Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

“Tuan, kau tidak berniat menyusulnya?“ Tanya Haha melirik Sehun yang masih menahan diri.

“Dia bisa mengatasinya.“

Sahut Sehun seraya melepas jasnya. Entah mengapa ia merasa gerah. Berusaha duduk dengan nyaman di samping Haha, yang masih menggenggam stir mobil yang sudah terparkir di depan sebuah kafe.

“Aku tidak yakin akan itu.“

Masih terus mengamati Yoona dari dalam mobil. Dapat ia lihat tontonan di lantai 2 kafe tersebut. Yoona tengah berdebat dengan Dae Ho yang juga ditonton teman-teman lelaki itu. Tentu juga si wanita yang tadinya menjemput Dae Ho.

“Tuan, Dae Ho terlihat mabuk.“ Itu karena ia melihat Dae Ho menertawai Yoona disana.

“Tuan, aku tidak tahan melihatnya!“ Haha bergegas membuka seabelt dari tubuhnya. “Jika anda tidak mau menyusulnya, maka—“ Sehun sudah lebih dulu keluar dari mobil.

--

Entah apa yang dipikirkan Yoona. Bukannya pergi dari sana. Malah ikut bergabung dengan Dae Ho dan teman-temannya. Ia tahu bahwa pada saat itu Dae Ho sudah dalam keadaan mabuk. Ia juga bisa lihat raut cemas dari di wanita yang tadinya menjemput Dae Ho. Tapi raut cemas itu lebih ke mencemasi keberadaan Yoona disana. Bagaimana tidak, yang Yoona lakukan hanya duduk dihadapan mereka dengan matanya yang tak sekalipun lepas dari dua mahkluk itu. Dengan di sampingnya yang terdapat 4 orang laki-laki, teman band Dae Ho.

“Oppa, berhenti minum.“ Kata wanita itu dengan suaranya yang dibuat-buat manja.

“Aku haus. Oo? Kau kau siapa? Wah.. Kau cantik sekali.“

Dae Ho tersenyum ke Yoona dengan wajahnya yang sudah memerah. Semakin memperjelas ketidaksadarannya.

“Oppa..“ Dan wanita itu semakin terlihat resah.

“Hah, sepupu pantatmu.“

Gumam Yoona menahan amarah. Perasaan kecewa tengah merusak pertahanannya. Yoona akui itu, rasanya ingin menangis sekuat mungkin.

“Kenapa kau disini? Kau mau ikut minum bersamaku ya?“ Sesaat Dae Ho tampak tersadar.

“Kalau begitu perkenalkan. Dia kekasihku.“

Bukannya menunjuk kearah Yoona, melainkan ke wanita yang duduk disampingnya. Wanita itu semakin terlihat resah.

“Dan mereka teman satu bandku.“

Keempat temannya tidak memiliki keberanian untuk melihat Yoona dan memilih memandangi minuman mereka. Dapat Yoona rasakan tubuhnya yang bergetar pelan menahan amarah dan juga kesedihan. Dilihatnya kini Dae Ho bersandar pada wanita itu dengan matanya yang tertutup rapat.

“Kupikir tadinya kau benar-benar sakit. Hah.“ Yoona masih tak bisa mempercayai kenyataan itu.

“Sejak kapan kalian menjalin hubungan?“ Tanya Yoona ke wanita itu dengan nada suaranya yang terdengar tak bersahabat.

“Setahun yang lalu.“

Jawab wanita itu mencoba berbicara lantang namun juga terlihat ragu. Bibir Yoona bergetar ingin memaki.

“Kau.. Apa kau tidak tahu kalau dia sudah berpacaran denganku lebih lama dari itu?“

“Hmm.“ Ia mengangguk ragu.

Jemari Yoona mengetuk-ngetuk meja dengan sebal. Nafasnya mengendus berat terlalu sulit di kontrol. Matanya menatap tajam wanita itu yang masih saja membalas tatapannya seakan tak bersalah.

“Lagi pula Oppa sudah bosan denganmu. Jadi aku tidak sepenuhnya bersalah.“

Seperti kilat Yoona bangkit dari duduknya lalu menyirami wanita itu dengan semangkuk es yang sudah mencair. Wanita itu langsung meneriakinya.

“Perlu aku sumpel mulutmu dengan es yang masih beku?“ Bentak Yoona. Sungguh, airmatanya sedang membrontak turun.

“Ada apa ini? Astaga! Sayang, kenapa kau basah seperti ini?“

Sayang? Mata Yoona bergetar. Dae Ho yang baru sadar dari tidur sejenaknya mendapatkan pakaian wanita itu basah. Dilihatnya wanita itu yang tengah menatap ke arah Yoona dengan tatapan mengutuk. Seakan mengerti itu. Dae Ho yang masih mabuk berat melangkah mendekati Yoona.

“Kau apakan kekasihku hah!“ Yoona mendadak lesu.

“Jawab aku!“ Mencengkram kerah baju Yoona dengan kasar.

Yoona hanya diam mengamati wajah itu dengan penuh kekecewaan. “Kenapa kau diam saja? Kubilang jawab pertanyaanku!“

Dae Ho hendak menamparnya. Saking takutnya Yoona langsung menutup matanya. Brukk! Dae Ho malah mendadak tersungkur ke lantai. Yoona melotot melihat tubuh Dae Ho yang ambruk begitu saja.

“Kau baik-baik saja?“ Sehun? Sejak kapan Sehun disini? Pikir Yoona. Tunggu dulu! Jangan bilang kalau Sehun yang telah membuat Dae Ho tersungkur seperti itu?

“Aish! Bangsat! Kenapa kau memukulku!“ Dae Ho bangkit dengan susah payah.

“Ayo pergi.“

Sehun menggenggam erat tangan Yoona lalu menariknya dari sana.

“Jangan bawa wanita itu! Aku harus beri pelajaran dulu padanya karena telah menyakiti kekasihku!“

Teriakan Dae Ho membuat tangan Yoona bergetar dalam genggaman Sehun. Kesal bukan main dengan itu. Sehun melepaskan genggamannya sejenak. Melangkah balik menuju Dae Ho lalu seperti kilat kembali membungkam mulut itu dengan tinjunya. Saking kuatnya Dae Ho langsung tak sadarkan diri. Ia kembali menghampiri Yoona yang mematung melihat aksinya. Tanpa mengatakan apapun Sehun kembali menggenggam erat tangan Yoona dan segera menarik sahabatnya itu dari sana.

--

Ia terlihat serius menyetir, walau tetap saja sesekali melirik Yoona yang tengah duduk termenung disampingnya. Haha sudah lebih dulu pulang dengan taksi, sebagaimana yang Sehun perintahkan tadinya. Sebelumnya Sehun sudah menghubungi Ibu Yoona dan mengabarkan bahwa Yoona sudah bersamanya. Sedikit berbohong agar dirinya tidak perlu mengantar Yoona pulang malam ini. Syukur Ibu Yoona sangat mempercayai Sehun mengenai putri nakalnya itu.

Tidak dulu membawa Yoona kembali ke apartemennya melainkan ke pinggiran Sungai Han. Sehun memarkirkan mobilnya tidak jauh dari taman. Ia turun dari mobil lalu membuka pintu mobil disebelah Yoona. Sedikit memaksa Yoona hingga wanita itu mau keluar dari mobilnya. Yoona yang tak bersemangat—masih berkabung akan nasib sialnya—hanya mengikuti langkah Sehun, yang mencoba menuntunnya untuk berjalan-jalan di tepi Sungai Han.

Sekilas mereka terlihat sama. Sama-sama tengah bergelut dengan amarah yang tertahan. Jika Yoona marah dikarenakan fakta menyedihkan itu, sedangkan Sehun dikarenakan belum merasa puas dengan tinjunya di wajah Dae Ho. Di malam selarut itu dengan udara musim dingin yang tak bersahabat, pantas saja disana terlihat sepi. Sehun sedikit merasa bersyukur karena menemukan warung tenda yang masih buka disana. Paling tidak bisa menghangatkan tubuh sejenak. Dilihatnya Yoona yang masih merenung tanpa memperhatikan langkahnya. Ditegur juga percuma. Maka itu Sehun langsung menariknya menuju warung yang sangat sepi itu.

Sama-sama tidak selera untuk menyantap apapun. Hanya meneguk soju dan terus meneguk. Yoona masih saja tampak murung, meski begitu tangannya terus menuang soju ke gelasnya. Sesekali menyeruput langsung dari bibir botol. Tentu ada perasaan asing ketika melihat seorang direktur seperti Sehun memilih memasuki sebuah warung tenda. Bukannya memilih sebuah restauran yang letaknya tak jauh dari sana. Tapi memang itu yang sering mereka lakukan dikala sedang gundah. Warung tenda selalu menjadi pilihan mereka.

-

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel