ditawarakan bisa untuk membantu biaya berobat grandmanya, maka Claire akhirnya bersedia mengambil pekerjaan itu. Hampir 6 bulan dia bekerja sampai tragedi itu terjadi dan membuat nasib serta jalan hidupnya berubah.
Claire sampai dirumah, dengan cepat dia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia tidak ingin grandma melihat keadaannya. Claire menangis tanpa suara dibawa pancuran air dingin, saat ini dia tidak tahu menangisi nasib sialnya atau menangisi apa yang terjadi, namun Claire masih mengingat grandma membutuhkannya dan dia harus bisa bertahan untuk itu, dengan cepat dia menyelesaikan mandinya dan berjalan menuju kamarnya utnuk berganti pakaian, setelah itu dia segera menuju kamar grandma nya dan alangkah terkejutnya dia melihat grandmanya telah berada dilantai dengan darah mengenang disekitar kepalanya. Claire langsung berteriak, "Grandmaaaaaa......" dalam kepanikannya, Claire memeluk grandma dan saat itu dia tahu dia telah kehilangan satu-satunya keluarganya. Tubuh grandma sudah dingin, Claire menjerit, dadanya terasa sesak, mengapa dalam semalam semua nasib buruk menimpa dirinya.
Teriaka dan jeritan Claire terdengar para tetangganya, mereka mengetuk dan akhirnya mendobrak masuk, melihat bagaimana Claire menangis, memeluk grandmanya.
Mereka memanggilkan ambulance tetapi saat ambulance datang petugas mengatakan jika korban telah meninggal. Para tetangga langsung bergerak membantu Claire yang kelihatan sekali tidak bisa melakukan apapun selain menangis, mereka tahu jika Claire adalah gadis yang baik, dan grandma adalah satu-satunya keluarga untuknya. Dalam kesibukannya mencari nafkah dan biaya berobat, Claire masih dengan ringan tangan membantu para tetangganya membuat mereka sekarang berbondong-bondong membantunya.
Airmata tidak henti-hentinya keluar dari mata Claire, bahkan setelah pemakaman. Claire berdiam didalam kegelapan flat kecil itu setelah apra tetangga memintanya untuk beristirahat, dia menangis dalam gelap dan diam, bertanya pada Tuhan mengapa orang-orang yang mencintainya diambil secepat itu dari dirinya, apa yang harus dilakukannya sekarang, dia hanya tinggal sendiri sekarang dan tidak ada lagi yang harus diperjuangkannya apalagi setelah apa yang menimpa dirinya, dia telah kehilangan harapan hidupnya. Perlahan Claire bangkit, dia ingin pergi, meninggalkan semua kenangan dan luka, melepaskan semua luka dan penderitaannya.
Claire menulis beberapa pesan untuk tetangganya, dia yakin mereka akan memaksanya untuk tinggal jika mereka mengetahui dia akan pergi, Claire tahu jika tetangga-tetangganya juga memiliki kesulitan hidup masing-masing dan dia tidak ingin menjadi beban untuk mereka.
Setelah memastikan semuanya selesai, Claire mengangkat tas kecil yang sudah disiapkannya, melihat sekali lagi kesekeliling flat sebelum menutup pintunya.
Claire tidak tahu harus pergi kemana, dia hanya ingin pergi ketempat yang jauh, menjauh untuk mencari apa yang harus dilakukan pada hidupnya.
Claire sampai di terminal bus, dia memilih acak tujuan yang ingin ditujunya dan akan turun pada perhentian terakhir dari bus itu.
Matahari yang baru terbit menyambut kedatangannya, kakinya melangkah menuju tepi pantai, Claire duduk disana, melihat laut yang begitu tenang, apakah jika dia disana dia juga akan merasa tenang? Pikiran itu masuk dalam otaknya, Claire bangkit berdiri berjalan perlahan menuju bibir pantai, mengabaikan air laut yang sudah membasahi akkinya, dia terus melangkah masuk kedalam ketenangan laut. Air sudah mecapai lututnya dan dinginnya air laut itu tidak dirasakannya, tatapan matanya kosong dan hanya fokus pada ujung lautan, Claire tetap terus melanjutlan langkahnya untuk masuk lebih dalam lagi, dia ingin mencapai ujung lautan yang melambai padanya, mengundangnya untuk masuk kedalam pelukan lautan itu.
