Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

Sama-sama tidak selera untuk menyantap apapun. Hanya meneguk soju dan terus meneguk. Yoona masih saja tampak murung, meski begitu tangannya terus menuang soju ke gelasnya. Sesekali menyeruput langsung dari bibir botol. Tentu ada perasaan asing ketika melihat seorang direktur seperti Sehun memilih memasuki sebuah warung tenda. Bukannya memilih sebuah restauran yang letaknya tak jauh dari sana. Tapi memang itu yang sering mereka lakukan dikala sedang gundah. Warung tenda selalu menjadi pilihan mereka.

Tidak perlu menahan Yoona untuk berhenti minum. Karena ia tahu itu, Yoona benar-benar kuat minum bahkan nyaris tidak pernah mabuk. Dan Sehun akui itu, mengenai itu dia tidak sehebat Yoona. Terlihat karena kini Sehun memilih berhenti meneguk minumannya. Tapi tidak dengan Yoona.

“Kau bisa muntah jika terlalu banyak minum.“ Tegur Sehun melihat barisan botol soju di meja mereka.

“Tidak masalah.“ Pakk! Mata sendunya melotot ekstra berkat tepukkan dari Sehun di kepalanya.

“Jaga mulutmu.“ Wanita itu mengerucutkan mulutnya dengan sebal.

“Kau tidak makan? Bukankah kau belum makan malam?“

“Lalu kau? Kau juga belum makan malam.“

“Aku tidak berselera.“

“Sama.“

Suasana menjadi hening. Yang terdengar hanya suara benturan antara bibir botol dan gelas soju. Ya, Yoona masih menikmati sojunya.

Ia menghela nafasnya sepanjang mungkin. “Semuanya sudah berakhir. Ya, sudah berakhir.“ berusaha menguatkan dirinya.

“Kau baik-baik saja kan?“

“Hmm.. Aku baik-baik saja.“

“Yakin?“

“Sangat yakin.“

Sahut Yoona penuh percaya diri. Sehun tersenyum lega seraya meraih botol soju lalu kembali menyesap nikmat sojunya.

“Aku hanya perlu mencari kekasih baru.“ Uhuk! Dan Sehun tersedak hebat. Dia shock berat.

“Aish! Kenapa nasib kita begini?!!” erang Yoona super geram dengan nasib sialnya.

“Tidak ada yang salah dengan nasibku.” tangkas Sehun.

“Tapi kita sama-sama tidak memiliki pasangan. Umur kita yang sudah 30 tahun. Mau sampai kapan begini terus?”

Sehun diam sejenak mengamati wajah Yoona yang sudah merah padam. Ada sirat aneh dari sorot matanya pada wanita itu. Sementara sahabatnya itu terus meracau, Sehun memilih untuk tetap diam. Terlalu melelahkan untuk terus meladeni perkataan Yoona yang tak ada habisnya.

--

“Sudah sebanyak ini aku minum, kenapa aku tidak mabuk juga?“

Teriak Yoona frustasi. Sehun yang sudah setengah tertidur langsung tersadar dan baru menyadari, bahwa mereka masih di warung tenda di pinggiran Sungai Han.

“Bibi! Satu botol lagi!“

Sehun segera bangkit dari duduknya. Mengibaskan tangannya ke si bibi pemilik warung agar tidak mendengarkan perkataan sahabatnya itu.

“Ini uangnya.“ Cepat-cepat menghampiri bibi itu dan memberikan beberapa lembar uang.

“Nak, ini terlalu banyak.“

Sehun sudah tidak mendengarnya. Karena kini dirinya tengah kesulitan memaksa Yoona untuk bangkit dari duduknya.

“Cepat bangun!“ Menepuk kepala wanita itu hingga membuat Yoona mengerang kesakitan.

“Cepat bangun..“ Ditepuknya lagi kepala wanita itu.

“Yak! Sakit!“ Bentak Yoona reflek berdiri tegak.

Mengait tangan Yoona agar wanita itu segera mengikuti langkahnya. Lebih tepatnya memaksa Yoona untuk melangkah pergi dari sana.

--

“Don’t mess up my tempo, deuro bwa igeon chungbunhi!“ Terpaksa mendengarkan suara melengking Yoona yang tengah menyanyikan lagu terbarunya EXO.

“I said don’t mess up my tempo, geunyeoye mameul humchil beat!“ Itu tidak terdengiar seperti nyanyian. Melainkan teriakan.

Oh Sehun, sabarlah!!!

Erang Sehun dalam hati. Mencengkram stir mobil dengan geram. Ia harus berkonsentrasi menyetir. Harus bisa menahan emosinya dari makhluk astral disampingnya itu.

Jalanan jauh lebih sepi. Lampu jalan bergantian menembus kaca mobil hingga menyinari wajah mereka. Udara dingin yang menusuk berebutan masuk kedalam mobil melalui kaca mobil yang baru saja Yoona turunkan. Semakin merusak tatanan rambut Yoona yang sebelumnya memang sudah berantakkan. Disampingnya, Sehun masih mencoba bersabar.

“Hit you with that ddu-du ddu-du du! Ah yeah ay yeah!“ Dan Yoona lanjut menyanyikan lagu terbarunya Blackpink.

“Hit you with that ddu-du ddu-du du! Ah yeah ay yeah!“ Syukur Sehun masih bisa konsentrasi menyetir.

Ingin sekali untuk membentak Yoona agar wanita itu berhenti mengacau. Tapi disamping itu Sehun juga tahu. Alasan lain yang membuat Yoona bernyanyi dengan berutal seperti itu. Wanita itu masih dalam masa patah hati. Dari yang Sehun ketahui setelah sekian lama berteman dengannya. Perkataan Yoona selalu berbanding terbalik dengan perasaannya. Maka itu, mengenai perkataannya yang mengatakan bahwa ia bisa mencari kekasih baru. Itu hanyalah kebohongan semata. Hal itu ia lakukan semata-mata hanya untuk menghibur dirinya.

Yoona memang memiliki paras yang cantik walau tak selalu terlihat akibat penampilan lusuh dan tak feminimnya. Yoona juga sangat ramah dan tentu saja banyak orang menyukainya. Bisa dibilang kecantikkannya bagaikan secercah cahaya di semak-semak blukar. Ya, ia tetap terlihat cantik walau dengan penampilan antah berantahnya. Sejauh ini Yoona baru berpacaran 4 kali. Dan yang terlama bersama Dae Ho. 6 bulan. Sisanya masing-masing hanya berjalan 2 bulan saja. Mengapa? Karena mantan-mantannya mengetahui bahwa Yoona teman baiknya Oh Sehun.

Lalu mengapa mereka harus takut kepada Sehun? Karena kebetulan sekali mereka bekerja di salah satu anak perusahaan milik Sehun. Direktur seram seperti Sehun tentu selalu menjadi prioritas utama untuk dijauhi. Jika tidak ingin dipecat tentunya. Karena dulunya Sehun pernah tanpa berpikir langsung memecat salah satu karyawannya yang kedapatan membuat Yoona menangis—Yoona selalu curhat padanya. Tapi dari semua itu, hanya Dae Ho yang bertahan walau sudah mengetahui persahabatan mereka. Itu karena Dae Ho seorang vokalis band yang sama sekali tak terkenal.

Ketika itu kepingan air hujan mendadak turun hingga mengenai wajahnya. Yoona terpaksa menutup kaca mobil disampingnya. Anehnya, Yoona mendadak bungkam. Tidak seperti sebelumnya yang bak radio rusak. Tangannya terkulai lemas diantara kedua lututnya. Jika diperhatikan, tangannya sedikit bergetar. Ekspresi wajahnya juga terlihat cemas. Sekilas Yoona terlihat ketakutan.

Tampak memahami kondisi sahabatnya, Sehun meraih tangan kiri Yoona lalu digenggam erat olehnya. Dapat ia rasakan tangan Yoona yang masih bergetar di dalam genggamannya. Membuatnya tidak bisa menyetir dengan tenang. Juga tidak mungkin untuknya menepikan mobilnya disana. Karena hujan semakin deras dan suara hantaman kepingan air itu semakin keras. Diliriknya Yoona, wanita itu tengah memejamkan matanya dengan bibirnya yang mengatup erat menahan rasa takut. Tidak bisa bersantai, Sehun lepas sejenak genggaman tangan itu. Usai itu mobilnya melaju lebih kencang menembus air hujan.

Tiba di parkiran basement gedung apartemennya. Dengan gerakkan cepat Sehun keluar dari mobilnya. Tak lupa meraih jasnya yang sedari tadi sudah ia lepas. Dibukanya pintu mobil disebelah Yoona. Dilihatnya Yoona yang masih memejamkan matanya. Sehun menghela nafasnya sejenak. Saat ini ia tidak mungkin marah. Dengan sabar ia gunakan kembali jasnya. Lalu sedikit merunduk guna mengangkat Yoona ke dalam gendongannya. Yoona tersadar dari pertahanannya, tapi tak bisa menolak dan hanya diam dalam gendongan itu.

Melangkah menuju lift yang pada saat itu terdapat beberapa orang yang tengah menunggu disana. Tentu mereka memandangi Sehun dan Yoona dengan tatapan terpana. Yang sekilas tampak seperti pasangan suami-isteri. Tidak menghiraukan itu, Sehun berlaku santai berdiri di antara mereka. Lalu Yoona, karena merasa malu ia memilih menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Sehun—pura-pura tidur.

Tepat ketika itu pintu lift terbuka. Sehun sudah lebih dulu masuk dan memilih berdiri di sudut karena tubuh Yoona yang berada di gendongannya lumayan membuatnya kelelahan. Ia gunakan waktu itu untuk bersandar sedangkan Yoona masih dalam aksinya—pura-pura tidur.

Orang yang tadinya bersama mereka lebih dulu keluar dari lift, meninggalkan mereka berdua disana. Barulah terdengar suara dengusan Sehun yang membuat Yoona tak bisa berpura-pura lagi. Diliriknya Yoona yang tengah merenung dalam gendongannya. Ternyata rasa takut masih tersisa di tubuh wanita itu. Membuat Sehun pasrah dan kembali menelan baik-baik amarahnya. Pintu lift terbuka. Dengan otot tangannya yang semakin mengeras, Sehun melangkah menuju pintu apartemennya.

“Mau sampai kapan kau begini terus?“ Tegur Sehun yang kesulitan membuka pintu apartemennya.

“Sampai masuk kedalam.“ Bisik Yoona.

-

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel