Bab 9. Siap Sport Jantung Dan Harus Kuat Mental
Maria memegang dadanya yang berdebat sangat cepat. Tampaknya setiap berhadapan dengan laki-laki di depannya gadis itu harus siap sport jantung dan juga harus kuat mental.
Beberapa jam berhadapan dengan Ayuan. Maria semakin di tempa untuk lebih berani melawannya. Meskipun nantinya nasibnya berada di ujung pisau laki-laki yang tampak sok cool di depannya.
Maria terdiam dengan berusaha tetap tenang meskipun hatinya begitu takut.
"Tuan. Aku tidak bisa menghabiskan semua makanan ini, andai aku menghabiskan semuanya percuma saja. Nanti kamu akan di buat repot sebab aku akan memuntahkannya lagi. Apakah kamu mau melihat lantai Apartemen kamu ini kotor?" kata Maria yang memberikan alasan yang membuat dirinya masuk akal.
Maria memperhatikan bahwa apartemen mewah pembunuh sadis ini terlihat sangat bersih. Untuk itulah kenapa dia beralasan seperti itu. Maria mengira kalau laki-laki itu fobia dengan hal-hal yang berbau kotor dan jorok. Apa lagi muntah, tentu saja sangat menjijikkan.
Dan benar saja ucapan Maria sepertinya berpengaruh buat Ayuan. Dia terlihat mengetup mulutnya karena merasa jijik.
Berbicara muntah membuat Ayuan tidak ingin menyentuh makannya lagi. Maria segera mengambil garpu dan memasukkan ke dalam bajunya. Gadis itu masih duduk. Ayuan bangkit dan melangkah ke arah Maria. Dia berhenti dan bersandar di samping Maria dengan menatap lurus kedepan. Tangan Ayuan bergerak tempat di hadapan Maria dia merentangkan telapak tangannya.
"Berikan padaku!"
Terdengar suara Ayuan yang meminta sesuatu pada Maria. Gadis itu sempat heran dan mengangkat wajahnya menatap wajah Maria.
"Berikan apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu minta," tanya Maria yang berpura-pura tidak tahu.
"Aku tidak mengulangi untuk kedua kalinya. Jika kamu mengambilnya sebaiknya letakkan saja di atas meja, apa kamu ingin aku menyentuhmu untuk memeriksanya?" Ayuan berbicara dengan santai tanpa menoleh dia memberikan waktu untuk Maria menyerahkan apa yang dia ambil di atas piringnya tadi.
Maria tidak menyangka kalau mata Ayuan sangat tajam. Dengan sigap dia bisa melihat Maria mengambil garpu. Semula Maria mengambil garpu untuk di jadikan senjata untuk melawan Ayuan, dia akan menikam Ayuan dengan kuat saat laki-laki ini lengah. Namun apa daya segala upaya sudah dia lakukan. Tapi tetap saja nasib tidak berpihak padanya.
Kenapa matanya seperti mata hantu saja. Kalau begini bisa gagal semua rencanaku.
Maria mengerakkan tanganya dan mengambil garpu di balik bajunya dan mengangkat wajahnya menatap kearah Ayuan lalu meletakan benda itu di tangannya Ayuan.
Pria itu segera mengegamnya dan tersenyum miring dia mengambil dengan tangan kiri dan memainkan garpu itu dengan senyuman penuh arti.
Ayuan terdiam membisu dia melirik kearah Maria dan sedikit berjongkok sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah gadis itu. Maria memundurkan kepalanya kebelakang.
"Jika ingin melukai orang belajar dulu dariku baru kamu bisa melakukannya, apa kamu ingin aku praktekkan, heum?" suara Ayuan yang terdengar lembut namun kalimatnya mengandung arti yang mengerikan.
Maria mengelengkan kepalanya, dia sangat ngeri membayangkan kalau laki-laki ini akan melukai kulitnya.
Ayuan kembali mengangkat wajahnya dan menatap garpu dan memainkan di tangannya kemudian dengan tenaga yang kuat dia menancapkan benda itu di atas meja. Namun karena meja itu terbuat dari bahan yang kuat sehingga garpu itu bengkok.
Maria yang melihat aksi Ayuan begitu kaget, gadis itu ingin menjerit namun suaranya seakan tercekat. Maria dengan refleks menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Gadis asing, turunkan tanganmu!" perintah Ayuan dengan cepat Maria menurunkan tangannya.
"Aku hanya ingin menunjukkan kalau senjata yang akan kamu gunakan untuk melukaiku tidak punya kekuatan sama sekali, sebaiknya pikirkan lagi sebelum kamu sendiri yang celaka. Sekarang cepat kamu masuk kembali ke sarang mu semula. Menurut itu lebih baik. Dari pada kulitmu yang mulus akan mengeluarkan cairan merah," kalimat ancaman kembali terdengar. Maria semakin ketakutan. Dia tidak hanya berpikir kalau laki-laki itu adalah penjahat tapi Pria yang begitu kejam.
Maria segera berlari masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya kuat-kuat. Ayuan yang melihat hampir tidak kuasa menahan tawa.
Hahahaha.
Tampaknya Ayuan bisa dengan mudah mengendalikan Maria.
"Dasar bodoh!"
Ucapnya sambil berjalan meninggalkan meja makan.
******
Sementara itu Vrans yang di minta untuk memantau keadaan ibunya Maria Yaitu Nyonya Ven sudah sampai di depan rumah orang tua Maria.
Vrans menarik nafasnya panjang dan membuangnya dengan kasar.
Dia tidak habis pikir dengan bosnya itu. Kenapa sekarang dia lebih peduli dengan hal yang sepele.
Vrans berjalan menghampiri pintu rumah Nyonya Vrans. Tangannya bergerak untuk mengetuk pintu.
Tuk-tuk-tuk.
Vrans menunggu pintu di buka dari dalam.
Sepuluh menit menunggu pintupun terbuka.
Seorang wanita dengan terbatuk-batuk keluar dan berdiri di depan pintu.
Khuk-khuk.
Vrans memperhatikan wajah Nyonya Van dan memastikan, pasti wanita yang berdiri bersamanya benar Nyonya Van.
"Maaf Anak Muda siap ya?" tanya Nyonya Van sekalian mempersilakan Vrans untuk masuk ke dalam.
Vrans dengan mengagguk hormat segera masuk ke dalam.
Laki-laki itu mengedarkan pandangannya kesekeliling dan melihat rumah Nyonya Van sangat sederhana.
"Nyonya kenalkan namaku Vrans."
Vrans memperkenalkan dirinya dengan sedikit ramah. Meskipun sikap itu bukan karakternya. Vrans cukup tahu bila berhadapan dengan ibu-ibu, dia harus bisa bersikap ramah dan sopan dengan demikian seorang wanita akan senang.
"Apakah Nak Vrans ini adalah teman dekat Maria?" tanya Nyonya Van dengan tersenyum simpul.
Terdiam sesaat mencerna ucapan dari Nyonya Van.
Wanita itu melihat bahwa Vrans merasa tidak nyaman segera merevisi ucapannya.
"Oya....Nak Vrans, tunggu di sini dulu. Ibu akan membuat minuman untukmu," Nyonya Vrans hendak bangkit. Namun segera di cegah oleh Vrans.
"Tidak usah repot-repot Nyonya, aku baru saja minum tadi sebelum kemari," Vrans berbicara dengan sopan.
Nyonya Vrans kembali duduk dan menatap wajah bersih dari Vrans.
"Apakah kamu sedang menunggu Maria. Ibu juga sedang menunggunya. Sampai jam segini belum pulang juga. Ibu jadi cemas, tadi dia dinas pagi namun sampai sekarang belum pulang juga. Tidak biasanya Maria pulang terlambat seperti ini. Meskipun dia menganti shift temannya dia akan menghubungi ibu dulu, tapi malam ini sangat aneh dan berbeda. Ibu takut terjadi sesuatu padanya," Nyonya Van berkata yang terdengar lebih kepada curhat.
Vrans terdiam mendengar ucapan Nyonya Van.
Pria itu tahu kalau Maria sedang di sekap oleh bosnya yang bernama Ayuan.
"Nyonya, aku datang ke sini untuk memberitahu Nyonya kalau Maria tidak pulang untuk seminggu atau lebih. Sebab dia sedang menjalani pelatihan di luar daerah. Kalau pun ponselnya tidak aktif itu karena dia sedang berada di tempat terpencil, di sana tidak ada sinyal jadi Nyonya harap bersabar ya," Vrans berbicara, dari tadi dia mencari alasan agar Nyonya Van percaya kalau Maria sedang ikut pelatihan.
"Apa?"
