Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Yoona berselonjor di kursi penumpang bagian belakang. Sedangkan Sehun duduk disamping Haha yang tengah serius menyetir. Kedua lelaki itu tak henti-hentinya melirik Yoona yang masih saja bungkam. Ingin bertanya, tapi takut disembur dengan kicauan pedas wanita itu.

Haha tengah berusaha berbicara pada Sehun. Entah dikarenakan keadaan yang mendadak mencekam, Haha sampai takut mengeluarkan suara. Ia menyenggol lengan Sehun agar tuannya itu melihat kearahnya. Lalu mulutnya mulai bergerak tanpa suara.

“Apa?“

“Kau bilang apa? Aku tidak bisa dengar.“

Sehun tak berniat mengecilkan suaranya. Membuat Haha berdecak kesal padanya.

“Dia.. Kita antar kerumahnya?“ bisik Haha sedikit mencondongkan wajahnya ke Sehun.

“Aku tidak mau pulang!“

Teriak Yoona dibelakang mereka. Dengan ribuan macam amarah yang masih membara, tergambar jelas di wajahnya. Ia membanting tubuhnya dengan kesal diikuti erangannya.

“Ke apartemenku saja.“ Ujar Sehun yang enggan melihat tingkah sahabatnya itu.

“Baiklah.“

Sahut Haha sembari melirik Yoona dari spion tengah. Pada saat itu Sehun teringat akan sesuatu. Ia tidak melihat keberadaan koper Yoona.

“Dimana kopermu? Tidak tinggal di rumah Dae Ho Hyung kan?“ Mengingat Yoona baru saja kembali dari Jepang.

“Masih di Jepang. Besok temanku yang akan bawa. Tadinya aku terlalu bersemangat hingga melupakan koperku.“

“Arrrgh!“ Yoona menggelepar kesal karena kerja kerasnya menjadi percuma.

--

Sehun melangkah menuntun wanita itu menuju apartemennya. Tangannya memegang tas tenteng milik Yoona, juga sepatu kets sahabatnya itu. Yoona memilih tak menggunakan alas kaki saking bad moodnya. Hanya langkah kaki mereka yang terdengar, tak satupun dari mereka yang mengeluarkan suara. Yoona masih sangat terpukul dan Sehun sangat mengerti itu.

Lift yang tak terlalu sempit itu terasa sangat senyap. Pantulan tubuh mereka terlihat disetiap dinding lift yang terbuat dari kaca. Terlihatlah kekacauan Yoona dan raut lelah Sehun disana. Pantaslah jika mereka memilih untuk diam.

Mereka masuk kedalam apartemen Sehun yang tak terlalu luas, dan tak semewah yang orang-orang bayangkan. Sehun sudah lebih dulu meletakkan sepatu Yoona di rak sepatunya, lalu melempar asal tas wanita itu di atas sofa. Di samping Yoona yang kini sudah berbaring malas di atas sofa. Merasa sangat gerah karena sudah bekerja seharian, Sehun melangkah masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Yoona yang masih belum bisa menerima kenyataan pahit itu.

Dalam sepi Yoona mencoba memeriksa keadaan ponselnya. Rengutan di wajahnya terlihat semakin jelas.

“Kenapa dia tidak menghubungiku?!”

Menggigit bibir bawahnya dengan geram. Berpikir Dae Ho akan menghubunginya dan memelas maaf padanya. Namun ternyata tidak.

"Jadi dia benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini?! Oke!"

Bibirnya bergetar dengan amarahnya yang memuncak.

"Arrrghhhhh!!!!!"

Teriaknya sekuat yang ia bisa.

Didalam toilet, Sehun dapat mendengarkan teriakkan itu dan tak berniat untuk menghiraukannya. Sehun tahu betul seperti apa sahabatnya itu.

Sehun berbaring sejenak di kasur empuk miliknya. Memeriksa email masuk dari tablet miliknya.

Suara erangan Yoona tak lagi terdengar. Tapi digantikan dengan suara kericuhan yang sepertinya berasal dari dapur. Entah apa yang wanita itu lakukan disana. Sehun letak asal tabletnya di atas kasur lalu melangkah penuh tanya menghampiri Yoona. Tampaklah olehnya Yoona yang tengah memeriksa isi kulkas.

“Hanya memeriksa isi kulkas haruskah seberisik itu?” Sehun memijit keningnya dengan geram.

“Kau sedang apa? Berisik sekali.“ tegur Sehun seraya terus melangkah mendekatinya.

“Kenapa hanya ada bir? Kau tidak punya stok makanan?“

Yoona mengintip dari pintu kulkas. Tak terlihat lagi raut sedih diwajahnya. Ya, seperti itulah Yoona yang Sehun kenal.

“Kenapa? Kau lapar?“

Sehun bersandar pada meja di samping Yoona. Wanita itu mengangguk menatap Sehun dengan mata bulatnya.

Sehun pejamkan matanya sejenak mencoba bersabar. Ia sudah sangat kelelahan dan ingin segera tidur, tapi Yoona mengacaukan waktu istirahatnya.

