Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Ketakutan

Perkataan laki-laki itu membuat gadis itu hampir kencing di celana. Maria begitu takut seponta saja dia teringat akan pembunuh itu, dalam pikiran jangan-jangan pria ini adalah pembunuh itu?

Ayuan segera melepaskan tangannya dengan kasar di rahang Maria, gadis itu meringis menahan ngilu, tekanan kuat tangan pria itu mampu membuat rahang Maria begitu sakit.

Maria memilih menundukkan kepalanya ke bawah dan diam tidak lagi berbicara, Ayuan menatap miring ke arah Maria.

"Dih jijik aku melihat sama manusia tembok kaya laki-laki ini, pembunuh lagi!" Maria mencoba berbicara dengan hatinya agar dirinya terlihat rileks.

Maria memberanikan dirinya menatap tajam lelaki bertubuh tinggi dan bermata sipit itu, ingin rasanya Maria membalik merobek mulut milik lelaki yang di juluki sebagai lelaki paling kejam menurut versinya.

"Apa? Kamu gak terima hah," teriaknya lagi tepat di hadapan wajah Maria.

Maria mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal sempurna di belakang ingin rasanya melayangkan tamparan ke wajah lelaki yang sedang menatapnya sangar itu.

"Apa kamu ingin melawan aku?" Ayuan kesal di tatap seperti itu, Ayuan segera menarik pisau di balik jaketnya, Maria pasrah jika pria itu akan membunuhnya dengan pisau yang berada di tangannya, setidaknya dia tidak akan merasakan sakit terlalu lama, baginya lebih baik mati walaupun sedikit perlawanan dari pada di siksa dan pasrah akhirnya mati juga.

Ayuan menarik tubuh Maria dari duduknya sehingga gadis itu terlungkup ke depan, unjung pisau siap memutuskan ikatan Maria.

"Sialan!"

Bentak Maria wanita yang sudah sedari tadi membuat darah Ayuan mendidih.

Maria segera berbalik dan mencengkram dan menyerang Ayuan dengan membabi buta.

"Kamu apa-apaan sih? kenapa kamu nyakar wajah mulusku," teriak Ayuan dengan mata yang melotot seperti akan keluar.

Sebelah alis indah Ayuan mengangkat, bibirnya yang tipis dan merah alami itu tersenyum menyungging, matanya yang selalu manatap orang lain dingin kini menatap Maria dengan tatapan tajam.

"Udah lama rasanya aku tidak makan sup tulang iga manusia, kayaknya tulang kamu lumayan juga," ucap Ayuan sambil mendekati tubuh Maria dengan tatapan tajam nya.

"Kamu ngomong apaan sih! cepat pergi dari hadapan ku," teriak Maria, wajahnya kini berubah menjadi pucat.

Dukss..

Maria dengan refleks menendang kepala Ayuan sampai Ayuan tersungkur dan meringgis kesakitan.

Maria ingin segera berlari keluar dari ruangan itu, namun Ayuan yang sudah bangkit dengan cepat meraih tangan Maria dan langsung kembali memelintir tangan lembut itu kebelakang.

Sepertinya gadis ini liar juga? Ayuan sudah lama menunggu momen ini, jadi kenapa dia tidak bermain-main sebentar dengannya.

"Kamu udah gila hah! Cepat lepasin aku," bentak Maria sambil meronta-ronta. Sesekali terdengar meringis kesakitan.

Lelaki itu masih pusing, Maria tau itu, karena dia terlihat masih linglung, ada-ada saja tapi cowok itu masih sanggup untuk bertindak cepat sungguh tenaga yang luar biasa.

Ayuan segera mengangkat tubuh Maria dan membantingnya ke kasur. Ayuan mundur beberapa langkah, dia ingin melihat wajah sombong yang berbalut dengan ketakutan itu sebelum dia pergi untuk selama-lamanya.

Maria terus meneriaki Ayuan, itu sungguh membuatnya kesal. Ayuan berjalan ke arah Maria dan langsung membekap mulut Maria dengan lakban yang sudah disiapkan kemarin.

Ayuan sangat jengkel karena Maria berteriak terus menerus.

Tubuh Maria terus saja meronta-ronta mencoba untuk menghampiri Ayuan, tapi Ayuan malah berdiri sambil berkacak pinggang.

Setelah dia merasa puas melihat Maria meronta-ronta, dengan senyuman yang masih getir, Ayuan mengeluarkan sebuah pisau tadi dan berjalan menghampiri Maria.

Tanpa aba-aba Ayuan langsung meletakan pisau tajam itu di pipinya, Maria begitu ketakutan, dia menangis tersedu-sedu.

Ayuan membelai rambut Maria dan menenangkan dirinya, Ayuan berlagak seperti seorang pria lembut.

Setelah itu Ayuan memilih menjauh dan berdiri tegak dengan menatap pisau di tangannya kemudian tersenyum, Maria melihat ke arah pisau yang di pegang Ayuan.

Melihat Maria yang begitu ketakutan sambil sesekali memejamkan matanya, Ayuan tersenyum, dengan cepat tangan Ayuan meleparkan pisau itu ke arah Maria.

Aaaaaa.

Maria memekikkan di dalam diam, karena Ayuan sudah memberikan lakban di mulutnya agar dirinya diam.

Ayuan tersenyum evil.

Dia berjalan ke arah Maria yang mengigil ketakutan.

Menurut lelaki bertubuh atletis dan berwajah dingin seperti Ayuan, membunuh adalah hobi barunya, di bukan lagi pembela kebenaran. Sekarang dirinya menjadi pembunuh bayaran, apalagi orang biadab seperti Miko, orang yang selalu saja merendahkan orang lain memang pantas mati untuk apa dibiarkan hidup hanya jadi sampah dunia saja.

Ayuan tidak pernah kenal yang namanya cinta, sikap dingin dan jiwa psikopat Ayuan membuat dirinya menjadi seorang penyendiri dan tidak mempunyai teman.

Sebenarnya jika Ayuan berbaur seperti dulu. Dia pasti jadi buruan para wanita cantik karena wajah imut dan tampan yang dia miliki. Hanya saja karena sifat dinginnya yang melebihi es kutub utara itu. Tidak ada wanita manapun yang mencoba mendekatinya pasti nyali nya akan ciut duluan karena lirikan tajam Ayuan mampu membuat hati seorang perempuan berdebar sekaligus ketakutan.

Slip

Ayuan menarik pisau yang tertancap di atas kepala Maria. Pria itu menatap dingin seorang gadis yang baru saja di buatnya ketakutan. Gadis itu hampir saja jatuh pingsan.

Mata Ayuan menurun ke sebelah dada kiri gadis itu tepatnya ke sebelah nametag yang gadis itu kenakan.

"Namamu Maria Clarita Venhoven?"

Ayuan menaikan alisnya, setelah menyebut nama gadis itu.

Dia menggosok ujung pisau dengan ujung jarinya. Kemudian dia memasukkan kembali dibalik bajunya.

Maria hanya menatap saja tanpa bisa bicara, dia tidak pernah menduga kalau akan berakhir di tempat yang begitu menyiksa.

Maria merasa menyesal. Jika waktu bisa di ulang kembali. Tentunya dia tidak akan melewati gang Suzie di malam itu yang membuat dirinya berakhir menjadi petaka.

Pria yang berdiri di depannya meskipun tampan ternyata adalah seorang psychopat yang membuat aliran darah berhenti seketika.

Maria berada pada suatu ruang yang membuat jantung berpacu dengan cepat, mungkin kan nasibnya akan berakhir di tangan pria dingin yang mematikan ini?

Setelah puas bermain dan menakuti Maria. Berlahan Ayuan membalikan badannya dan menarik pintunya dengan suara keras.

Break.

Maria segera menutup matanya, sangat kaget.

Maria berusaha untuk kembali memberontak. Dia merasa bahwa ikatan pria tadi tidak begitu kuat, dirinya ingin tersenyum dan berusaha untuk kembali merengang ikat tangannya di belakang.

Setengah jam berlalu usaha Maria tidak sia-sia ikatan di tangannya sudah terlepas.

Maria dengan cepat menarik perban yang melekat di mulutnya. Tidak ingin menunggu lama Maria segera mencari celah untuk keluar dari ruangan itu. Tujuannya satu yaitu bisa kabur dari tempat menyeramkan ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel