Bab 4 Apakah Dia Cucuku?
"Bagaimana persiapan acara nanti malam, mom?" tanya Stevano pada Monica istrinya.
"Tenang saja, mommy sudah meminta pihak Resort untuk mengatur dan menyiapkan semuanya termasuk untuk dekorasinya. Daddy kebiasaan kalau mau mengundang dan mengadakan acara selalu mendadak, daddy tidak kasihan pihak-pihak yang menyiapkannya akan lembur dan bersusah payah kerja ekstra." Jawab Monica sambil protes kebiasaan suaminya yang tidak pernah berubah.
"Apakah kamu sudah menghubungi Ray dan Vani untuk bergabung?" Stevano menanyakan putra dan putrinya yang dia yakin istrinya pasti tahu keberadaan mereka.
"Vani dan Lexus sedang berada di belanda. Ray sedang ada di Moskow, entah apa yang dikerjakan putrmu itu disana, sejak dia memutuskan menceraikan Bianca dia hanya fokus dengan pekerjaannya, bahkan sahabat-sahabatnya heran dengan perubahan kebiasaannya jauh sebelum menikah dengan Bianca." Jawab Monica yang sampai saat ini selalu menyesali pilihan putranya karena menikah dengan Bianca yang bukan memberi putranya kebahagiaan tetapi penderitaan.
"Dia sudah dewasa, biarkan dia menentukan pilihannya. Lagian bukankah perubahannya juga menjadi lebih baik. Dia mengurangi minum dan tidak pernah mabuk-mabukan lagi, dan bukankah alasan Bianca menerima lamarannya karena Ray sudah insaf tidak bermain wanita lagi?"
"Jangan sebut nama wanita jahat itu, dia membuat putra kita menderita dan dia menerima Ray bukan karena itu tetapi karena pamornya sebagai model menurun dan dia butuh publikasi. Selain itu berani-benarinya dia menggugurkan kandungannya saat sebelum menikah dengan Ray, bahkan berselingkuh dengan manajernya sendiri. Aku jadi ragu apakah anak yang digugurkannya itu memang anak Ray atau anaknya dnegan selingkuhannya itu."
Stevano hanya diam, dia tahu percuma memjawab perkataan istrinya karena memang apa yang dilakukan Bianca pada Ray sungguh keterlaluan, tetapi menurutnya Ray juga memiliki kesalahan, dia terlalu percaya pada Bianca dan terlalu terlena dengan kedekatannya dan menganggap hubungan mereka sebagai cinta tanpa menyadari jika Bianca sedang memanfaatkannya. Sekarang seperti kata istrinya putranya hanya memfokuskan diri pada pekerjaannya dan hampir tidak pernah berhubungan dengan wanita, mungkin dia mengalami trauma dan belum ingin membina hubungan dengan wanita lain dan Stevano memaklumi hal itu, hanya saja Monica, istrinya kelihatannya masih tidak bsia menerimanya.
Melihat suaminya tdiak menjawab perkataannya Monica sedikit kesal, "Kamu selalu membela putramu itu, sudah aku mau keluar saja memeriksa persiapan nanti malam."
Monica dengan kesal meninggalkan suaminya di kamar mereka, dia berjalan menuju ruangan yang akan mereka pergunakan nanti malam, disana dia melihat beberapa orang sibuk mendekorasi ruangan itu, bunga-bunga segar yang indah menghiasi disekitar ruangan memberi kesan nyaman dan segar.
Dia mendekati salah seorang petugas dekorasi yang sedang merangkai bunga, "Dimana kalian memesan bunga-bunga yang begitu cantik?"
"Oh, maaf nyonya. Kebetulan bunga ini dipesan di toko kami, toko kami berada di desa dekat sini, dan resort ini sering memesan dari kami." kata wanita muda yang disapa oleh Monica.
"Oh, bolehkah aku meminta nomor telepon atau kartu nama toko bunga itu, siapa tahu aku membutuhkannya nanti."
"Tentu saja nyonya" wanita muda itu menyerahkan satu lembar kartu nama toko dan menyerahkan pada Monica.
"Terima kasih." Monica melangkah keluar dari ruangan itu dan dia masih tidak ingin kembali kekamar dan bertemu suaminya yang dirasanya terlalu menuruti dan membela putranya.
Monica mendengar teriakan anak kecil, dia melihat kesekeliling dan melihat seorang anak kecil berlari-lari mengejar kupu-kupu dengan jala kecil ditangannya, Monica tertawa saat melihat anak kecil itu berusaha meloncat menangkap kupu-kupu, dia bahkan berteriak saat melihat anak itu jatuh membuat anak itu melihat kearahnya dan kemudian berlari mendekatinya, "Grandma tidak apa-apa? kenapa tadi berteriak?" kata anak kecil itu.
Monica tertegun saat melihat anak kecil itu berbalik, memandangnya dan berlari mendekatinya. Dia seperti melihat Ray kecil pada diri anak kecil ini. saat anak itu memanggilnya 'grandma' ada sesuatu yang hangat mengalir dalam darahnya, dia menyukai panggilan anak ini padanya.
"Grandma?" panggil anak itu menyadarkan Monica dari lamunannya.
Monica berlutut menyamakan tingginya dan semakin heran melihat begitu miripnya anak ini dengan putranya, bahkan warna mata anak kecil ini sama dengan warna mata putranya.
"Grandma tidak apa-apa, hanya kaget melihatmu terjatuh. Apakah kamu tidak terluka?"
"Ian tidak apa-apa, kupu-kupu itu cantik, tapi mereka sangat sulit ditangkap."
"Namamu Ian?" tanya Monica dan di jawab dengan anggukkan dari kepala kecil itu.
"Mengapa kamu ingin menangkap kupu-kupu itu?"
"Aku ingin menunjukkannya pada mommy, kupu-kupu itu sangat cantik warnanya, mommy pasti belum pernah melihatnya dan pasti akan senang saat melihatnya."
"Kamu sangat menyayangi mommymu?"
"Ya, karena Ian adalah teman kencan mommy."
Monica tertawa mendengar jawaban polos anak itu, "Dimana mommymu? Kenapa kamu bermain sendiri disini dan meninggalkan teman kencanmu?"
"Mommy sedang bekerja, dan Ian sudah janji tidak akan menggagunya bekerja, jadi Ian disini saja menangkap kupu-kupu."
"Ian mau ice cream? Grandma juga sedang sendirian bagaimana jika Ian menemani grandma makan ice cream?"
Anak kecil yang bernama Ian itu diam dan berpikir, kemudian dia berkata, " Ian mau, tetapi bagaimana jika nanti mommy tidak menemukan Ian disini?"
"Tenang saja, grandma akan menitipkan pesan pada petugas disana, jika mommymu mencarimu dia akan menyusul kita di café resort."
"Aku rasa mommy tidak akan marah, grandma cantik tidak mungkin menculikku kan?"
Monica tertawa mendengar pertanyaan polos anak kecil ini.
"Grandma tidak akan menculikmu, grandma hanya ingin ditemani karena grandma sedang kesal dengan grandpa."
"Baiklah, aku akan menemani grandma." Kata Ian dengan polosnya , dia meletakan jala kecilnya dan menggandeng tangan Monica.
Kehangatan mengalir dari genggaman tangan kecil itu, membuat Monica merasa seperti saat putranya menggandenganya. Dia heran bagaimana mungkin anak kecil ini memiliki warna mata dan raut wajah persis seperti putranya, rasa herannya semakin bertambah saat mereka memesan ice cream.
"Ian mau ice cream apa?" tanya Monica.
"Coklat." Jawab Ian sambil matanya melihat kesekeliling ruangan.
"Dengan tambahan apa? kacang? Permen kapas atau yang lain?"
"Polos saja grandma, aku tidak boleh makan kacang."
"Kenapa?"
"Kata mommy aku akan sakit jika makan kacang, dan aku tidak ingin sakit karena jika sakit mommy pasti akan sedih, Ian tidak mau mommy sedih. Kata grandma Levi, Ian bisa mati kalau makan kacang, mati dan meninggalkan mommy sendiri dalam kesedihan."
Monica tercengang, bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa persis seperti putranya bahkan memiliki alergi yang sama.
"Apakah semua jenis kacang?"
"Kata mommy hanya kacang pistachio, tetapi untuk berjaga-jaga mommy menyaran Ian menghindari semua kacang. Ian hanya makan kacang jika mommy yang menyiapkannya."
Monica bukan hanya terkejut kali ini, tetapi dia benar-benar berpikir jika anak kecil dihadapannya adalah kembaran dari putranya, atau jangan-jangan anak ini adalah putra dari putranya? tetapi mengapa putranya tidak pernah menceritakan jika dia pernah menghamili seorang wanita?
"Berapa usia Ian sekarang?"
"2.5 tahun." Jawab Ian yang sudah asyik menikmati ice creamnya.
"Ian sudah lama tinggal disini?"
"Sejak lahir, Ian sudah tinggal disini dengan mommy."
"Dimana daddy Ian?"
"Daddy Ian adalah malaikat yang baik, dia menitipkan Ian untuk menemani mommy."
Monica terdiam, "Jadi Ian tidak pernah melihat dan bertemu daddy malaikat?"
Ian menggelengkan kepalanya, "Apakah mommy pernah mengatakan siapa nama daddy malaikat?"
Ian kembali menggeleng, "Mommy tidak tahu nama daddy malaikat."
"Apakah grandma boleh berfoto dengan Ian?"
"Tentu saja."
Monica mengambil kesempatan itu untuk berfoto dengan Ian, dia ingin menunjukkan pada suaminya, dia ingin jika dugaannya benar, jika Ian berumur 2 tahun artinya dugaannya tentang penyakit anaknya dua tahun yang lalu memang benar, dugaan yang hanya disimpannya sendiri karena saat dia mengutarakan pada suaminya dia hanya ditertawakan karena dianggap mengada-ada.
