Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Haha menurunkan Sehun didepan sebuah gedung apartemen yang setelah itu sudah ditinggal jauh oleh Sehun. Seperti yang telah Sehun katakan sebelum dirinya turun, Haha memilih memarkirkan mobil di parkiran depan agar nantinya bisa segera berangkat ketika Sehun kembali. Sedangkan Sehun, kini ia tengah berlari sekencang yang ia bisa. Berusaha secepat mungkin sebelum Dae Ho tiba disana.

Berdiri gelisah didalam lift. Menatap layar ponselnya yang sedang memperlihatkan nomor sahabatnya. Tapi tak sekalipun diangkat Wanita itu. Pintu lift terbuka dan Sehun kembali berlari keluar dari sana. Bahkan sampai menubruk orang yang hendak masuk kedalam lift tanpa sempat meminta maaf.

Dapat ia lihat dari kejauhan, sebuah pintu yang berada di ujung koridor. Ya, itu pintu apartemen Dae Ho.

Ia menekan bel berkali-kali. Sedangkan tangannya yang lainnya masih terus menghubungi nomor Yoona. Dapat ia dengar itu, kerusuhan yang berbisik dari balik pintu besi dihadapannya. Wanita itu pasti tengah kerepotan menyiapkan pesta kejutan.

Bebunyian yang tadinya terus terdengar mendadak senyap. Yang terdengar hanya suara bel yang Sehun tekan. Matanya kini menatap fokus ke gagang pintu. Benar seperti yang ia duga, gagang pintu bergerak pelan dan pintu terdorong kedepan, membuatnya melangkah mundur lalu bergerak kesamping.

“Tadaaaaa...“

Sorak Yoona yang siap meniup terompetnya. Tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah datar. Yoona mendelik kesal melihat keberadaan Sehun disana.

“Hah. Apa ini kau, Im Yoona?“

Tak habis pikir melihat kondisi sahabatnya itu. Rambut Yoona di kepang dua, lalu memakai atribut pesta ulang tahun lengkap dengan topi, topeng dan terompetnya. Yang lebih pantas wanita itu berikan ke bocah ingusan.

Dibalik tubuh Wanita itu, dapat Hajoon lihat sekumpulan balon warna warni yang memenuhi dinding rumah. Yoona pasti sudah sangat kelelahan.

“Kenapa kau kesini? Pergilah.. Oppa akan segera datang. Aku tidak mau kau merusak pestanya.“

Tapi Sehun malah mencengkram tangannya.

“Kita pergi sekarang.“

“Aa, sepatu dan tasmu. Cepat ambil.“

Yoona masih berdiri diambang pintu dengan tatapan penuh tanya.

“Cepat ambil—“

“Kau ini apaan sih! Aku kan menyuruh kau pergi! Kenapa kau malah mengajakku juga? Kau kan tahu aku mau—“

Tidak lagi mendengarnya. Sehun sudah masuk ke dalam apartemen itu. Kakinya bergerak lincah mencari tas Yoona. Setelah mendapatkannya, ia kembali keluar dan tak lupa menyambar sepasang sepatu kets milik Yoona.

Ia tarik tangan Yoona dengan kuat hingga membuat wanita itu terpaksa melangkah mengikutinya.

“Yak Oh Sehun! Apa yang sedang kau lakukan?!!“

“Dengarkan saja kata-kataku.“

Sehun terus menyeretnya hingga mereka berdiri di depan lift.

“Lepaskan tanganku! Kau ini kenapa sih? Aku harus kembali—“

“Tidak, kau harus ikut denganku.“

Sehun fokus melihat pintu lift. Masih mencengkram tangan Yoona. Sedangkan tangannya yang satu lagi memegang tas dan juga sepatu Wanita itu.

“Kau gila ya? Aku harus kembali untuk—“

“Tuan!“ Teriak Haha yang baru saja keluar dari pintu menuju tangga darurat.

“Ayo lewat sini!“

Kini malah Haha yang menarik mereka berdua untuk segera masuk melalui pintu darurat tempat dimana tadinya dia muncul.

“Kenapa? Ada apa?“

Sehun merelakan tubuhnya yang didorong Haha. Sedangkan Yoona hanya diam kebingungan. Tepat ketika Haha menutup pintu darurat, terdengarlah suara pintu lift terbuka. Haha langsung memberi isyarat kepada mereka untuk diam. Disana pun mendadak senyap, yang terdengar hanya sisa helaa nafas mereka.

“Seharusnya tadi aku membelikanmu hadiah. Maaf, aku benar-benar lupa.“ suara itu terdengar dari arah pintu darurat yang ada disamping mereka.

“Kau bisa berikan hadiahnya nanti.“

Dugg!

Yoona mengenal suara itu. Sehun dan Haha langsung menatapnya secara bersamaan. Dilihatnya Yoona yang hendak membuka pintu itu, tapi Sehun menahannya. Ditatapnya wajah Sehun yang terlihat tengah mencemasinya.

“Aku harus melihatnya langsung.“ Sehun semakin mencengkram tangannya.

“Kumohon, lepaskan aku. Apapun itu aku akan siap menerimanya.“

“Sehun-a, Kumohon.“

Suara Yoona terdengar bergetar, membuat Sehun reflek melepaskan cengkraman tangannya.

Yoona langsung menarik pintu, melangkah dengan yakin menuju pintu apartemen sang kekasih. Masih disana, Sehun mencoba menahan diri untuk tidak mengikutinya. Bersama Haha, mereka memilih duduk di tangga.

--

Mereka masih duduk di sana. Di anak tangga yang bersih seakan tak pernah tersentuh. Melihat Sehun yang ikut duduk bersama sopirnya, membuat aura seorang direktur di dalam dirinya hilang sesaat.

Sudah 10 menit sejak kepergian Yoona. Mereka tidak bisa menebak akan menunggu berapa lama lagi. Saat ini sudah sangat larut, bahkan mungkin sudah pagi, hanya saja masih dengan langitnya yang gelap.

“Tuan, kau tidak lelah? Mau tunggu di mobil saja?“ tegur Haha yang tengah bersandar pada dinding.

“Aku baik-baik saja.“ Sehun menunduk ke tangannya yang terkulai diantara kedua pahanya.

“Hyung, bagaimana kabar anakmu? Bukankah dia sudah akan masuk sekolah?“ Tanya Sehun tanpa menoleh.

“Hmm, bulan depan dia mulai masuk sekolah.“ Membuat Haha mendadak bersemangat dan langsung membayangkan wajah anaknya.

“Sekolah mana yang menjadi pilihanmu?“ Masih menunduk.

“Sekolah biasa. Dekat dengan rumahku.“

“Kenapa begitu? Kau bisa saja memasukkannnya ke sekolah terbaik disini. Aku akan membantumu—“

“Bukan masalah uang. Aku hanya ingin anakku menjalani hidup yang sederhana. Jadi nantinya ketika ia sudah dewasa ia tidak akan terkejut lagi apabila sesuatu menimpanya.“

Ia tahu itu. Sehun memang tipe Lelaki penyayang. Yang selalu mencoba membantu banyak orang. Bahkan hampir dari keseluruhan kekayaan yang Haha dapatkan merupakan dari Sehun.

Benar bahwa Haha sudah bekerja dengan Sehun selama 10 tahun lamanya. Bahkan sebelum Sehun menjadi seorang direktur yang ditakutkan kini. Jika menghitung berapa banyak gaji seorang sopir, tentu tidak akan sebanyak yang ia dapatkan. Itu karena Sehun selalu memberikannya lebih.

Brukk!

Suara pintu terbanting mengagetkan mereka. Keduanya langsung bangkit dan mendapatkan Yoona disana. Bersandar pada pintu yang baru saja Wanita itu banting. Wajah Yoona terlihat bringas dengan air mata yang terus mengalir di wajah manisnya. Kedua tangannya mengepal erat dengan sedikit bercak darah yang menodai jemarinya. Tentu Sehun melotot melihat keberadaan darah itu.

“Apa yang terjadi? Kenapa tanganmu—“

“Kita pergi sekarang.“ kata Yoona melangkah menuruni tangga.

“Aa..“ Langkahnya terhenti. Kini balik menaiki tangga, Membuka pintu yang tadinya ia banting.

“Untuk apa kita menggunakan tangga jika ada lift.“

Sehun dan Haha saling menatap sesaat. Sebelum akhirnya keduanya tersentak dan segera menghapiri Yoona yang sudah berdiri di hadapan lift.

Yoona berselonjor di kursi penumpang bagian belakang. Sedangkan Sehun duduk disamping Haha yang tengah serius menyetir. Kedua lelaki itu tak henti-hentinya melirik Yoona yang masih saja bungkam. Ingin bertanya, tapi takut disembur dengan kicauan pedas wanita itu.

Haha tengah berusaha berbicara pada Sehun. Entah dikarenakan keadaan yang mendadak mencekam, Haha sampai takut mengeluarkan suara. Ia menyenggol lengan Sehun agar tuannya itu melihat kearahnya. Lalu mulutnya mulai bergerak tanpa suara.

“Apa?“

“Kau bilang apa? Aku tidak bisa dengar.“

Sehun tak berniat mengecilkan suaranya. Membuat Haha berdecak kesal padanya.

“Dia.. Kita antar kerumahnya?“ bisik Haha sedikit mencondongkan wajahnya ke Sehun.

“Aku tidak mau pulang!“

Teriak Yoona dibelakang mereka. Dengan ribuan macam amarah yang masih membara dan tergambar jelas di wajahnya. Ia membanting tubuhnya dengan kesal diikuti erangannya.

“Ke apartemenku saja.“ Ujar Sehun yang sudah sangat kelelahan dan tak ingin mendengar kicauan sahabatnya itu.

“Baiklah.“

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel