Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Harapan Kabur Lenyap

Maria yang mendengar kabar Ibunya sudah tewas membuat dia kembali menangis.

Tubuhnya bagai ambruk di lantai, dia seperti tidak punya tenaga lagi untuk menopang berat badannya, sungguh berita yang dia dengar dari pria yang duduk di atas sofa itu membuat dia shock begitu dalam.

Maria tidak menyangka kesalahan apa yang dia buat sehingga pria itu ingin melenyapkan dan membunuh ibunya. Dia dengan tenaga yang masih tersisa bersusah-payah merangkak untuk berdiri dan dengan cepat dia berlari memukul tubuh Ayuan yang yang duduk di sofa sambil merokok, pria itu sangat kaget saat mendapatkan serangan mendadak dari Maria.

Tangan ayunan dengan reflek memegang dengan Maria sehingga gadis itu tidak berkutik dan pasrah apabila laki-laki itu memang ingin membunuhnya.

"Hay.... Gadis asing! Kenapa kau berani sekali menyerangku apa kau ingin mati secepatnya?" bentak Ayuan dengan menatap tajam kearah Maria.

Maria duduk bersimpuh di bawah kaki laki-laki itu dia meraung dan mengangkat wajahnya menatap Ayuan dengan tatapan penuh sendu dan berkata dengan lirih.

"Katakan padaku? Apa salahku sehingga kau menculik dan membunuh ibuku?"

"Aku tidak pernah meminta untuk melihat kejadian malam itu, tapi kenapa kau tega melakukan itu padaku. Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak mengatakan pada siapapun rahasia ini, tapi kenapa kau ingin juga membunuhku?" ucap Maria yang tidak lagi memperhatikan tentang keselamatan dirinya.

"Apa kau tahu perbuatan jahat yang kau lakukan akan menciptakan kejahatan baru, kau sudah membunuh orang dan kau juga akan membunuhku!" Lanjut Maria lagi tanpa jeda.

Tangisannya masih terdengar pilu ditelinga Ayuan.

Hiks-hiks-hiks.

Ayuan yang mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Maria membuatnya mengerutkan keningnya.

Betapa tidak, perasaannya dia memang tidak melakukan pembunuhan terhadap ibunya Maria, namun ucapannya tadi hanya untuk menakuti Maria.

"Hay.... Nona Maria klarita Van hoven, Aku tidak pernah mau bunuh ibumu. Aku hanya mengatakan, bagaimana kalau ibumu sudah mati, itu saja! Kenapa kau menjadi histeris begitu?" kata Ayuan yang bertanya kepada Maria.

Gadis itu menghentikan sejenak tangisnya, lalu kembali menatap mata dingin milik Ayuan.

"Apa katamu, jadi kau tidak membunuh ibuku?'

"Apakah sekarang ibuku masih hidup?" tanya Maria yang refleks memegang lutut Ayuan.

Pria itu mengarah tatapannya kearah lengan Maria yang memegang lututnya.

"Siapa yang menyuruhmu menyentuhku?"

"Kau sudah membuat kesalahan besar hari ini. Kau sudah menendangku dua kali, Aku ragu untuk memaafkanmu. Jadi gadis asing berdoalah untuk selamatan mu hari ini, ya," ucap Ayuan yang bangkit dan berdiri. tangannya dengan singap memegang tangan meriah sehingga gadis itu terpaksa berdiri dari pada laki-laki yang ada di hadapannya itu menyeret dengan kasar.

Maria dengan lugunya berkata.

"Apakah kamu akan membunuhku? Aku mohon kalau kamu akan mengersekusi aku. Tolong kamu tembak saja aku, sebab aku tidak akan merasakan sakit. Aku tidak ingin kamu menusuk aku seperti pria itu," ucap Maria dengan polos.

Ayuan mengehentikan langkahnya untuk menyeret Maria, hatinya sedikit tergelitik mendengar perkataan Maria.

"Dasar gadis bodoh," ucapanya singkat.

Maria yang mendengar perkataan Ayuan menjadi kaget. Dia membuka mulutnya lebar-lebar.

"Haa."

Aku tidak mengerti apa yang ada didengarnya, dia mengerutkan keningnya. Perkataan dirinya tadi membuat lelaki itu mengatakan dirinya bodoh.

Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?"