“Ramyeon juga tidak masalah.“ tambah wanita itu dengan manja. Sehun menghela nafasnya dengan berat.

“Baiklah.“

“Kau mau kemana?“ dilihatnya Sehun melangkah pergi menuju pintu keluar.

“Mini market.“

“Aa.. Mandilah. Kau bau sekali. Pakai saja pakaianku.“

Ujarnya sebelum menutup pintu apartemennya. Yoona ingin memakinya karena telah dikatai bau. Ia hirup aroma tubuhnya sejenak, ternyata benar. Tapi tetap saja, Yoona sama sekali tak melakukannya. Ia malah berselonjor malas di sofa seraya mengamati layar ponselnya. Masih berharap mendapatkan pesan masuk dari Dae Ho.

--

Hanya dengan menggunakan celana tidur panjang dan jaket hitam polos tak membuat ketampanannya menghilang. Pagi hari yang masih sangat gelap. Seorang Sehun pergi ke mini market hanya untuk membeli sebungkus ramyeon.

Karyawan mini market yang melihat kedatangan Sehun tersenyum ramah padanya. Hal biasa untuknya melayani Sehun pada jam segitu. Ketika yang dilihatnya hanya sebungkus ramen, karyawan itu mengernyit penuh tanya.

“Hanya ramyeon?“

“Ya.“

“Saya mengira anda akan membeli selusin bir lagi. Hehe.“

“Masih banyak didalam kulkas.“

“Ini belanjaanya. Terimakasih.. Silahkan datang kembali.“

Ia kembali ke apartemen. Syukurnya letak mini market tersebut tepat disamping gedung apartemennya.

Baru saja hendak membuka mulut mengenai kembalinya dirinya, dilihatnya Yoona yang sudah tertidur di sofa di hadapan televisinya. Sehun hanya bisa mendengus pasrah.

Diletakkannya plastik kresek yang berisikan sebungkus ramyeon ke atas sofa. Lalu tanpa berpikir tangan kekarnya sudah menggendong tubuh Yoona. Langkah santainya membawa tubuh itu menuju kamarnya. Membaringkan tubuh Yoona di atas kasur empuk miliknya. Satu-satunya kasur di apartemennya. Hendak menyelimuti wanita itu, tapi gerakkannya terhenti ketika dilihatnya telapak kaki Yoona yang kotor akibat tak menggunakan sepatu tadinya.

Ia raih tisu basah dari toilet lalu segera membersihkan telapak kaki Yoona. Dalam hatinya merasa prihatin sekaligus kesal. Ia prihatin karena Yoona telah diselingkuhi Dae Ho yang ia ketahui sangat dicintai sahabatnya itu. Tapi disamping itu ia juga kesal karena Yoona selalu menyusahkannya.

Menelan baik-baik kekesalannya itu. Tangannya menyibak selimut dengan geram.

Sebelum keluar dari kamar itu Sehun sudah lebih dulu mengambil selimut dari dalam lemari. Malam itu ia terpaksa tidur di sofa. Karena rasa kantuk yang luar biasa, Ia tertidur dengan cepat. Tanpa memikirkan tisu kotor yang terletak di lantai begitu saja.

--

“Oppa! Jangan diganti!“

“Hah, apa enaknya drama ini. Aku mau nonton bola!”

“Oppa! Kubilang jangan ganti ya jangan!!!“

“Kau ini. Ada apa sih denganmu? Kenapa harus berteriak seperti ini!“

“Aku mau lihat Jung Hyun,“ suara Yoona yang sangar mendadak melemah. “Untuk yang terakhir kalinya.“ kini diikuti mimik wajah sedihnya.

“Untuk terakhir kali apanya?!“

“Dia keluar dari drama karena sakit. Ini episode terakhir dia di drama ini.“

“Dia hanya sakit. Bukan mati. Sudah, nonton bola saja!“

“Hyung, kita berangkat sekarang.“ tegur Sehun yang baru saja keluar dari kamarnya lengkap dengan setelan jasnya seperti biasa.

“Oke!“ Haha sudah berlari kecil mengejar Sehun yang tengah melangkah menuju pintu keluar.

“Tunggu!“ Yoona kembali berteriak. Membuat Sehun dan sopirnya itu berhenti pada posisi mereka.

“Aku ikut.“

“Yang benar saja. Tidak bisa. Kau disini saja.“ tolak Sehun dan kembali melangkah.

“Aku mau ikut..“ memeluk lengan kekar Sehun dengan manja.

“Kau mau ke kantor dengan pakaian seperti itu?“ tegur Haha seraya mengamati pakaian Sehun yang menyelimuti tubuh Yoona.

“Memangnya kenapa? Aku suka pakai pakaian Sehun!“

“Iya iya baiklah. Asal kau berjanji tak membuat ulah disana.“ terlalu melelahkan mendengar suara melengkingnya.

“Yes sir!“ jawab Yoona berusaha terlihat imut walau gagal total. Bersama melangkah keluar dari sana.

-

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel