Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12

“Annyeonghaseyo omoni!“ Sapanya semangat 45.

“Yoona-a!“ Sahut ibu Sehun dengan suaranya yang lembut.

“Omoni, putramu membutuhkan pakaian untuk pergi ke pesta bersamaku.“

“Pesta? Pesta seperti apa? Semewah apa? Baiklah, akan aku siapkan. Akanku siapkan juga untukmu. Harusku kirim kemana? Kerumahmu? Baiklah. Pakaiannya akan segera datang! Tunggu ya!“

Senyumnya pun mengembang mendengar reaksi ibu Sehun diseberang sana. Ibu Sehun memang ratunya fashion. Dia tidak akan tinggal diam mengenai pakaian yang putra dan suaminya kenakan. Semua yang mereka gunakan harus melalui seleksinya. Bahkan semua baju yang ada dilemari Sehun merupakan pemberian ibunya.

“Wuahaha! Ibumu memang sangat luar biasa!“

Disampingnya, Sehun dan ibunya hanya menggeleng tak habis pikir melihat tingkahnya. “Eomma, makeup kan aku ya.“

“Cih, Eomma sudah bisa menebak.“

“Bagaimana bisa wanita seumuranmu tak bisa memakai makeup? Eomma jadi heran, kenapa kau memiliki banyak mantan. Apa sih yang mereka lihat darimu.“

“Eomma! Aku ini anakmu. Kau pikir pantas berkata seperti itu untukku?!!“

Sehun kembali tersenyum melihat pertengkaran ibu dan anak itu.

“Tidak perlu menggunakan makeup.“ Sela Sehun yang sudah melangkah menuju sebuah kamar—kamar Jae Hoon—yang selama ini ia gunakan jika berkunjung ke rumah itu.

“Aish kau ini. Mana mungkin aku pergi kesana tanpa makeup!“

Teriak Yoona agar Sehun dapat mendengar perkataannya. Tapi Sehun tak menyahutnya karena sudah masuk ke dalam kamar.

--

Yoona mengenakan jumpsuit berkain sutra berwarna hitam. Dilengkapi winter coat bercorak abstrak yang juga berwarna dasar hitam. Heelsnya hanya setinggi 5cm—karena Yoona memang selalu kesulitan menggunakan sepatu berhak. Dibantukan dengan polesan makeup dari ibunya. Yoona tampak berbeda. Tidak seperti penampilannya yang selama selalu tampil antah berantah.

Sama sepertinya. Sehun mengenakan kemeja dan celana berwarna hitam. Juga menggunakan winter coat berwarna hitam. Lengkap dengan sepatu hitamnya yang mengkilap. Rambutnya tersisir rapi hingga tak satupun poni menutupi keningnya. Memperlihatkan garis alisnya yang tegas.

“Ada apa dengan ibumu? Kenapa pakaian kita serba hitam seperti ini? Apa tadi dia salah dengar? Aku tidak bilang akan pergi melayat kan?” ujar Yoona merasa tak terlalu senang dengan pakaian yang sedang ia kenakan.

“Kau pakai heel kan? Jangan sampai terjatuh.” Sehun mengingatkan. Tak henti-hentinya mengatakan itu sambil terus fokus menyetir.

“Hanya 7cm.”

“Dulunya bahkan 4cm.“

“Lagi pula jika aku terjatuh kan ada kau!“ Sehun mengangguk pelan.

“Disana pasti banyak wanita-wanita genit. Berhati-hatilah.“

Mendengarnya membuat Sehun tertawa.

Mobil Sehun memasuki kawasan perumahan mewah. Hiruk pikuk pesta mulai terdengar. Ia parkirkan mobilnya di halaman parkir bersamaan dengan mobil-mobil lainnya. Dari dalam mobil dapat ia lihat seberapa ramai tamu undangan yang datang. Memperjelas raut tak nyaman di wajahnya. Berbeda dengannya, Yoona sudah tak sabar untuk turun dari mobil. Sebelum wanita itu bergerak turun, dengan cepat Sehun menahan pergelangan tangannya.

“Kau mau jatuh lebih awal?“

Tahannya yang dengan cepat keluar dari mobil. Dengan santai melangkah menuju pintu disebelah Yoona.

“Sekarang turunlah.“ Mengulurkan sebelah tangannya untuk Yoona yang langsung disambut oleh wanita itu.

Yoona mendadak gugup dan menyesal secara bersamaan. Seharusnya ia tidak menggunakan sepatu berhak. Seperti yang Sehun perintahnya tadinya.

“Pegangan saja padaku.“ Dan mulai menuntunnya melangkah melewati halaman depan rumah itu.

Sekumpulan wanita berpakaian ketat memenuhi halaman depan rumah—yang sepertinya teman sepermainan Eun Hwa—menurut Yoona. Jika ditanya siapa Eun Hwa? Junior Yoona sewaktu kuliah dulu. Seperti yang sudah Yoona katakan sebelumnya. Mereka tidak dekat dan lebih pantas disebut musuh. Tapi Eun Hwa yang menyukai Sehun selalu berusaha bersikap baik pada Yoona—walau tetap saja terlihat busuknya. Disamping itu Eun Hwa yang memiliki segudang kenalan lelaki tampan membuat Yoona harus bertahan dengan wanita jalang itu—sebutan dari Yoona ketika ia tengah marah akut pada wanita itu.

Tapi setelah melihat seperti apa penampilan Eun Hwa pada malam itu. Lumayan cocok dengan sebutan yang Yoona berikan padanya. Pakaian yang ia gunakan memang sangat khas. Memperlihatkan perut langsingnya yang berkulit gelap eksotik dengan pusarnya yang terpampang jelas. Yang tak lain yaitu crop blouse dengan pants berbahan kulit mengkilap yang membentuk kaki jenjangnya. Dan kini tengah melangkah menghampiri Yoona dan Sehun dengan dua botol bir ditangannya.

“Oppa..“ Sapanya yang tak sekalipun melihat kearah Yoona.

“Cih! Oppa? Dia bahkan tidak pernah memanggilku eonni.“

Yoona mencibirnya tak suka. Yoona lirik Sehun yang hanya tersenyum simpul tak menyahut. Pada saat itu Eun Hwa terlihat diam sambil mengamati sesuatu. Yoona ikuti arah pandangan matanya. Tangan Yoona masih merangkul lengan Sehun. Buru-buru Yoona langsung melepaskan rangkulannya.

“Sepertinya kalian semakin dekat ya?“

Canda Eun Hwa untuk mereka diikuti tawa tak senangnya.

“Tentu saja.“

Yoona tak berniat menyombongkan diri. Ia langsung mendapatkan lirikan tajam dari Eun Hwa.

“Bukankah kau mau bertemu dengan Dong Gun oppa? Tuh, dia ada di halaman belakang!“

Sehun langsung melirik Yoona yang sudah celingak-celinguk melihat keadaan disana.

“Aku pergi dulu.“ Ujarnya setelah itu.

Meninggalkan Sehun yang hanya bisa mendengus tak berdaya—karena tahu akan menjadi santapan Eun Hwa pada malam itu.

“Oppa, Ini untukmu.“ Dan Eun Hwa langsung beraksi begitu Yoona melangkah pergi dari sana.

Diberikannya Sehun sebotol bir yang tadinya ia bawa.

“Terimakasih.“

Masih mengamati tubuh Yoona yang tengah berlalu pergi. Setelah tubuh itu tak lagi terlihat, barulah ia menyesap minum itu yang terlihat seperti meneguk dengan geram.

--

Langkahnya terlihat ragu karena takut terjatuh. Hak 7cm miliknya begitu runcing membuatnya tak dapat mempercayakan berat badannya pada sepatunya. Rambutnya yang dibelah tengah beberapa kali terlepas dari balik telinganya. Itu dikarenakan ia terus menunduk guna mengamati heelsnya ketika melangkah. Dugg!

Yoona mendadak mematung di tempat.

Dilihatnya lelaki itu disana. Dibalik jendela besar, sedang menghadap cermin seraya menggunakan dasi. Yoona yang berada di halaman belakang langsung bersembunyi di balik tanaman hias yang berukuran besar. Sorot matanya sudah fokus pada tontonan itu. Dalam aksi sembunyi-sembunyinya, suara detak jantungnya ikut menemaninya. Lelaki itu adalah seniornya yang dari dulu hingga sekarang selalu takut untuk ia dekati. Namanya Park Dong Gun. Tampan dan sangat ramah. Tapi anehnya, Yoona tetap saja merasa takut bercampur malu jika berpapasan dengan seniornya itu.

Dari yang Yoona ketahui. Dong Gun dan Eun Hwa merupakan sepupuan. Itu juga yang menjadi alasannya tak bisa membenci Eun Hwa sepenuhnya. Pandangan mereka bertemu! Terlalu mendadak hingga membuat Yoona mengerjap kaget. Oh Tidak. Ia kehilangan keseimbangan. Brukk! Yoona terjatuh.

“Heels sialan! Kupastikan untuk tidak menggunakanmu lagi!”

Mengutuk sepatunya dengan geram.

“Aish.. Kakiku jadi sakit.”

Disentuhnya pergelangan kakinya.

Dan sekarang aku cidera? Oh God please.. Tidak untuk malam ini.

Ringisnya ketika merasakan nyeri pada pergelangan kakinya.

“Kau baik-baik saja?“ Dugg!

Suara itu seakan menyetrumnya. Aliran darahnya mendadak bergerak kelewat kencang. Dengan perasaan takut ia mendongakkan wajahnya untuk mencari asal suara itu. Dan di hadapannya lah kini Park Dong Gun berada. Berjongkok mengamati pergelangan kakinya. Yoona diam sesaat mengamati wajah tampan itu. Senang melihat raut cemas Dong Gun yang tentu tengah mencemasinya.

-

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel