Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Apakah Dia Seorang Cenayang?

Berpikir sejenak dan berusaha memikirkan dengan pikiran waras nya.

Aku tidak akan mengotori tanganku untuk membunuh orang yang tidak punya salah apalagi seorang wanita namun dia sudah melihat sesuatu yang bersifat rahasia. Mau tidak mau aku harus melakukan itu. Tapi bagaimana mungkin aku bisa melakukan kepada seorang gadis yang tidak berdosa?

Apalagi dia begitu sayang kepada orang tuanya.

Ayuan sangat galau memutuskan langkah apa yang diambil terhadap nasib Maria.

Meskipun berisiko, Ayuan memilih menyekap Maria di apartemennya.

"Aku rasa itu tidak perlu Gadis itu tidak akan berani macam-macam meskipun dia suka melawan namun kartu as-nya ada sama kita yaitu ibunya. Kamu terus pantau perkembangan Ibunya dan berilah perawatan sebagaimana mestinya. Aku tidak mau tahu wanita itu harus selamat dan baik-baik saja! Kamu Jangan melakukan hal-hal konyol yang tidak aku perintahkan, apa kau mengerti!" Ayuan berbicara tegas.

Vrans mengagguk mengiyakan perintah bosnya. Meskipun masih bingung dan heran terhadap sikap sang majikannya, dia tetap tunduk dan patuh.

Ayuan yang selama ini dia kenal begitu kejam dan sama sekali dia tidak mengandalkan hati kepada lawannya, selagi merugikan dirinya, Ayuan tidak segan-segan untuk melenyapkan lawannya.

Meskipun Ayuan tunduk kepada bos besarnya itu, tapi laki-laki itu tidak menerima perintah untuk membunuh orang yang dianggap olehnya tidak membahayakan posisi mereka.

"Vrans aku memang pembunuh bayaran, tapi aku tidak akan mengotori tanganku untuk membunuh orang yang tidak punya alasan. Gadis itu aku anggap kecil. Aku bisa mengatasi sendiri masalah gadis itu."

Ayuan bangkit dan berjalan ke arah kamarnya. Namun baru beberapa langkah laki-laki itu berjalan, Ayuan segera menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Vrans.

"Vrans, belikan gadis itu beberapa set baju dan bawakan juga makanan untuk dia," perintah Ayuan sambil melangkah meninggalkan Vrans yang duduk terpaku.

Aku melangkah meninggalkan Vrans sendirian dan tanganku menarik handle pintu dan mendorongnya ke dalam. Ayuan segera merebahkan tubuhnya di kasur, laki-laki itu menatap langit-langit kamarnya.

Ayuan merengankan otot-ototnya yang kaku dengan sedikit berolahraga ringan, namun dia kembali merebahkan tubuhnya, Ayuan di kejutkan oleh suara ponsel yang berada di dalam tas yang berada di atas nakas.

Ayuan segera bangkit dari pembaringan dan melangkah ke arah nakas, tangannya bergerak meraih tas Maria dan mengambil ponsel gadis itu.

Sebuah nama yang tertera di sana, yaitu nama dokter Johan.

Ayuan hanya melihat saja namun tidak ada niat untuk mengangkatnya.

Ayuan segera meletakkan kembali ponsel Maria dan berjalan untuk membaringkan tubuhnya lagi. Namun kembali dia mendapatkan gangguan. Pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang dari luar.

Tuk-tuk-tuk.

"Pintu tidak di kunci masuk saja," perintahnya dari dalam.

Berlahan pintu terbuka, tampak Vrans segera masuk ke dalam.

"Bos, aku sudah membelikan sesuai permintaan bos," kata Vrans sambil menyerahkan bungkusan itu kepada Ayuan.

Ayuan mengambil bungkusan itu dan Vrans segera pergi dari hadapan majikannya.

Ayuan keluar dari kamarnya, dia berjalan ke arah kamar Maria, tangan pria itu bergerak meraih handle pintu dan mendorongnya ke dalam. Laki-laki itu melihat Maria yang sedang duduk meringkuk di ranjang sambil memeluk tubuhnya.

"Hay.... gadis asing! Ini pakaian mu, segera mandi dan temani aku makan!" ucap Ayuan setengah berteriak. Membuat Maria mengankat wajahnya melihat Ayuan.

Maria bangkit sambil berjalan mendekati Ayuan. Sejenak tatapan mereka beradu. Manik mata coklat milik Maria menatap lekat wajah dingin Ayuan yang berdiri dengan kaku di hadapannya.

Maria segera mengambil dan menatap ke arah bungkusan plastik yang kini berpindah tangan.

Ayuan segera berbalik meninggalkan kamar Maria, gadis itu menarik nafasnya panjang dan menatap tubuh jangkung Ayuan yang menghilang dari balik pintu.

Maria berbalik berjalan kearah ranjang sambil membuka kantong plastik dan melihat berberapa pakaian luar dan dalam yang di belikan oleh asisten pribadi Ayuan.

Wanita itu mengerutkan keningnya saat memegang celana dalam dan bra.

Kenapa dia bisa tahu ukuran yang aku punya, apakah dia seorang cenayang?

Iiihhhh.

Maria kembali mengindik ngeri, mengigat tingkah Ayuan yang begitu aneh dan menakutkan.

Maria mengambil handuk dan melangkah masuk ke kamar mandi, dia mengedarkan pandangannya kesekeliling mencari celah untuk bisa kabur, dalam pikiran gadis itu. Keluar merupakan sebuah hal yang begitu besar dan jika berhasil itu akan membuat dirinya sangat bahagia.

Namun dia merasa putus asa karena semua yang di lihatnya bagai tidak ada celah.

Maria segera menyelesaikan mandinya dan beranjak keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang tadi di kuncir kuda kini tergerai indah sebatas pinggang, sungguh Maria begitu cantik sempurna tanpa polesan make up dia terlihat cantik alami.

Maria berjalan ke arah pintu, tangannya bergerak meraih handle pintu, gadis itu segera menariknya, namun Maria begitu kaget sangat mengangkat wajahnya melihat Ayuan sudah berdiri tepat dihadapannya dengan memasukkan tangannya di dalam kantong celananya.

Ayuan terpesona melihat Maria yang berdiri sungguh imut di matanya, Ayuan tersadar dan menormalkan keadaan.

"Mau kemana?"

"Kau mau kabur lagi!? tanya Ayuan yang menghilangkan kecanggungan dengan kalimat yang sedikit menekan.

Gadis itu mengelengkan kepalanya.

Maria menunduk wajahnya ke bawah dan menjawab dengan gesture tubuhnya.

Ayuan tersenyum mering melihat Maria yang terkesan begitu penurut. Tapi Ayuan tidak mudah percaya begitu saja dengan wajah yang terlihat polos tapi di balik itu semua terkesan penipu. Sebab sudah dua kali Maria mengambil kesempatan untuk kabur dengan menendang kepala dan paha Ayuan saat dirinya lengah.

Ayuan berdehem.

"Khem."

"Gadis asing aku ingatkan sekali lagi, kamu jangan coba-coba untuk kabur karena dinding dan pintu punya suara, ruangan ini sudah di lengkapi dengan sistem canggih, dua langkah kamu berjalan dari tempat ini maka kamu akan siap menjemput kematian mu. Jadi sebelum kamu melakukan tindakan yang merugikan dirimu sendiri, baiknya kamu pikir untung dan ruginya. Sebab aku bukan orang yang mempunyai belas kasih. Untuk kedua kali, aku sudah memberikan kamu kesempatan untuk hidup. Jadi kamu pergunakanlah kesempatan itu dengan baik, kecuali kamu sudah bosan hidup. Maka pisau tajam ku ini siap merobek kulitmu," Ayuan berbicara dengan penuh penekanan.

Maria yang mendengar perkataan sadis dari mulut laki-laki tampan yang berdiri dihadapannya, membuat seketika bulu kuduknya berdiri. Maria tidak bisa membayangkan kalau ucapan itu berlaku kepada dirinya maka dunianya akan berhenti seketika.

Maria juga tidak mengerti kenapa penjahat itu membiarkan dirinya hidup? Tapi Maria tidak menampik masih untung pria itu memberikannya hidup.

Maria masih ingat saat Ayuan, Pria itu yang sudah melekat di benak Maria adalah penjahat dingin. Membunuh mangsanya tanpa belas kasihan. Bahkan Maria sempat melihat manik mata laki-laki itu saat membunuh begitu menikmati

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel