Bab 6
“Huh.. Aku bosan sekali.“
Haha baru saja masuk ke dalam ruangan Sehun. Dilihatnya Sehun yang tengah serius di meja kerjanya.
“Tuan, kau tidak bosan?“ Tegurnya.
“Hyung. Jangan ganggu aku.“
Sehun sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari berkas di tangannya.
“Aku nonton TV saja.“
“Aish.. Kenapa tidak ada yang seru?“
Gumamnya tak menghiraukan lirikan laser dari Sehun yang merasa terganggu.
“Oo?“ Sebuah berita membuatnya fokus pada tontonan itu. “Yang benar saja!“ Teriaknya setelah itu.
“Hyung! Jangan berisik!“ Bentak Sehun geram.
“Kau dengar itu? 2NE1 Bubar! Bubar!“ Mengerang berlebihan.
“Oh Yang Hyun Suk.. Kenapa kau tidak mempertahankan mereka?!! Merekalah satu-satunya Girlband yang kusuka!!!“
“Bukankah itu berita lama?”
“Begitukah?”
“Kau benar-benar tidak tahu apa-apa, hyung?”
“Mungkin aku lupa. Tapi, oho.. Tuan. Kenapa kau bisa mengetahuinya dari padaku? Kau suka girlgrup juga ya?”
Godanya dengan cengiran menggelikan di wajahnya. Sehun melirik kearahnya sejenak. Memperlihatkan ekpresi tak tertarik di wajahnya lalu lanjut bekerja.
“Beritanya ada disemua media cetak yang kubaca.”
Sesaat ia tersadar. Tak ada Yoona disana. Pandangannya langsung mengarah ke sopirnya—yang masih meratapi kesedihannya di hadapan televisi.
“Hyung, dimana Yoona?“
“Menemui mantan.“ Sehun mendengus. Entah mengapa, ia merasa tak senang mendengar itu.
--
Meja kerjanya terlihat sangat berantakan. Berbagai dokumen memenuhi mejanya. Cangkir kosong bekas kopi juga berbaris disana. Bersamaan dengan ponsel dan jam tangannya yang sudah terletak asal di atas meja kerjanya. Jarum jam menunjukkan pukul 9 malam. Karyawannya juga sudah pada bersiap untuk pulang. Hanya saja masih terlalu takut untuk mendahuluinya keluar dari perusahaan itu. Seperti biasa, mereka mencoba mengusiknya agar mendapatkan izin untuk pulang.
“Tidak perlu menggangguku. Pulang saja.“
Sungut Sehun sebelum sekretarisnya mengeluarkan suara. Karyawannya yang mendengar perkataannya langsung berlarian membebaskan diri. Setelah itu suasana pun menjadi senyap, Sebagaimana yang Sehun inginkan. Tidak. Sebuah suara kini mendadak mengganggunya.
“Oh tidak! Aku tidak bisa terima itu! Wanna One tidak boleh Bubar!“
Sehun mencari arah suara itu. Matanya berhenti pada sofa yang ada diujung ruang kerjanya. Ya, Haha masih berselonjor malas di sofa. Serius dengan ponselnya yang tengah memperlihatkan artikel mengenai berita terbaru dunia KPOP. Mencoba untuk tidak menghiraukan sopir anehnya itu, Sehun lanjut mengerjakan sisa pekerjaannya.
“Astaga!“ Teriak Haha lagi. Sukses membuat tandatangan Sehun berubah menjadi coretan panjang.
“Aish, hyung!“ Bentaknya kuat.
“Tuan! Bukankah malam ini kau berjanji untuk membawa Yoona pulang?“
Mata Sehun mendelik kaget. Ia lupa akan hal itu.
“Bagaimana ini? Bahkan kopernya belum diambil.“ Haha melangkah gelisah mendekatinya.
“Hubungi Yoona. Suruh dia kesini. Jika perlu kita jemput dia.“
Bergerak cepat menyusun dokumen di mejanya. Meraih ponsel dan jam tangannya seperti kilat. Dengan terburu-buru melangkah keluar dari ruangannya diikuti Haha yang sedang berusaha menghubungi wanita itu. Tapi tak kunjung mendapat jawaban.
“Tuan, tidak di angkat.“ Kata Haha yang tengah berusaha menyamakan langkah lebar Sehun.
“Dia selalu menyusahkanku.” Erang Sehun dalam hati.
“Kalau begitu kita jemput paksa saja. “
--
“Tidak menginap disini saja?“ Tanya Dae Ho memasang mata sedih ala kucing. Yoona tersenyum manis padanya.
“Aku harus pulang, Oppa.“
“Jadi kau benar-benar tidak merindukanku?“ Suaranya terdengar memelas.
“Bukan begitu. Aku harus pulang karena ibuku sudah menungguku.“
“Jangan lupa minum obat. Jangan telat makan. Istirahatlah yang banyak.“
Dae Ho mengangguk imut, senang melihat perhatiannya.
“Jadwal manggung Oppa masih lama kan?“ Lelaki itu kembali mengangguk mengiyakan.
“Gunakan sisa waktu ini untuk istirahat.“ Yoona bangkit dari sudut kasur. “Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan menghubungi Oppa jika sudah sampai dirumah.“
Kaki jenjangnya melangkah cepat menuju pintu keluar. Memakai sepatu ketsnya terburu-buru. Dibukanya pintu itu dan siap berlari. Ia malah terlompat kaget. Sehun sudah berdiri di depan pintu. Dilihatnya raut penuh amarah di wajah Sehun. Membuat Yoona bungkam tak berani bersuara.
“Pulang sekarang.“ Ujar Sehun lembut. Tepatnya tengah menahan berbagai kata yang nyaris disemburnya. Dengan rasa bersalah Yoona mengikuti langkah Sehun.
Berdiri di dalam lift dalam keadaan seperti itu membuat Yoona merasa resah. Mereka saling diam, dengan raut wajah Sehun yang semakin memperjelas isi hatinya. Ia tahu itu, Sehun tidak menyukai Dae Ho dan sahabatnya itu sering melarangnya untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Tapi Yoona yang sudah terlajur cinta tetap saja melakukan kemauan hatinya.
Sehun tidak pernah mengatakan alasan ia tidak menyukai Dae Ho. Disetiap Yoona menanyakannya, ia langsung bungkam tak berniat menjawab. Diliriknya wajah Sehun. Tak lagi terlihat marah, tapi lebih terlihat lelah. Membuat Yoona merasa kasihan melihatnya. Sehun mencintai pekerjaannya, bahkan lebih mencintai pekerjaannya dari pada tubuhnya sendiri. Hal itu lah yang membuat Yoona selalu mengkhawatirkannya.
“Kau sudah makan?“ Tanya Yoona yang sudah melupakan kesalahannya.
“Aktifkan ponselmu.“ ujar Sehun tak berniat menoleh.
“Habis baterai.“ Dilihatnya Sehun yang memejamkan matanya sejenak berusaha meredam emosi.
“Kau lihat ini?“ Ditunjuknya layar ponsel miliknya. Seseorang tengah meneleponnya.
“Eomma?“ Pintu lift terbuka. Mereka melangkah keluar dari sana.
“Ini merupakan panggilan ke 20 darinya.“ Menatap Yoona frustasi.
“Tidak masalah. Bukankah saat ini kita mau pulang?“
Jawabnya santai seraya mengikuti langkah lelaki itu menuju mobil di parkiran depan.
“Bagaimana dengan kopermu? Kau mau pulang dengan pakaian ini?!“ Suaranya meninggi tak senang melihat sikap santai Yoona.
“Astaga! Koperku!“
Dan Yoona baru mengingat itu. Diliriknya Sehun yang tengah terbakar amarah.
“Cepat hubungi temanmu itu!“
Yoona buru-buru meraih ponselnya. “Aish!“ Keduanya sama-sama berdecak kesal melihat layar ponsel Yoona yang padam.
“Bagaimana ini?“
Mata bulatnya menatap Sehun penuh penyesalan. Untuk kesekian kalinya Sehun mendengus diikuti erangan kesalnya.
“Mau gimana lagi. Pulang saja.“ Mencoba santai dan lanjut melangkah. Yoona segera berlari menghadangnya.
“Yak! Kau kan tahu bagaimana seramnya Eomma! Aku tidak mau pulang!“
Tangan Sehun menjitak kepalanya. “Jika kau tidak mau pulang. Aku saja yang kesana.“ Mendorong Yoona kesamping dan kembali melangkah.
“Hoh! Kenapa kau mau kerumahku?“ Berlari kecil mengikuti langkah cepat Sehun.
“Ibumu membuatkan makanan untukku.“
Mereka tiba di halaman depan apartemen. Menghampiri mobil Sehun yang masih terparkir disana. Kosong. Mobil itu kosong, tidak ada Haha disana.
“Dia masih saja menyayangimu. Bahkan lebih menyayangimu daripadaku.“
Mengacak pinggang dan enggan melihat Sehun. Yang tengah menghubungi Haha dengan lirikkan tajamnya menuju wajah masam Yoona.
“Hyung, kau dimana? Kami sudah di parkiran.“ Tanya Sehun ke sambungan telepon. “Baiklah.“
“Apa sih yang kau lakukan hingga membuat ibuku mati-matian menjagamu? Aku benar-benar kesal jika memikirkannya.“
Dan Yoona masih saja membahas kasih sayang yang tak adil itu.
“Sebenarnya anaknya itu aku apa kau? Dia memperlakukanmu seakan kau itu anak kandungnya.“
Tidak menghiraukan kicauannya, Sehun mencoba bersantai bersandar pada mobil sembari menunggu Haha kembali dari toilet. Sebagaimana yang sopirnya katakan tadinya.
Pada saat itu mata Sehun melihat seseorang yang tengah melangkah terburu-buru menuju sebuah mobil yang baru saja tiba di halaman depan apartemen. Dalam gelap dapat Sehun lihat bentuk tubuh orang tersebut, Yang tentu saja seorang lelaki. Tunggu! Itu Dae Ho!
“Aku akan protes besar-besaran jika Eomma masih—Mmmhpp!!!“
Sehun membungkam mulut Yoona dengan tangannya. Ditariknya Yoona agar segera mengikutinya untuk bersembunyi di belakang mobil.
“Aarrggh!“
Yoona menggigit tangannya hingga membuat Sehun reflek berteriak. Diliriknya Dae Ho yang masih berada disana. Syukur Dae Ho tidak mendengar teriakannya.
“Apa-apaan sih kau ini? Kenapa kau—“
“Diam dulu.“ Sela Sehun cepat. Diputarnya kepala Yoona agar berhenti menatapnya.
“Itu, kekasihmu ada disana.“ Bisiknya seraya menunjuk ke arah Dae Ho.
Tentu Yoona terdiam melihat itu. Dilihatnya seorang wanita keluar dari mobil. Menyambut kedatangan Dae Ho bahkan memeluk Dae Ho hingga mencium mesra lelaki itu. Api ditubuh Yoona membara.
“Tuan! Maafkan aku. Aku—Mmmhpp!!“ Kali ini Yoona yang menyekap mulut Haha.
“Jangan berisik, cepat buka pintunya!“ Bisik Yoona penuh penekanan.
-
-
-
-
Continued..
