Bab 5. Sebutkan Permintaan Terakhir Mu
Maria mencoba menarik pintu, ternyata pintu tidak terkunci, senyuman Maria merekah, gadis itu berharap kalau apartemen itu sepi dan pria tadi sudah pergi.
Dengan melangkah hati-hati Maria berjalan agar tidak menimbulkan suara. Matanya dengan lincah melihat sekeliling. Ruangan itu begitu sepi dan terdengar tidak ada suara yang berarti.
Maria tidak pernah menyadari kalau ruangan itu sudah terpasang cctv, jadi Ayuan dapat muda memantau setiap pergerakan Maria.
Ayuan tersenyum melihat aksi Maria yang nekat kabur dari tempatnya.
Ayuan melihat gadis itu lewat gawai yang terhubung dengan alat pelacak yang sudah terpasang di rumahnya.
"Gadis bodoh!" gumamnya dengan suara pelan.
"Aku tidak pernah menduga kamu sangat berani melawan, kamu sudah membuat aku kesal kau sudah berani menendang kepalaku. Kau sudah membuat aku marah."
Ayuan merengut dengan meruncingkan bibirnya yang mungil, mata sipit Ayuan yang tajam bak mata elang yang ingin menerkam lawannya.
Ayuan segera bangkit saat Maria sudah sampai ke arah ruang tamu, gadis itu hampir saja berdiri di pintu utama apartemen.
"Berhenti!"
Terdengar suara dari belakang membuat langkah Maria tertahan.
"Aduh!"
"Mati aku! Aku sudah ketahuan ingin kabur, pria ini tidak akan memberikan ruang untuk aku bisa lolos," kata Maria dalam hati.
Gadis itu masih berdiri dan tubuhnya kaku di tempat seperti patung. Dia tidak berani berbalik melihat kearah suara yang berteriak di belakang.
"Mau kabur ya?" suara itu terdengar datar namun sedikit menekan.
Maria tidak menjawab, gadis itu memejamkan matanya, menghimpun sedikit keberaniannya.
Dia segera berpaling melihat ke arah Ayuan yang berdiri menatap tajam ke arah Maria. Tatapan itu bagai mata pisau yang hendak menyayat kulit Maria.
Dengan penuh ketakutan dan juga, Maria berpikir keras bagaimana membuat hati pria dingin yang terlihat seperti seorang malaikat pencabut nyawa. Sedikit melunakkan hatinya untuk tidak menyakiti dirinya.
Ayuan mendekati Maria yang memundurkan langkahnya kebelakang.
Tubuh gadis itu kembali menempel di dinding ruangan, Ayuan segera meletakkan tangannya di samping wajah Maria.
Tatapan Maria berubah sendu, gadis itu berusaha bersikap ramah terhadap Ayuan.
"Kamu kenapa menculikku, apa aku punya salah padamu? Aku tidak tahu dan juga tidak mengenalmu! Aku bekerja sebagai pelayan rumah sakit dan aku mohon padamu biarkan aku pergi, ibuku sedang sakit. Aku akan pulang dulu sebentar untuk melihat ibuku. Aku ingin memastikan apakah dia baik-baik saja!?" ucap Maria yang mencoba merayu agar pria didepannya menjadi luluh.
Sesaat suara Maria terjeda. Gadis itu menarik nafasnya yang sesak.
"Setelah itu aku akan kembali menyerahkan diriku padamu. Tuan aku tidak akan lari," lanjut Maria lagi yang suaranya mulai bergetar.
Terdiam dalam ketakutan. Namun berusaha untuk tenang, mata sipit itu begitu tajam menusuk seakan ingin membunuh, Ayuan masih tetap mematung dengan kedua tangannya masih mengukung Maria.
Lutut gadis itu terasa lemas dan seperuh nyawanya serasa terbang terlepas dari raganya, Maria seakan mati lemas, pria yang berdiri di depannya sengaja membuat dirinya serangan jantung.
Ayuan menatap dan menarik tangannya dia segera mencengkram dagu Maria dengan kuat, sehingga gadis itu menengadah wajah ke atas, Maria tidak berani menatap laki-laki di depannya.
"Tatap aku!"
Perintah itu bagai sebuah erangan moster yang baru bangun, membuat Maria seakan terkecing di celana, Ayuan hanya ingin melihat apa ada kebohongan dari ucapan gadis ini.
Maria menatap mata hanzel yang sipit itu, ada rasa takut dan sekaligus takjub yang menjalar begitu lain di hatinya, Aura Ayuan tidak seperti seorang pembunuh berdarah dingin, dia cendrung kepada pria imut. Namun tatapan dingin bagai es kutub selatan dan kulkas tiga pintu, membuat pesona Ayuan yang tadi imut menjadi memudar.
Ayuan seperti Iblis yang haus akan darah, mungkin saja laki-laki sedang bermain dengan Maria dan sebentar lagi pria itu akan segera mengeksekusi mati Maria.
Di tengah Ayuan yang sedang lengah Maria segera menendang lutut Ayuan.
"Bug."
Sejenak pria itu kaget dan sebelah lututnya menumpang badannya.
Maria mengunakan kesempatan itu untuk berlari namun tiba-tiba disaat bersamaan. Sebuah tangan mencengkram kuat! siapa lagi yang datang?
Vrans yang baru saja keluar. Kemudian kembali masuk dan melihat Maria yang ingin kabur. Pria itu segera menyeret tubuh Maria dengan memegang kerah bajunya dari belakang.
Ternyata kamu gadis yang sungguh merepotkan," gumannya yang terdengar kesal.
Ayuan yang merasa sudah cukup bermain dengan Maria kini terlihat sangat serius.
Ayuan memainkan lidah di dalam mulutnya. dia mengarahkan pupil matanya ke arah Vrans untuk sesaat.
"Kamu pergilah! Gadis ini biar aku tangani," usir Ayuan yang terlihat kembali mengarahkan pandangan kepada Maria.
Maria yang jatuh tersungkur karena Vrans melepaskan pegangannya.
Pria itu tersenyum evil. Tatapannya yang tajam dan dingin membuat Maria tidak berani mengangkat wajahnya. Dalam hatinya terus berkata.
Habislah aku di tangan Pria kejam ini, dia tidak akan melepas diriku lagi, Maria nasib kamu sangat malang, kenapa harus berakhir di tangan kedua penjahat ini?
Maria terdiam membisu dia menatap lantai ruangan itu, air matanya sudah kering, hidungnya sudah memerah bahkan matanya sudah bengkak karena sudah menangis dalam waktu yang lama.
Ayuan memegang rahang Maria dan kembali seringai iblis terpancar dari wajahnya.
Pria itu memegangnya dengan kuat sehingga membuat Maria meringis kesakitan, dia segera melepaskan pegangannya dengan kasar.
Ayuan bangkit dan menuju ke arah sofa, dia mendudukan tubuhnya di sana, dan mengambil segelingting rokok dan mulai membakarnya.
Ayuan terdiam sambil menghisap rokok dan membuang asapnya ke arah Maria.
Hening.
Ruangan itu terlihat sunyi, Ayuan masih diam tidak membuka suaranya. Sementara Maria tidak bergeming dari duduknya. Tubuhnya seperti timpa sebuah lem yang membuat dirinya tidak bergerak.
"Gadis asing. Katakan permintaan terakhir mu hari ini, aku akan memberikan kamu satu permintaan terakhir," terdengar suara Ayuan yang memecah keheningan.
Gadis itu segera mengakat wajahnya, rasa takut karena berpikir sebentar lagi akan di eksekusi mati membuat mulut Maria bergetar hebat.
Bahkan dia seperti tidak punya kekuatan untuk menggerakkan bibirnya saja.
Ayuan masih diam menunggu jawaban dari Maria.
"Gadis asing, aku berbicara kepada kamu kenapa kamu diam!?" terdengar bentakan keras dari mulut Ayuan.
Maria mengankat wajahnya menatap laki-laki yang membentak dirinya dengan keras.
"Aku....aku ingin bertemu ibuku!" jawab Maria yang entah dari mana kekuatan itu datang, dia berkata dengan lantang.
Ayuan kaget mendengar perkataan terakhir Maria.
"Apa? Kamu ingin bertemu dengan ibumu? Apa kamu yakin dengan ucapan kamu itu, gadis asing? Ayuan menyakinkan Maria dengan jawabannya tadi.
"Bagaimana kalau aku katakan kalau ibumu sudah mati?"
"Apa?"
