Bab 11 Aku Sudah Menikahinya
Saat Ray didalam kamar mandi, Monica bertanya pada Claire, "Apa yang dilakukan putraku sampai dia berhasil membawa kalian berdua kemari?"
Claire yang sedang menyuapi Ian menoleh, dia binggung harus mengatakan apa, "Semua karena Ian, nyonya." Katanya akhirnya.
"Mom...panggil aku mommy, kamu sudah kuanggap sebagai putriku. Mom senang kalian akhirnya ada disini."
"Ya, Claire jangan panggil kami tuan dan nyonya, tetapi kamu harus memanggil kami daddy dan mommy. Dan untuk Ian, dia harus memanggil kami grandpa dan grandma. Untuk panggilan Ray, terserah Ian mau memanggilnya apa." tambah Stevano.
Satu hal yang disadari oleh Claire, Stevano dan Monica sama sekali tidak serpeti orang kaya-orang kaya yang dilihat atau dibacanya, sombong dan arogan. Mereka berdua bisa menerimanya dengan tangan terbuka bahkan terang-terangan memusuhi putranya.
Ian makan dengan lahap, sampai akhirnya dia kekenyangan dan menggeleng tidak mau melanjutkan makannya lagi, "Supnya enak sekali grandma, terima kasih."
Monica tersenyum, "Jika Ian menyukainya, nanti grandma suruh koki dirumah memasakannya lagi untuk Ian."
Ian menggeleng, "Ini sudah cukup."
Stevano bisa melihat jika Claire mendidik Ian dengan sangat baik, dia memiliki kesopanan dan tata karma pada orang yang lebih tua.
Claire mengeluarkan kotak yang berisi sandwich, dan menatanya di meja depan sofa serta meletakan sebotol air mineral disamping kotak itu.
Monica dan Stevano asyik bercanda dengan Ian, namun Monica selalu melirik apa yang dikerjakan oleh Claire.
Ray keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dan alangkah terjutnya dia ketika Claire menghampirinya dan berkata, "Makanlah."
Ray langsung duduk di sofa menghadap Claire, "Mengapa kamu tidak makan, mommy menyiapkannya untukmu dan tenang saja, aku bisa menghubungi anak buahku untuk mengantarkan makanan kemari."
Claire menggeleng, "Sup Ian masih tersisa, aku menghabiskan sup saja. Makanlah sandwichnya, kamu juga belum makan sejak semalam."
Ray menatap Claire yang menikmati sup sisa, hatinya seperti teriris, bagaimana bisa seorang wanita yang telah disakitinya masih memperdulikannya.
Claire mengangkat kepalanya, tatapan mata mereka saling terkunci sampai akhirnya Claire yang sadar lebih dulu kembali berkata, "Makanlah, aku cukup menghabiskan sup ini."
Ray membuka kotak sandwich dan melihat cukup banyak sandwich yang dibuatkan koki dirumah, artinya Monica tadi hanya mengerjainya. "Ini cukup banyak, makanlah juga." Kata Ray pada Claire.
"Nanti saja."
"Apakah kamu ingin kopi, teh atau susu?" tanya Ray lagi.
Claire hanya menggeleng, dia membawa wadah sup kedalam kamar mandi, untuk dibersihkan.
"Mom, tanggung jawab, Claire tidak mau memakan sandwichnya." Kata Ray pada Monica yang tiba-tiba duduk dihadapannya.
"Kamu harus menikahinya, mommy mau punya menantu seperti Claire." Monica mengabaikan perkataan Ray, dari tadi dia mengamati bagaimana interaksi Claire dan Ray, membuat hatinya senang.
"Sudah." Jawab Ray membuat Monia berteriak, "Apaaaa????"
"Mom, kecilkan suaramu, Ian baru mulai tidur." kata Stevano yang ikut bergabung dengan istri dan putranya.
"Dia sudah resmi menjadi menantu mommy sejak kemarin, lengkapnya nanti Ray ceritakan." Kata Ray cepat saat melihat Claire keluar dari kamar mandi, dan langsung mendekati tempat tidur Ian, mengelus pelan kepala Ian yang masih berperban, dia bisa melihat putranya mulai terlelap dan kali ini nafasnya mulai teratur membuat hatinya sedikit lega.
Monica tidak melanjut pertanyaannya, dia tahu Ray tidak akan menceritakannya sekarang apalagi ada Claire didalam kamar, artinya dia telah melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Claire, Monica hanya berharap apa pun yang dilakukan putranya tidak akan membuat Claire dan Ian tersakiti.
Monica berdiri, menghampiri Claire, "Makanlah dulu, tadi mommy hanya mengerjai Ray."
Claire tersenyum, "Saya sudah kenyang."
"Kamu akan menjaga Ian di rumah sakit, pasti membutuhkan tenaga tambahan dan kamu harus bisa menjaga kesehatanmu."
"Ya." Jawab Claire sopan.
Monica tahu jika Claire masih menjaga jarak dengan mereka, dia memaklumi hal itu, bagaimanapun setelah sekian lama dia tidak memiliki keluarga sekarang mereka berada disekelilingnya, Monica hanya bersyukur putrinya masih berada di luar negeri, dia yakin jika Vani ada disini maka mungkin sudah membuat keributan disini.
Ray mengajak Monica dan Stevano keluar dari ruang rawat Ian, memberi kesempatan pada Claire berdua dengan Ian. Mereka duduk di café rumah sakit.
"Apa maksud perkataanmu tadi? Dan bagaimana kamu bisa membawa mereka kemari?" tanya Monica tidak sabar lagi.
"Ian membutuhkan darah, dan aku menggunakan alasan alergi kami untuk membuat Claire terpaksa mencariku. Dan aku membuat perjanjian dengannya, aku akan mendonorkan darahku selama dia menyetujui permintaanku untuk merawat mereka."
"Kamu tega sekali, saat itu dia pasti sedang panik dan kamu memanfaatkannya." Kata Monica kesal.
"Bagaimana lagi, Ray hanya melihat itu satu-satunya kesempatan supaya Ray bisa mendekati Claire dan memiliki kesempatan untuk meruntuhkan tembok yang dibangunnya didalam hatinya."
"Terus apa maksudmu dengan dia adalah menantu mommy?"
"Aku sudah mengurus berkas penikahanku dan Claire sudah menanda tanganinya."
"Astaga Ray, kamu sungguh-sungguh keterlaluan, dan Claire tidak mengetahui hal itu?"
"Dia tidak akan menyadari karena sedang panik dan putramu memanfaatkannya." Kata Stevano dan melanjutkan, "Ray, apakah kamu menikahinya karena rasa bersalahmu atau rasa tanggung jawabmu atau karena kamu ingin memiliki Ian atau kamu memang menyukainya?"
"Aku menyukainya ,dad." Jawab Ray mantap membuat Stevano dan Monica tertegun, baru kali ini mereka melihat putranya semantap itu dalam hubungannya dengan wanita, bahkan saat dengan Bianca , dia terkesan cuek dan santai.
"Baiklah, jika itu pilihanmu, maka daddy akan mendukungmu, perjuangkan dia karena daddy bisa melihat dia adalah wanita yang baik.
"Ya, mommy juga setuju. lihat saja, sejahat-jahatnya kamu padanya dia tetap menyiapkan makanan untukmu."
"Ray janji akan menjaga mereka dan merebut hati Claire."
Ray kembali kekamar rawat Ian, dia melihat Claire tertidur disamping Ian. Ray menghampiri dan mengamati wajah Claire yang begitu damai, membuatnya teringat apa yang terjadi didalam kamar mandi tadi pagi.
Ray masuk kedalam kamar mandi sambil mengomel, tega sekali mommynya tidak membawakannya sarapan, padahal jelas-jelas dia lapar dan dia emmbutuhkan asupan makanan untuk mengembalikan darahnya yang kemarin didonorkan.
Saat menutup pintu kamar mandi, indera penciumannya mencium aroma yang menyegarkan, dia menyukainya dan saat emnyadari itu adalah wangi sabun yang digunakan Claire, pikirannya membayangkan Claire yang sedang menggunakan sabun itu, dan tiba-tiba saja dia merasa juniornya mengeras, hal yang sudah lama tidak dirasakannya. Dia ingin menghentikan pikirannya tetapi rasa ingin tahunya membuatnya terus membayangkan Claire dan merasakan juniornya benar-benar mengeras, membuatnya terpaksa harus menuntaskannya. Hanya dnegan membayangkan Claire dia bisa mengalami ejakulasi, apakah artinya dia sudah sembuh dan seperti kata dokter dia harus mencari penyebabnya, sekarang dia sudah menemukannya.
Ray mengambil selimut dan menyampirkannya di pundah Claire sepeti semalam, dan berjalan keluar kamar dan membaringkan dirinya di sofa sambil memikirkan bagaimana langkah selanjutnya yang harus diambilnya untuk meluluhkan hati Claire, sampai tanpa sadar dia tertidur.
Claire terbangun dan kembali mendapatkan selimut dipundaknya, dia melihat kesekeliling ruangan dan hanya melihat seorang perawat mengganti tabung infuse Ian. "Tuan Raynard tertidur di sofa luar." Katanya pada Claire yang diduganya mencari suaminya.
Claire melihat Ian masih tidur, dia berdiri dan melangkah ke luar, dia melihat Ray tertidur dengan nyenyak, dia sadar Ray juga sama lelahnya dnegan dirinya, bahkan dia lebih lelah lagi mengingat dia telah mendonorkan darahnya pada Ian. Perlahan Claire mendekatinya dan menyampirkan selimut menutupi badan dan tangan Ray, Ray bergerak tetapi dia tidak membuka matanya, membuat Claire segera pergi dari sana sebelum membangunkannya.
Ray terbangun, akhirnya dia tahu dari mana asal aroma yang sejak tadi pagi sangat disukainya itu, selimut yang ada dibadannya mengeluarkan aroma Claire, selimut yang dipakai Claire sejak semalam ada didadanya, artinya Claire lah yang meletakannya disana. Dia segera bangun dan masuk kedalam kamar, apa yang dilihatnya membuat hatinya hangat.
Claire kembali kekamar Ian dan melihat Ian mulai bergerak, perawat lain masuk membawakan makan siang untuk Ian dan penjaga pasien, menu yang membuat Claire cukup terpana, menu lengkap bahkan lebih mewah dari makannnya sehari-hari.
Claire menunggu sampai Ian bangun dan tersenyum padanya, "Anak mommy sudah bangun, bagaimana perasaanmu sekarang."
Ian tersenyum dan mencoba menarik selimut untuk menutupi wajahnya, "Ian belum mandi mommy."
"Ian malu? Mau mommy bersihkan badan bau Ian?"
Ian membuka selimut yang tadi menutupi mukanya, "Ya, daddy mana mommy?"
"Daddy tidur diluar, dia capek karena menjaga Ian semalaman, jadi Ian harus cepat sembuh."
Ian mengangguk, "Mommy siapkan dulu handuk dan airnya."
Ian melihat kesekeliling ruangannya, dia tahu dia ada dirumah sakit, tetapi mengapa tidak seperti yang dia kunjungi biasanya dan kenapa daddy ada bersama mommy? pikirnya.
Claire keluar dari kamar mandi membawa sebaskom air dan handuk, perlahan dia memposisikan Ian , membuka bajunya dan mulai membersihkan muka, tangan, badan dan kaki putranya.
"Bagaimana Daddy bisa ada disini mom?"
"Mommy memanggilnya, karena Ian membutuhkan pertolongannya."
"Daddy memang malaikat."
"Bagaimana Ian bisa terluka seperti ini? Ian jangan menggerakan kepala terlalu sering dulu, masih ada luka dikepala Ian."
"Kepala Ian terluka parah, ya mommy?
Claire mengangguk. "Mommy pasti sedih dan kuatir." Ian menatap mommynya dengan raut wajah bersalah.
"Mommy memang sedih dan kuatir, tapi mommy sekarang sudah tenang bisa melihat Ian bangun dan sehat. Jadi sekarang Ian harus menceritakan kenapa Ian bisa terluka?"
Ian menatap mommynya, "Bryan dan Moses, mereka mengejekku, mereka bilang aku tidak punya daddy."
"Terus?"
"Ian bilang jika Ian punya daddy, mereka tidak percaya dan terus mengejek Ian membuat kesal dan mendorong mereka tapi mereka berdua badannya lebih besar dari Ian, mereka tidak jatuh terus mereka balas mendorong Ian, setelah itu Ian tidak ingat lagi, Ian ada dengar suara daddy waktu Ian tidur, dan waktu Ian bangun, Ian sudah ada disini. Kita dimana ini mommy?"
Claire hanya diam mendengarkan cerita putranya, "Ian sudah harum sekarang jadi tidak perlu malu lagi." Claire membawa handuk dan wadah air kembali kekamar mandi, saat dia keluar Ian bertanya "Mommy marah sama Ian?"
"Mommy tidak marah sayang, mommy bersalah sama Ian karena mommy Ian jadi seperti ini."
"Bukan salah mommy, Ian juga bersalah walau yang salah Bryan dan Moses."
Claire tersenyum, putranya mengatakan hal yang polos dan membuatnya tersenyum.
"Ian mau makan?"
"Mau."
Claire menyiapkan makanan untuk Ian dan terkejut saat mendengar teriakan Ian, "Daddy sudah bangun? Daddy capek ya jagain Ian?"
