Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Awal Yang Baru

3,5 tahun kemudian

"Ian, jangan bermain disana." Teriak seorang wanita pada anak kecil usia 2,5 tahun yang sedang bermain tanah dengan sekop kecilnya.

Anak yang diteriakin itu menoleh dan berkata dengan suara anak kecilnya, "Aku mau membantumu mommy."

"Kamu bukan membantu tetapi membuat tanah-tanah itu berantakan dan membuat mommy harus merapikannya."

Anak yang dipanggil Ian itu tertawa dan meninggalkan sekop kecilnya dan berlari menuju mommynya dengan kaki-kaki kecilnya."Maafkan Ian mommy." katanya sambil memeluk kaki mommynya.

"Mommy maafkan, tapi Ian jangan menggulang lagi, jika mau membantu mommy tanyakan dulu."

"Ya, mommy. Apa yang bisa Ian bantu mom?" tanyanya dengan polos. Usianya memang baru 2,5 tahun tapi kepandaiannya bukan seperti anak usia 2,5 tahun, Damian Parker putra dari Claire Devalia Parker.

Claire tersenyum, "Ian bantu mom memilih dan memisahkan warna bunga saja ya?"

Ian mengangguk, Claire mendudukkannya di atas meja yang telah tersebar aneka warna bunga. Claire bekerja sebagai penjaga toko bunga, dan selalu mengajak putranya menemaninya disana. Pemilik toko bunga sepasang suami istri yang menghabiskan masa tua mereka disana, putra dan putrinya tinggal diluar kota. Mereka sudah menganggap Claire dan Ian sebagai putri dan cucu mereka, Claire mulai bekerja membantu mereka disana dalam kondisi hamil jadi mereka menganggap Ian seperti cucu mereka yang jarang mereka temui.

3,5 tahun yang lalu Claire ditemukan oleh seorang nelayan tua, yang membawanya pulang dan mengobatinya. Saat Claire sadar dan sehat setelah hampir sebulan dia terbaring, Scott Adams, pria tua yang hanya tinggal seorang diri itu bertanya padanya "Apa yang telah terjadi?"

Claire kembali mengingat semuanya dan menangis, Scott dengan sabar menunggu Claire tenang dan menceritakan semuanya.

"Apa yang telah terjadi mungkin adalah satu rencana yang harus kamu lewati, sama seperti pertemuan kita ini. Aku juga pernah mengalami seperti yang kamu alami, istriku meninggal karena sakit kanker, dua bulan kemudian anakku dan keluarganya menyusul istriku, bahkan cucukupun diajak mereka. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan kehilanganmu, dan aku juga hampir melakukan yang sama seperti dirimu, pergi menyusul mereka semua karena sudah tidak ada yang bisa kulakukan tanpa mereka, sampai aku tiba di kota kecil ini dan memutuskan untuk tinggal disini, tanpa aku sadari sudah hampir 10 tahun aku disini menikmati masa-masa tuaku, jadi aku hanya bsia menyarankan padamu untuk bertahan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa datang bahkan kamu harus bersyukur dengan janin yang ada didalam kandunganmu itu artinya mereka orang-orang yang mencinatimu tidak ingin kamu tinggal sendiri."

Claire diam, "Janin? Aku hamil?"

"Dokter yang memeriksamu yang mengatakannya." Scott terdiam sejenak dan melanjutkan, "Cobalah berpikir positif, kejadian yang kamu alami memang menyakitkan tetapi mungkin saja itu adalah cara untuk tidak membiarkanmu hidup sendiri dan larut dalam kerterpurukan, selain itu bayi ini tidak bersalah."

Claire diam dan kembali menangis, dia mendengarkan apa yang dikatakan Scott, sebenarnya saat dia mengetahui jika dia hamil perasaan menyesal masuk kedalam hatinya, bagaimana bisa dia ingin meninggalkan dunia dengan membawa nyawa seorang bayi yang tidak bersalah, bayi yang dibuat karena ketidak sengajaan, yang mungkin seperti kata Scott, diberikan padanya secara khusus untuk menggantikan keluarganya walau cara untuk memberikannya menyakitkan.

"Terima kasih, aku akan bertahan demi bayi ini." Bisik Claire disela-sela isak tangis penyesalannya.

"Tinggalah disini sampai kapanpun kamu inginkan, rumah ini memang tidak besar tetapi jika hanya menampung kamu dan anakmu nanti."

"Terima kasih Scott."

Sejak saat itu Claire tinggal bersama Scott yang sudah dianggapnya sebagai grandpanya sendiri, Scott juga yang mencarikannya pekerjaan di toko bunga, yang mana pemiliknya adalah teman bermain kartunya di kota kecil yang penduduknya sudah saling mengenal dan rukun.

Karena keakraban penduduk disana pula Claire menjadi lebih bersemangat, kota mereka cukup sering dikunjungi oleh turis karena lokasi mereka yang dekat dengan resort terkenal disana. Semua warga disana yang rata-rata orang tua, menerima Claire dengan senang hati bahkan mereka mengadakan perayaan untuk menyambut kedatangannya membuat Claire merasa diterima dan terharu. Mereka juga menerima kehadiaran Claire yang sedang mengandung itu dengan senang, bahkan mereka membantu Claire selama kehamilannya dan saat Claire melahirkan.

Claire benar-benar menikmati tinggal disana, dia juga senang bekerja di toko bunga Felix. Resort-resort yang ada didekat sana sering memesan bunga ditempatnya bekerja, apalagi jika menjelang akhir pekan atau musim liburan, saat tempat itu dipenuhi pengunjung.

Tanpa dirasakannya waktu berlalu, untunglah bayinya sangat pengertian, dia hampir tidak mengalami yang dinamakan morning sickness, dan keinginan pada makanan sesuatupun hampir tidak pernah, membuatnya sangat bersyukur. Claire melahirkan seorang putra yang diberi nama Damian Parker, Claire menyadari saat melihat wajah putranya dan warna mata putranya, bahwa putranya persis dengan daddynya yang mungkin tidak pernah akan dikenalnya karena Claire sendiri juga tidak mengenal pria itu, karena itu Claire menggunakan nama belakangnya pada putranya itu.

Damian sangat disayang oleh warga disana, membuat Claire banyak terbantu, karena itu kota kecil penghasilan warna disana dapat dikatakan juga bukan berkecukupan tetapi mereka sangat memperdulikan Damian membuat Claire sedikit tenang.

Saat usia Damian satu tahun, Scott pergi meninggalkan mereka karena serangan jantung mendadak, dia mewariskan hartanya yang tidak banyak pada Damian dan Claire termasuk rumah yang mereka tempati itu, kepergian Scott membuat Claire kembali merasa kehilangan tetapi dia ingat Scott selalu mengatakan jika tidak ada yang abadi di dunia ini, dan kapanpun kita harus siap untuk ditinggalkan atau meninggalkan, jangan disesali karena semua itu pasti ada rencana baiknya hanya kita yang harus melihatnya dari sudut pandang yang benar.

Scott juga mengatakan jika Damian adalah angurah yang diberikan untuk hidup Claire, pria itu mungkin telah menyakiti Claire tetapi dia juga adalah malaikat yang diutus untuk memberi Damian untuk Claire disaat Claire ditinggalkan keluarganya.

Dari Scott lah Damian emngenal daddnya sebagai malaikat mommynya dan Scott selalu meminta Damian menjaga Claire sampai saat daddy malaikat datang menjemputnya. Claire hanya tertawa saat itu, karena menurutnya hanya itu satu-satunya cara membuat Ian tidak bertanya lagi sejak dia sudah bisa berkata-kata dan mengerti arti kata daddy. Dan Claire memang sudah melihat pria yang memberinya Damian sebagai malaikatnya, malaikat yang melindunginya dan memberikan Ian untuknya.

Lamunan Claire terputus saat mendengar denting pintu toko itu berbunyi, "Hai Claire, hallo Ian" kata Levi istri dari Felix, "Wah, Ian pandai sekali bisa memilah warna bunga."

"Tentu saja grandma Lev, mommy yang mengajarkanku."

Levi mengelus kepala Ian, "Claire, ada orderan besok untuk merangkai bunga di resort, besok malam akan ada acara pesta disana."

"Orderan mendadak?" tanya Claire tanpa menghentikan kegiatannya. Memang semenjak Claire bekerja ditoko bunga itu, mereka bukan hanya menjual buket bunga tetapi menerima panggilan dekorasi untuk acara-acara tertentu.

"Kamu tahu bagaimana orang-orang kaya itu jika mengadakan pesta, hari ini undangan disebar besok acara dilaksanakan. Bagi mereka semua bisa diselesaikan selama ada uang, karena uang adalah dewa mereka."

Belum juga Claire menjawab dan mengingatkan jika ada telinga kecil yang peka ada disana ketika suara dari pemilik telinga kecil itu berkata, "Mommy, Ian mau ikut kesana, grandma Levi apa itu dewa?" Ian memang sibuk dengan bunga-bunga di atas meja tetapi, telinganya dan rasa ingin tahunya sangat besar.

Levi menoleh pada Claire, meminta bantuan menjelaskan pada bocah kecil itu.

"Besok kamu harus sekolah, bagaimana mungkin kamu ikut mommy kesana?" Claire sengaja mengalihkan perhatian bocah itu pada pertanyaanya tadi.

"Tapi....aku ingin ikut kesana bersama mommy."

"Bagaimana jika kamu pulang sekolah baru menyusul mommymu disana?, nanti grandma minta grandpa menjemputmu dan membawamu ke resort."

Ian memandang mommynya dengan melas, dia suka ke resort karena disana dia bisa bermain dan berlari-lari di halaman yang luas, mengejar kupu-kupu dan bermain dengan kelinci yang ada disana.

"Baiklah, tetapi janji kamu tidak akan menganggu, merusak dan mengacau disana."

"Ian janji, mommy." teriaknya sambil bersorak.

Claire mendidik putranya dengan baik, Damian anak yang penurut, tepatnya dia akan menurut apapun perintah Claire, dia tidak suka melihat mommynya bersedih oleh karena itu dia tidak akan membantah hanya dia tahu dia bisa merayu dan meluluhkan hati mommynya dengan tatapan dan muka memelasnya.

Claire hanya mengelengkan kepala melihat tingkah putranya dan bersyukur dia melupakan pertanyaan tadi. Claire berbalik pada Levi, "Apa tema acara besok? Apakah ada pesanan bunga khusus?"

"Tidak ada pesanan bunga khusus, hanya minta bunga segar dan acara adalah gathering dinner."

"Baiklah, hari ini akan kupesiapkan bunganya, besok jam berapa aku bisa kesana?"

"Besok kita akan berangkat dari sini pukul 9 pagi, biar Felix yang menjaga disini dan nanti dia akan menjemput dan mengantar Ian kesana menyusul kita."

"Baiklah." Claire sudah terbiasa dengan pengaturan itu, dia dan Levi selalu bersama mengerjakan pelanggan di Resort dan Felix akan menjaga toko dan kadang menjaga Ian selama mereka bekerja.

"Pulanglah, biar aku yang melanjutkan menjaga disini, sebentar lagi Felix juga akan kembali menjemputku. Kasihan Ian seharian disini, dia pasti ingin bermain dirumah bersamamu."

"Aku akan pulang setelah menyiapkan semua bunga untuk besok, Ian suka disini jadi tidak mungkin dia bosan bermain disini." Jawab Claire sambil mulai menyiapkan bunga-bunga untuk besok pagi.

"Pergilah berkencan sesekali Claire, aku rasa Sean menyukaimu." Tambah Levi lagi.

Claire hanya tersenyum, dia tahu Sean memang menyukainya bahkan sudah mengutarakannya tetapi Claire menolaknya, dengan alasan dia belum ingin menjalin satu hubungan karena dia harus fokus membersakan Ian, padahal selain alasan itu Claire kadang masih memimpikan kejadian malam itu, membuatnya terbangun dan berkeringat dingin.

Sean mengatakan dia akan terus menunggu, dia terus memberi perhatian dan bantuan pada Claire tetapi entah mengapa Ian tidak menyukai dirinya. Ian mengatakan pada Claire jika Sean tidak menyukainya, dia hanya menyukai Claire. Saat mereka hanya berdua Sean sering memarahinya, bahkan di jewer, Claire mempercayi perkataan Ian karena dia yakin Ian tidak mungkin berbohong padanya, tetapi karena Sean selalu berusaha menemuinya dia hanya bisa menghindar dengan seribu satu alasan.

Sean adalah putra dari salah satu warga disana, dia bekerja sebagai pengurus kapal milik salah satu resort disana, kadang dia juga diminta mengantar tamu-tamu resort untuk pergi memancing. Dari pekerjaannya itu dia memiliki penghasilan yang lumayan tetapi Claire juga mengetahui jika Sean adalah seorang penakluk hati wanita selain itu Claire juga tahu jika Sean adalah seorang yang emosional.

"Kencan itu apa grandma?" tanya Ian dengan menatap pada Levi membuat Levi kembali kebingungan.

"Kencan itu, pria dan wanita pergi berjalan-jalan berdua." Jawab Levi asal.

"Mommy kencan sama aku saja, aku kan juga pria, jangan uncle Sean." Jawab Ian asal dengan raut wajah tidak suka, membuat Levi dan Claire tertawa.

"Iya, mommy hanya akan berkencan dengan Ian." Kata Claire sambil tersenyum, "Ayo, Ian siapkan brang-barang Ian, kita pulang...mommy akan membuatkan Ian muffin coklat kesukanmu."

"Yeeee, Ian suka muffin coklat buatan mommy." Teriak Ian, Claire menurunkannya dari atas meja dan membiarkannya merapikan mainan yang dibawanya dan barang-barangnya yang lain kedalam tasnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel