Bab 8. Lagu Dan Polos
Hening sejenak.
Ayuan segera berpaling dan berjalan menuju dapur, langkahnya mendadak terhenti sebab Maria tidak ikut di belakangnya.
Ayuan membalikkan badannya dan melihat kearah Maria yang masih berdiri mematung ditempatnya, entah apa yang di pikirkan oleh gadis itu.
Ayuan menarik nafasnya sambil menatap malas ke arah Maria.
Dia merasa mengurus seorang wanita sama halnya dengan mengurus bayi, itu membuat Ayuan menjadi kesal dan Maria sungguh menyebalkan.
Ayuan berdiri dengan meletakkan kedua tangannya di pinggang mata liarnya menatap nyalang Maria, gestur tubuh yang tinggi berdiri tegap layaknya seorang tentara yang menghadap atasan.
Laki-laki itu masih berdiri dan diam tanpa suara. Maria masih berdiri menghadap ke arah ruang tamu tanpa menoleh.
"Apa yang kamu tunggu di situ!? Suara Ayuan terdengar membentak sehingga Maria sontak memalingkan wajahnya melihat ke arah Ayuan.
"Apa kamu sedang menghitung hari agar cepat ajal menjemput dirimu?"
"Kenapa kamu sangat bebal?" Ayuan yang berbicara dengan nada sedikit menakuti.
Tubuh Maria bergetar, dia membalikan badannya berjalan dengan langkah gontai seperti seorang wanita idiot yang tidak mengerti apa-apa.
Tatapan gadis itu kosong, Maria kehilangan semangat dan terlihat seperti patung yang kaku, dia berhenti di depan Ayuan tampa bertanya.
Ayuan menaikan ujung bibirnya dan mengerutkan keningnya, melihat tatapan kosong Maria. Kemudian tangan Ayuan bergerak menyetil kening gadis itu.
"Tuk."
Gadis itu merasa sakit dan mengusap keningnya yang terasa ngilu.
"Aku pikir kamu kerasukan. Syukurlah kamu masih merasakan sakit," kata Ayuan yang membuka suaranya.
Maria memasang wajah cemberut. Dia begitu geram dengan kelakuan laki-laki yang berdiri dihadapannya. Seandainya dia punya kuasa dan punya obat medis, dia akan menyuntik mati Ayuan, begitu pikirnya.
Maria tidak langsung menjawab ucapan Ayuan dia masih berdiri dengan tatapan penuh kebencian terhadap laki-laki yang sudah memperlakukan dirinya buruk.
Tak hanya itu saja. Maria melihat Ayuan seperti seorang iblis pencabut nyawa. Setiap kali laki-laki itu menemui dirinya. Maria selalu berpikir bahwa Ayuan datang untuk membunuhnya.
"Apa lagi yang kamu tunggu!"
"Apa kamu tidak lapar?" tanya Ayuan yang berlagak seolah sangat perhatian.
Maria kaget dan segera mengaguk, Maria sudah memastikan kalau sekarang diluar sudah malam, hatinya kembali di liputi rasa cemas terhadap ibunya.
Bagaimana nasib Ibunya Maria di sana? Maria benar-benar terlihat cemas dan tidak fokus dengan keadaan di sekililingnya.
Dia begitu gelisah, Ayuan yang melihat kembali memicingkan matanya.
Ada apa dengan gadis ini? Kulihat dia begitu gelisah. Apakah dia sangat takut kepadaku? Ah.... Sebaiknya biarlah seperti itu. Mungkin akan lebih baik sebab dengan begitu dia akan memikirkan lagi untuk tidak macam-macam denganku lagi.
Sebaiknya aku tanyakan saja padanya, siapa tahu aku akan menemukan jawabannya, Maria ini terlihat lugu dan sedikit polos, tanpa sadar dia akan melakukan tindakan yang konyol dan membuka rahasia apa yang ada di pikirannya.
Ayuan membantin dan tersenyum evil.
"Apa yang sedang kamu pikirkan gadis asing? Apakah kamu sedang memikirkan untuk ingin kabur dari sini?" Ayuan mengajukan pertanyaan yang memojok.
"Tuan, aku bukan gadis asing, aku punya nama dan namaku adalah Maria Clarita Ven Hoven, aku sekarang sedang memikirkan ibuku, aku khawatir apakah dia ingat untuk minum obat dan juga sudah makan atau belum?" jawab Maria yang memasang wajah sendu.
Ayuan yang mendengar kalimat dari Maria tertawa jahat.
Hahahaha.
"Kamu sengaja berbicara begitu agar aku bersimpati untuk melepaskan dirimu demi ibumu, ingat gadis asing! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu melangkah sejangkalpun untuk keluar dari rumah ini meskipun ibu mu mampus sekalipun."
Ayuan berbicara sambil membalikkan badannya dia tidak ingin Maria merespon ucapnya yang terdengar tidak peduli.
Maria begitu meradang ingin dia kembali menendang kepala Ayuan seperti tadi sore. Namun sekarang gerakannya terbatas, Maria mengedarkan pandangannya sekeliling, tapi tidak ada benda untuk di jadikan senjata. Maria sangat kesal padahal itu adalah sebuah kesempatan untuk bisa kabur dari rumah neraka ini.
"Kalau kau tidak lapar tetaplah seperti patung di situ, dan aku hanya punya penawaran satu menit untuk kamu mengisi perut mu itu, kalau kau tidak segera sigap makan, bersiaplah untuk menahan lapar sampai besok malam, gadis asing aku tidak akan mengingatkan dirimu beberapa kali. Sebab aku tidak memiliki hati untuk mengasihani kamu. Bagiku kamu adalah orang asing yang tidak berguna. Masih mending kamu sampai sekarang masih bisa bernafas."
Ayuan melirik dengan ujung mata sipitnya dia tidak lagi memperdulikan Maria yang berdiri dengan tegak di belakangnya.
Maria berjalan mengikuti langkah Ayuan dan mendudukkan tubuhnya di depan laki-laki itu.
Ayuan menatap dingin Maria. Gadis itu hanya menatap makanan yang tersaji di depan matanya.
Crot....crot.
Perutnya mulai berbunyi pertanda dia sedang lapar. Maria menurut tangannya dan memegang perutnya yang mulai bersuara. Maria menunduk kan wajahnya melihat kearah perutnya.
Ayuan menatap datar wajah Maria.
Ayuan mulai mengambil makannya dan memasukkan sesuap ke dalam mulutnya.
Namun Maria belum bisa mengambil makanannya dia tidak berani, sebab Ayuan tidak menyuruhnya makan.
"Kenapa kamu belum makan?" tanya Ayuan dengan suara baritonnya.
"Kamu tidak menyuruh aku untuk makan!" jawab Maria polos.
"Dasar bodoh."
"Kamu tidak usah khawatir. Makanan itu tidak ada racun. Jadi kamu tidak perlu takut. Aku tidak akan melakukan pembunuhan seperti itu. Sebab aku tahu sendiri bagaimana caranya melumpuhkan lawan agar cepat mati.
Maria segera mengambil makanannya sebab dari tadi perutnya sudah lapar minta di isi, 15 menit makanan yang ada di piringnya habis tidak tersisa.
Maria yang tanpa malu-malu segera mengunyah makanan dan segera mengambil minuman dengan cepat sampai tandas di gelas
Ayuan begitu kaget melihat cara makan Maria yang begitu sigap dan cepat persis seperti tentara yang akan berperang.
"Wah.... Gadis asing, kamu sebaiknya ikut kontes makanan saja, aku rasa kamu akan mendapatkan peringkat satu, sebab kamu cepat sekali menghabiskannya. Aku tidak tahu apakah kamu sedang lapar atau kamu memang rakus, kalau kau masih lapar silahkan habiskan punyaku juga," sindir Ayuan sambil mendorong piring makanan kehadapan Maria.
Gadis itu sangat kaget. Matanya membulat penuh, dia mengarahkan pandangannya kepada piring makanan yang di sodorkan Ayuan padatnya.
"Aduh.... bagaimana ini kalau pria brengsek ini menyuruhku mengahabiskan semuanya. Perutku sudah kenyang mana mungkin aku bisa menghabiskan punya dia juga. Dasar kelamin jantan yang tidak punya otak. Kau membunuhku dengan cara seperti ini!" Gumam Maria dalam hati.
Ayuan masih menunggu Maria menjamah makanan miliknya.
"Apa kamu sama sekali tidak ingin menghabiskan makanan ini. Cepat habiskan!" bentak Ayuan dengan dengan sedikit mengebrak meja membuat jantung Maria hendak terlepas.
Break.
