Bab 8 Aku setuju
"Selamat pagi Claire, apakah kamu tidak ingin mempersilahkan aku masuk?"
Claire tidak mengenal pria dihadapannya tetapi dia mengingat siapa pria itu, dan Claire sadar putranya sangat mirip dengan pria dihadapannya sekarang.
"Ada perlu apa?" tanya Claire yang sadar dari keterkejutannya.
"Apakah kamu menginginkan para tetangga mendengar pembicaraan kita?"
Claire diam dan kemudian mempersilahkan pria itu untuk masuk kedalam rumah kecilnya.
Ray masuk kedalam rumah yang sudah dilihatnya selama dua minggu ini, dan benar dugaannya suasa didalam rumah itu sangat nyaman dan penataan rumah itu juga sangat rapi, padahal dirumah itu ada seorang anak balita yang sedang aktif-aktifnya.
Tanpa menunggu Claire mempersilahkannya duduk, Ray langsung duduk di salah satu kursi yang berada diruangan itu, ruangan yang diduganya sebagai ruang tamu dan juga ruang keluarga.
"Kamu mengenaliku?" tanya Ray pada Claire.
Claire menggeleng, "Saya tidak mengenali tuan, dan ada keperluan apa tuan datang kemari?" Clarie merasa takut, dia takut jika pria didepannya ini mengambil Ian dari dirinya, bagaimana mungkin setelah 3 tahun pria ini muncul dihadapannya.
"Jangan panggil saya tuan, saya Raynard, panggil saya Ray." Ray bisa melihat ketakutan Claire dan dia tidak ingin Claire takut dan menghindarinya.
"Aku tahu saat ini sudah terlambat untukku meminta maaf atas perbuatanku, aku sudah mencarimu dan kehilangan jejakmu, aku mau ingin bertanggung jawab atas perbuatanku kepadamu."
"Tidak perlu, aku sudah melupakannya."
"Aku yakin kamu tidak akan pernah melupakannya, Claire aku tahu, aku tidak layak mendapat maafmu karena perbuatanku padamu tetapi pertimbangkanlah ini untuk Ian."
Claire tencengang, "Apa maksudmu? Ian adalah putraku."
"Dia juga putraku. Aku hanya ingin dia mengetahui hal itu, aku tidak akan mengambilnya darimu karena aku telah bersalah pada kalian berdua. Ijinkan aku menebus dosa-doasku dengan mejaga dan merawat kalian berdua."
"Tidak perlu, aku bisa menjaga dan merawatnya. Aku sudah memaafkan anda, jadi anda tidak perlu lagi merasa bersalah atau berdosa."
Sebelum Ray memutuskan menghadapi Claire, dia tahu jika bukan hal mudah untuk bisa dekat dengan Claire apalagi meminta ijinnya untuk dekat dengan Ian, putranya, tetapi dia harus berusaha dan memulai jika dia ingin mencapai tujuannya.
Dua minggu ini dia melihat dan menyelidiki tentang Claire, dia yakin Claire adalah wanita yang baik tetapi karena kehidupan yang dilaluinya penuh duka membuatnya membangun tembok tinggi yang sulit ditembus siapapun, dan tugasnyalah meruntuhkan tembok itu supaya dia bsia membahagiakan Claire dan Damian.
"Kata-katamu tidak cukup membuat dosa ku dimaafkan, ijinkan aku membawamu dan Ian, bersama kita memberi Ian keluarga yang lengkap."
Claire tidak menyangka jika pria yang bernama Ray ini akan membawanya dan Ian, pria ini kelihatannya bukan orang sembarangan, dia juga tahu jika pria didepannya ini memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk merebut Ian dari sampingnya, tetapi bagaimana mungkin dia menyetujui dan menerima tawaran pria yang sama sekali tidak dikenalnya, walaupun itu untuk kepentingan putranya. Bagaimana keluarga pria itu bisa menerima mereka?
"Claire, pikirkanlah tawaranku ini. Aku benar-benar ingin membahagiakan kalian." Ray berdiri dan meninggalkan kartu namanya diatas meja, "Hubungi aku jika kamu sudah memutuskannya, aku hanya ingin Ian bahagia dengan mengenal daddynya."
"Aku dan Ian tidak akan ikut denganmu." Kata Claire sebelum Ray mencapai pintu.
"Pikirkanlah dulu, aku akan menunggu." Kata Ray, dia membuka pintu depan, keluar dan menutupnya kembali.
Claire langsung melemas, dia sangat takut Ian diambil darinya, tetapi dia juga tidak mungkin mengikuti keinginan pria tadi. Claire teringat perkataan Ian beberapa hari yang lalu,
"Mom, apakah daddy memiliki warna mata yang sama dengan Ian?"
"Ya, kenapa kamu menanyakannya?"
"Apakah mommy marah pada daddy karena pergi meninggalkan mommy berdua dengan Ian?"
"Bagaimana mommy bisa marah pada daddy malaikat jika dia telah memberikan Ian untuk menemani mommy."
"Mom, bagaimana rasa pelukan daddy?"
Claire tidak bisa menjawab pertanyaan terakhir putranya, tetapi dia bisa melihat kerinduan pada sosok daddy pada mata biru putranya, sesuatu yang tidak mungkin bisa Claire berikan padanya.
Claire memeluk Ian, "Rasanya sama seperti mommy memeluk Ian."
Putranya hanya diam dan balas memeluk Claire, mommynya benar pelukan daddy yang ditemukannya ditaman sama seperti mommynya, menenangkan dan membuatnya merasa aman.
Claire menangis tanpa suara, apakah dia harus menerima tawaran pria itu dan mengenalkannya pada Ian?, Claire mengambil kartu nama pria itu membacanya dan menyimpannya. Dia harus menjemput Ian disekolah dan Ian tdiak boleh melihat dia bersedih, dengan cepat Claire mencuci muka, dan bersiap-siap menjemput putranya.
Ray melihat Claire keluar dari rumahnya, yang dia tahu wanita itu akan menjemput putranya, dia bisa melihat jika Claire baru menangis, dan hatinya kembali sakit karena telah membuat Claire kembali mengeluarkan airmatanya.
Semoga saja Claire segera menerima tawarannya, dia harus kembali ke New York dan dia meminta anak buahnya terus mengawasi dan melindungi Claire selama dia tidak ada disana, dan meminta mereka melaporkan semua kejadian dan kegiatan Claire dan Ian.
Stevano dan Monica menemuinya dikantor dan Ray tahu jika mereka pasti ingin mengetahui perkembangannya.
"Kamu kembali kekantor, apakah tugasmu sudah selesai?"
Ray menceritakan pada mereka apa yang telah terjadi, "Ian persis seperti diriku, dia sangat pandai."
"Ray, apakah kamu yakin Claire akan menerima tawaranmu?" tanya Monica yang kautir jika Claire tidak menerima Ray, maka dia mungkin tidak akan bisa mengenal dekat cucunya.
"Sebenarnya Ray tidak yakin, tetapi jika terpaksa mungkin Ray akan menggunakan Ian untuk memaksanya menerima tawaran itu."
"Maksudmu kamu mau merebut paksa Ian dari Claire?"
"Jika itu jalan satu-satunya untuk bisa membawa Claire dan Ian bersamaku."
"Maksudmu, kamu akan menikahi Claire? Apakah kamu melakukannya demi Ian?"
Ray menggeleng, "Dua minggu Ray melihat dan mengamatinya dan Ray menyadari jika selama 3 tahun ini Ray sudah menyukainya, dan aku berharap semua belum terlambat."
"Jadi maksudmu kamu hanya mengancamnya supaya kamu bisa terus mendekatinya?"
"Bukan hanya mendekatinya, tetapi memilikinya. Aku tidak akan rela melihat Claire dimiliki pria lain."
Stevano dan Monica saling berpandangan dan tersenyum, akhirnya mereka bisa melihat putranya benar-benar jatuh cinta.
"Lakukan yang terbaik untuk mendapatkan mereka, daddy dan mommy mendukungmu. Kamu disini, apakah kamu yakin dia tidak akan pergi dari sana untuk kembali menghilang setelah kamu menemuinya?"
"Aku sudah menyuruh orang-orang terbaik kita untuk menjaga dan mengawasinya, daddy tenang saja, akhir minggu ini Ray akan kembali kesana, Ray kembali hanya untuk mengurus beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditunda."
"Baiklah. Cepat bawa mereka pulang."
"Tentu saja, apakah Stevani sudah mengetahui hal ini?"
"Ya, dia marah padamu, tetapi dia mendukungmu." Kata Monica
"Sampaikan ucapan terima kasih atas dukunganya padaku mom."
"Sampaikan sendiri."
"Dan mendengar omelannya yang tiada hentinya?"
Monica dan Stevano tertawa, mereka lega bisa melihat Ray yang dulu telah berangsur-angsur kembali.
Dua hari ini Claire tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia masih memikirkan perkataan pria itu, ada rasa kuatir didalam dirinya jika Ian diambil oleh pria itu. dia menatap putranya yang tertidur disampingnya, "Apakah Ian merindukan daddy?" bisiknya pelan, "Maafkan mommy." bisiknya lagi sebelum dia menutup mata berusaha untuk tidur.
Scott benar, jika dia mengambil sisi positif dari musibah yang menimpa dirinya maka dia akan bisa melepaskan semua beban dan luka secara perlahan, itulah sebabnya dia menyebut pria itu sebagai daddy malaikat pada putranya, dia tidak ingin putranya kelak membenci dan menyesali kelahirannya, selain itu dia juga yakin jika malam itu pria itu melakukannya tanpa sadar, dan dia bersyukur karena kejadian itu dia mendapatkan Ian dalam hidupnya, sejak saat itu dia sudah tidak mengalami mimpi buruk yang selalu dimimpikannya pada awal-awal saat dia masih belum bisa berdamai dengan dirinya.
Sekarang pria itu datang, dia dengan tulus mengucapkan jika dia telah memaafkan pria itu, tetapi kelihatannya pria itu bukan hanya menginginkan kata maafnya tetapi mengingkan Ian mengakuinya. Rasa penasaran menghantuinya, membuat Claire mencari berita tentang pria itu, apa yang dibacanya membuat dirinya tidak percaya, pria itu adalah seorang duda, dia bercerai dengan istrinya karena sudah merasa tidak adalah kecocokan lagi, keluarga pria itu adalah keluarga kaya dan terkenal, saat melihat foto keluarga Alexander, Claire merasa mengenali salah satu wanita disana, tetapi dia lupa dimana dia pernah bertemu dengan wanita itu.
Apakah semudah itu arti pernikahan untuk orang-orang kaya, tidak ada kecocokan lagi maka tinggal bercerai? Claire meragukan ketulusan tawaran pria itu, bagaimana jika dia menerima tawaran itu dan pada akhirnya akan membuat Ian semakin terluka? dia tidak ingin menyakiti putranya. Claire akan menghubungi pria itu dan menolak tawarannya.
Rencana Claire tinggalah rencana, pagi itu dia mendapat telepon dari sekolah Ian mengabarkan jika Ian terjatuh dan sekarang sedang dibawa kerumah sakit untuk dilakukan penanganan.
Claire langsung mengunci toko meninggalkan semua pekerjaannya dan menghentikan taxi untuk mengantarkannya kerumah sakit. Sepanjang jalan dia berdoa semoga putranya hanya terluka kecil, tetapi sepertinya doanya tidak terkabul, dia menunggu diluar bersama guru Ian.
"Apa yang telah terjadi?" tanyanya.
"Maafkan kami Claire, kami tidak menyangka akan terjadi musibah ini, awalnya mereka bermain seperti biasa, tetapi tiba-tiba Bryan dan Moses mulai mengejek Ian tentang daddynya. Ian membela diri dan mengatakan dia memiliki daddy tetapi Bryan dan Moses terus mengejeknya membuat Ian kesal dan mendorong mereka, dan mereka berdua balas mendorong Ian sampai terjatuh dan terluka."
"Apakah Bryan dan Moses tidak terluka?" tanya Claire membuat guru Ian terpana.
"Mereka tidak apa-apa."
"Syukurlah." Claire kembali diam, dia hanya berharap luka putranya tidak parah.
Hampir 3 jam dokter menangani Ian, membuat Claire semakin gelisah. Lexi dan Felix menyusul ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Claire yang minta ijin menutup toko. Saat dokter itu keluar Claire langsung menghampirinya dan saat dokter itu mengatakan kondisi Ian, Claire langsung jatuh terduduk dilantai dengan lemas ketika dokter mengatakan Ian mengalami pendarahan yang cukup parah dan harus segera dioperasi, saat ini kondisinya sudah ditangani tetapi mereka harus melakukan operasi dengan segera dan untuk itu mereka membutuhkan darah, tetapi rumah sakit tidak memiliki golongan darah yang sama dengan Ian, dan mengingat ada riwayat alergi akut pada Ian, dokter tidak menyarankan mencari donor lain selain keluarga dekatnya yang memiliki golongan darah yang sama dan turunan alergi yang sama.
Levi dan Felix yang ikut mendengar perkataan dokter itu langsung ikut lemas, Levi mengangkat Claire yang sudah tidak bertenaga, "Apakah golongan darah Ian tidak sama denganmu?"
Claire hanya bisa menggeleng, Levi tahu jika Claire hamil karena kecelakaan dan Claire bahkan tidak mengenal pria itu, sekarang bagaimana dia bisa mencari donor untuk putranya, yang jelas membutuhkan darah daddynya.
Clarie terdiam, dia berdiri dengan cepat, "Levi, aku titip Ian, aku akan mencarikan pertolongan untuknya."
Belum sempat Levi bertanya lebih jauh, dia melihat Claire berlari keluar rumah sakit, dia hanya bisa berdoa jika Claire benar-benar bisa mendapatkan darah untuk operasi putranya.
Claire tiba dirumah, dengan cepat dia mencari kartu nama yang hampir saja dibuang olehnya, tanpa pikir panjang lagi dia menghubungi nomor yang ada disana, pria inilah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan putranya, dan dia rela melakukan apapun untuk putranya.
Pada deringan ketiga teleponnya diangkat, "Apakah aku akan mendapat kabar baik hari ini?" kata pria itu tanpa mengatakan halo terlebih dahulu, dan sepertinya pria itu memang sudah menunggu teleponnya.
"Saya mohon selamatkanlah Ian, dia membutuhkan darahmu untuk menyelamatkannya."
"Apa yang terjadi?"
"Jika kamu memang ingin Ian mengakuimu sebagai daddynya, aku mohon donorkalah darahmu untuknya, sekarang dia sedang terbaring dirumah sakit menunggu untuk dioperasi."
"Aku akan menolongnya tetapi aku ingin kamu menerima tawaranku yang lalu."
Claire tidak mungkin bisa memikirkan resiko dia menerima tawaran dari pria itu lagi, sekarang yang dia butuhkan adalah menyelamatkan putranya.
"Baiklah, aku menerima tawaranmu."
"Aku akan meminta pengacaraku untuk menyiapkan berkas perjanjian ini, aku tidak ingin kamu pergi menghilang bersama Ian."
"Tolong selamatkan Ian dulu, aku akan menandatangin semua perjanjian yang kamu berikan.
"Tenanglah, sekarang kamu siapkan barang-barang keperluan Ian dan dirimu, 10 menit lagi aku akan menyuruh supir menjemputmu dan membawamu ke rumah sakit. saat ini Ian sedang dipersiapakn untuk diterbangkan ke New York, kita akan melakukan operasi dan pengobatan Ian di sini."
"Apakah kondisi Ian sanggup untuk menunggu?"
"Percayalah, aku juga tidak ingin Ian dalam bahaya, sekarang dokter yang akan menanganinya di New York sudah dalam perjalanan untuk memeriksa dan membawanya ke New York, cepat persiapkan semuanya, waktunya sangat mendesak."
Claire hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan Ray, karena hanya itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan putranya, dia rela mengorbankan dirinya selama putranya selamat dan pria inilah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan putranya.