Tiba-tiba Monica berkata, "Ian, ada kotoran dirambutmu, sini grandma bersihkan."
"Oh..." Ian meraba rambutnya mencari kotoran yang di maksud sampai Monika membantunya.
"Aku harus segera kembali, aku yakin mommy sudah selesai bekerja, dia pasti akan mencariku, terima kasih atas ice creamnya grandma, dan grandma jangan marah pada grandpa, kasihan grandpa pasti sekarang juga kesepian mencari grandma."
Monica mengangguk, "Habiskan ice creammu dulu."
Ian menatap ragu pada Monica dan dengan malu-malu dia berkata, "Ice creamnya enak, bolehkah aku membawa sisanya ini untuk mommy?"
"Bagaimana jika grandma memesankan satu lagi untuk mommymu?"
"Jangan, ini sudah cukup."
"Baiklah, kamu boleh membawanya." Monica menggandeng anak kecil itu untuk kembali ke taman dan langsung berlari menuju wanita muda yang tadi memberinya kartu nama.
"Mommy....."
"Kamu dari mana saja?"
"Mommy mencariku? Aku tadi menemani grandma yang kesepian itu. Grandma ingin ditemani makan ice cream. Ian tidak bisa menghabiskan ice creamnya, mommy bantu habiskan ya?" Kata Ian sambil menunjuk Monica yang masih berdiri disana melihat interaksi kedua orang itu dan mengulurkan cup ice cream ditangannya .
Monica bisa melihat bagaimana cinta Ian pada mommynya, jelas-jelas dia tadi sengaja menyisakan untuk mommynya tetapi dia mengatakan dia tidak sanggup menghabiskannya.
Monica menghampiri mereka, "Maafkan telah meminjam Ian, dia anak yang menyenangkan dan sangat menghiburku."
"Maafkan kelancangan putraku." Kata Claire
"Bukan salahnya, aku yang memaksanya. Bolehkah kita berkenalan? Aku Monica."
"Oh, saya Clarie."
"Mommy cepat dimakan ice creamnya, ini sudah mencair." Teriak Ian dari antara mereka.
"Ian saja yang bantu menghabiskannya ya, mommy sedang kenyang sekali. Terima kasih sudah membawakannya untuk mommy." kata Claire.
"Kamu tahu jika dia sengaja membawakanmu?" tanya Monica yang heran dengan perkataan Claire yang sepertinya mengerti jika anaknya tadi berbohong.
Claire hanya mengangguk dan tersenyum, senyum yang bagi Monica, senyum tulus dari seorang ibu yang menyayangi putranya.
"Dia anak yang baik, katanya tadi dia alergi pada kacang."
"Ya, tepatnya pistachio, tetapi karena dia masih terlalu kecil aku terpaksa mengajarkannya untuk tidak makan kacang diluaran."
"Oh, apakah sejak lahir dia mengalami alergi itu? suamiku juga mempunyai alergi yang sama."
"Ya sejak lahir, selain itu dia juga mempunyai alergi pada kandungan obat 'Gin' yang membuat dokter sedikit kesulitan mengobati jika alregi kacangnya kambuh, karena itu aku harus melarangnya makan kacang."
"Dia memiliki alregi pada obat dengan kandungan 'Gin'?" tanya Monica dengan terkejut.
Claire mengangguk, membuat Monica semakin terkejut.
"Claire, Ian, ayo kita pulang sekarang." Teriak Levi.
"Maafkan saya nyonya, saya harus pulang sekarang. Terima kasih sudah mentraktir Ian ice cream." Claire langsung berpamitan, dan menyuruh Ian mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal pada Monica.
Monica kembali kekamar dengan pikiran berkecamuk, membuat Stevano yang melihat keadaannya panik.
"Ada apa sayang? Apakah persiapannya tidak sesuai dengan keinginanmu?"
Tanpa kata Monica menyerahkan telepon genggamnya yang menunjukkan foto Ian di layarnya.
"Mengapa kamu menunjukkan foto Ray kecil padaku?" tanya Stevano dengan heran.
"Ternyata kamu juga melihatnya sebagai Ray kecil." Kata Monica lirih.
"Jika bukan Ray siapa anak ini, mengapa dia memiliki wajah seperti Ray bahkan warna matanya persis sama, persis seperti mommy." putranya memang mewarisi raut wajahnya tetapi warna matanya persis seperti mommy.
"Stevano, kamu harus melakukan sesuatu....aku rasa dia cucu kita."
"Bagaimana kamu bisa yakin?"
"Dia memiliki alergi yang sama terhadap kacang pistachio."
"Kenapa kamu menduga sebagai cucu kita, dan tidak mencurigaiku?"
"Karena selain pistachio dia juga memiliki alregi pada obat dengan kandungan 'gin'."
Stevano melonggo mendengar perkataan istrinya, dan sadar apa yang membuat istrinya shock seperti ini.