Maria membatin. Maria menurut saja apa yang di lakukan oleh laki-laki dihadapannya. Dia sudah kehilangan banyak tenaganya untuk melawan. Namun itu hanya sia-sia.

Maria menunggu waktu yang tepat untuk kabur. Dia berharap kalau Ayuan lengah. Agar dirinya bisa pergi dari tempat itu.

Ayuan mengangkat tubuh Maria dan meletakkan di atas tempat tidur.

"Gadis asing, tempat kamu sekarang di sini, kamu jangan coba-coba untuk kabur! Aku masih berbaik hati membiarkan kamu hidup!"

Ayuan berbicara sambil melangkah pergi meninggalkan Maria yang menatap Ayuan dengan penuh kebencian.

Hatinya begitu hancur mengigat keadaan ibunya yang sedang sakit. Terlebih dirinya berada dalam cengkraman tangan seorang lelaki asing yang tidak pernah dia kenal.

Maria terlihat begitu lemah dan malas. Hampir separuh tenaganya terbuang sia-sia hanya untuk melawan lelaki psychopat itu.

Maria terdengar mendesah membuat semua rasa takut yang dari tadi menjalar di hatinya.

"Hah."

Dia menengadahkan kepalanya ke atas dan memejamkan matanya menetralisir perasaan takutnya, dia harus kuat dan bertahan. Maria bertekad akan melawan dan bisa pergi dari tempat itu

Aku bingung tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Aku begitu lemah dan tidak berdaya, adakah orang yang berbaik hati menolong aku di sini? Aku tidak bisa menghubungi siapapun, ponselku di sita penjahat brengsek itu!

Ibu, bagaimana keadaan mu? Apakah kamu masih selamat, atau penjahat itu sudah membunuh mu? Andai itu terjadi aku akan membalas semua perbuatan mereka padamu, Ibu!

Ibu tenang lah, aku akan segera pulang, kamu jangan khawatir, aku baik-baik saja.

Maria berkata dalam hati, dia bangkit dan berjalan ke arah dinding, tanganya mengetuk-ngetuk dinding, memastikan bahwa dinding itu terbuat dari apa?

Jika dinding kamar itu bukan ruangan kedap suara, Maria akan berteriak supaya orang yang tinggal bersebelahan mendengar teriakan dirinya dan siapa tahu mereka tergerak hatinya untuk menolong Maria.

Namun sepertinya harapannya musnah dinding itu begitu kokoh. Tampaknya kamar yang dia tempati sekarang adalah ruangan kedap suara.

Mengigat itu Maria kembali mengindik ngeri, pasalnya menurut pemikiran Maria, ruangan yang dia tempati sekarang sengaja diperuntukkan untuk ruang penyiksaan dan penyekapan.

Mengigat hal itu tubuh Maria ambruk di kasur, harapannya untuk keluar tiba-tiba lenyap.

Maria menjerit sejadi-jadinya. Gadis itu melepaskan semua kekesalan yang merundung hatinya.

Aaaaaaaa.

Sementara itu di luar, Ayuan sedang duduk santai dan tenang. Dihadapannya duduk seorang pria yang menjadi kaki tangan Ayuan, dia adalah Vrans.

"Tuan, apakah kamu akan selamanya menyekap gadis itu di sini?" tanya Vrans yang masih tidak mengerti tentang jalan pikiran bosnya itu.

"Bila perlu," jawab Ayuan dengan tenang.

"Kenapa tidak kita bunuh saja dia?" kembali Vrans memberikan saran kepada bosnya.

Ayuan terdiam untuk sesaat, dia menatap Vrans dengan tatapan dingin.

"Itu tidak perlu, dia bukan musuh kita, hanya saja nasib dia yang sial sebab harus melihat pekerjaan aku saat itu, biarkan saja dia tetap hidup," jawab Ayuan dengan tegas.

Vrans yang mendengar ucapan Ayuan sangat kaget, dia mendongak wajahnya menatap sang bos yang masih terlihat tenang.

"Tapi bos, bagaimana kalau gadis itu menyusahkan kita, apa untungnya kita memelihara dia di sini, kalau suatu saat dia akan membawa kita dalam masalah!"

Ayuan kembali terdiam, dia menarik nafasnya panjang, laki-laki yang berumur 25 tahun itu sepertinya lagi memikirkan usulan temannya untuk melenyapkan Maria.

Heummmmm.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel