Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Lamaran?

Ray melihat Claire dengan sabar menyuapi Ian, mereka berdua bercanda dan Ray bisa melihat sifat Claire yang ceria. Tontonan itu berakhir ketikan Ian menyapanya, "Daddy sudah bangun? Daddy capek ya jagain Ian?" suara kecil yang memanggilnya daddy itu semakin membuat hatinya hangat.

"Tidak sayang, daddy hanya mengantuk. Mommy yang pasti lebih capek dari daddy." Jawab Ray sambil melangkah mendekati Ian, mencium kening putranya, "Ian harum sekali?"

"Mommy yang membuat Ian harum dan bersih, daddy. Daddy makan sama Ian?"

"Ian makan dulu, nanti daddy makan sama mommy."

"Ian makan sama mommy." kata Ian cepat membuat Ray tertawa, "Ya, Ian makan sama mommy."

"Makanlah dulu, tadi perawat mengantarkan makan siang." Kata Claire.

"Itu untukmu."

"Makanlah, aku akan menghabiskan sandwich saja."

"Ayo, daddy kita makan."

"Makanlah, temani Ian."

Ray yang ingin kembali menolak, tidak tega melihat tatapan anaknya yang penuh harap, "Baiklah."

Mereka makan dengan Ian yang berceloteh dengan semangatnya, kelihatannya dia sudah tidak terlalu merasa sakit, Ian anak yang kuat dan pemulihannya pun cepat.

Ray tertawa, putranya benar-benar mengemaskan sampai dia tersedak dan Claire menggulurkan segelas air mineral untuknya.

"Ian, makan yang benar." Claire meningatkan putranya yang mulai tidak bisa diam, bahkan membuat Ray tersedak.

"Ian sudah kenyang, mommy bantu habisin makanan Ian."

"Lima sendok lagi."

Ian menatap dengan melas, yang artinya dia sudah benar-benar kenyang karena jika tidak dia pasti akan dengan senang hati menerima tawaran Claire. Claire tahu kadang kala putranya memang menyisakan makanan untuknya jika dirasanyanya makanan itu enak, oleh karena itu Claire yang sudah mengetahui kebiasaan itu selalu mengujinya dulu tanpa putranya sadari.

"Baiklah, mommy yang akan menghabiskannya." Kata Claire akhirnya.

Ray melihat Claire makan dari sisa Ian, makanan hanya berupa makanan lunak yang Ray saja tidak ingin memakannya, tetapi Claire tanpa jijik menghabiskan makanan itu.

"Enak mommy?" tanya Ian dengan polosnya.

"Tidak." Jawab Claire.

"Enakkan sup tadi pagi atau masakan mommy." jawab Ian lagi sambil tertawa.

"Ian mau makan apa, nanti daddy siapkan."

Claire membereskan bekas makan mereka, membiarkan Ian dan Ray bercanda berdua, dia yakin sebentar lagi Ian pasti akan tertidur, efek dari obatnya yang dimasukkan kedalam infusnya.

"Mommy, Daddy mau mengajak kita ke taman bermain yang besarrr....nanti kalau Ian sembuh." Teriak Ian saat Claire kembali kekamar Ian.

"Jadi, Ian harus cepat sembuh supaya bisa kembali bermain."

"Ya, Ian pasti akan cepat sembuh. Mommy kata daddy kita akan tinggal bersamanya setelah Ian keluar dari rumah sakit, daddy juga janji tidak akan meninggalkan kita lagi." celoteh Ian dan membuat Claire terdiam

"Daddy, Ian mengantuk, Daddy temani Ian tidur ya." Kata Ian lagi sambil menguap.

"Ayo, daddy temani Ian tidur." jawab Ray sambil duduk merangkul Ian yang tidur sambil menepuk-nepuk pelan sampai dirasanya putranya sudah tertidur, perlahan dia berdiri.

"Claire, ada yang harus kita bicarakan." Kata Ray

Claire memandang Ray dan berdiri mengikutinya.

Ray menatap Claire dan berkata, "Mungkin kamu marah dan tidak suka padaku karena menggunakan kondisi Ian untuk memaksa kalian mengikuti keinginanku, tetapi hanya itu satu-satunya cara yang terpikir olehku supaya kamu dan Ian bisa bersamaku karena aku yakin kamu pasti akan menolaknya. Karena semua sudah terjadi dan jika kamu merasa terpaksa ataupun menerima dengan sukarela, aku ingin kamu mengikuti semua keputusanku untuk kalian."

"Maksudnya?" tanya Claire.

"Mulai sekarang kalian akan tinggal bersamaku, aku akan mengurus kalian, memenuhi kebutuhan kalian dan jangan pikir semua yang kulakukan karena rasa bersalah atau penebusan dosaku. Sejujurnya setelah bertemu kalian perasaan itu berubah menjadi rasa syukur, aku bersyukur tidak pernah menyerah untuk menemukan kalian, aku bersyukur karena kamu mempertahankan Ian, dan aku bersyukur sekali bisa menemukan kalian, hanya satu hal yang membuatku menyesal adalah tidak menemukan kalian lebih cepat."

"Aku tidak akan melarangmu untuk bersama Ian, tetapi apakah aku harus memenuhi semua persyaratanmu itu?"

"Ya, semua sudah tertulis di perjanjian yang kamu tanda tangani. Claire ijinkan aku mendampingimu untuk membesarkan Ian, aku sudah tidak menemanimu saat kamu mengandungnya, aku juga tidak mengikuti perkembangannya sejak lahir. Aku mohon jangan menolakku, kamu bisa melihat bagaimana mommy dan daddy juga mengharapkan hal yang sama. Aku ingin kita saling mengenal dan aku akan menunggu sampai kamu bisa menerimaku, untuk semua itu dan untuk kebaikan Ian, aku ingin kita mulai semua dari awal."

Claire diam, sejenak dia memejamkan matanya. Kata-kata dari Ray membuatnya tidak mengerti tujuan dari pria dihadapannya ini, awalnya dia hanya berpikir Ray hanya ingin mengakui Ian sebagai putranya dan dia sudah merelakan hal itu tetapi sekarang pria itu juga menginginkannya untuk bersama-sama membesarkan Ian. Bagaimana mungkin seorang seperti dirinya pantas bersanding dengan Ray yang memiliki segalanya? Apakah dia siap untuk kembali merasa kehilangan jika pria dihadapannya menemukan wanita lain yang lebih sesuai untuknya?

"Claire, aku tidak akan meningggalkan kalian lagi dan aku tidak peduli siapa dirimu, yang aku tahu kamu adalah mommy dari putraku dan satu-satunya wanita yang akan menjadi mommy putraku."

"Aku...." Claire masih ragu pada dirinya sendiri, walau dia bisa melihat kesungguhan dari Ray.

"Aku anggap diammu adalah setuju." kata Ray cepat karena dia melihat keraguaan pada mata Claire, dan dia tidak ingin Claire masuk semakin dalam kedalam tembok yang dibangunnya.

"Aku....akan mencobanya." Kata Claire akhirnya setelah dia diam cukup lama.

"Terima kasih, karena telah memberiku kesempatan. Aku berjanji tidak akan membuat kalian kecewa." Kata Ray sambil tersenyum, senyum yang hampir hilang selama 3 tahun ini.

"Sama-sama, terima kasih telah menerima kami." jawab Claire lirih.

"Claire, jangan terlalu kaku dan dingin padaku. Kamu boleh memarahiku, menenggurku bahkan memukulku atau jika perlu kamu boleh menyiksaku, jika aku membuatmu kesal dan marah, aku tidak akan keberatan tetapi jangan bersikap resmi dan dingin padaku juga mendiamkanku."

Claire tidak menyangka Ray akan mengatakan hal selucu itu, tanpa sadar dia tertawa, tawa yang membuat hati Ray bergetar.

"Mana mungkin aku melakukan seperti yang kamu katakan." Kata Claire.

"Kenapa tidak mungkin? Sejak kamu menyetujui permintaanku atau sejak kamu menandatangi semua berkas itu, kamu mempunya hak untuk melakukan itu semua, dan tenang saja, aku akan senang hati menerimanya. Oh ya, satu hal lagi yang terpenting, aku ingin kita saling jujur dan terbuka satu sama lain bukan hanya soal Ian tetapi juga tentang kita. Kamu boleh menanyakan apapun yang kamu ingin ketahui tentang diriku, terserah kamu mau bertanya langsung padaku atau pada keluargaku, walau aku yakin mereka pasti akan menjelek-jelekkanku padamu, jadi terserah kamu percaya atau tidak."

"Apakah keluarga kalian sangat dekat?" tanya Claire akhirnya karena dia tidak tahu harus memulai dari mana, hanya saja dia merasa lucu melihat tingkah Ray, dia merasa bukan hanya dia yang merasa segan dan menjaga jarak tetapi Ray karena sikapnya menjadi serba salah dan ikut salah tingkah.

"Bisa dikatakan begitu, walau kami sudah dibiasakan mandiri dan mereka tidak akan mengurusi urusan kami selama kami tidak meminta bantuan pada mereka, tetapi aku dan adikku tahu jika mereka mendukung apapun keputusan kami selama kami bisa mempertanggung jawabkannya."

"Apakah keluargamu mengetahui tentang...." Claire tidak tahu harus mengatakan apa tentang hal itu.

"Ya, mereka baru mengetahuinya saat mommy bertemu Ian. mommy yang menyadari kesamaanku dengan Ian, mulai dari warna mata, raut wajah sampai alergi kami. Sejujurnya sejak kejadian itu dan keterlambatanku menemuimu karena pekerjaanku, sikap dan sifatku berubah tetapi mereka tidak pernah bertanya karena mereka menungguku menceritakannya sendiri, tetapi setelah mommy bertemu Ian, mereka langsung memanggilku dan meminta penjelasanku. Saat itulah aku menceritakan semuanya, karena mommy tidak mau mengatakan dimana dia menemukan Ian sebelum aku menjelaskan pada mereka."

"Mereka tidak marah?"

"Mereka marah tapi bukan padamu, mereka marah padaku karena tidak mengatakan dari awal untung saja daddy mengetahui jika aku terus berusaha menemukanmu jika tidak mungkin saat ini aku sudah tidak diakui sebagai putra mereka."

"Mereka tidak keberatan untuk menerimaku?"

"Menurutmu melihat bagaimana sikap daddy dan mommy tadi pagi, mereka menolakmu? Yang ada malah mereka menolakku karena Ian." kata Ray sambil memasang tampang kesal.

Claire tersenyum, "Sekali lagi terima kasih."

"Apakah tidak ada lagi yang ingin kamu tanyakan? Bolehkah aku bertanya tentangmu?"

"Aku tidak tahu harus bertanya apalagi, apa yang ingin kamu tanyakan padaku?"

"Apakah kamu mau menerimaku sebagai suamimu?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel