Bab 10
Sehun tepis airmata yang mengalir di wajahnya. Tidak sadar telah larut dalam memori di masa lalu itu. Ia amati selimut yang menutupi tubuh Yoona. Hanya tangan wanita itu yang menyelip keluar dari selimut guna menggenggam tangannya. Dapat ia rasakan tangan Yoona yang terasa dingin. Ia tahu itu, rasa takut Yoona pada hujan tak main-main. Tak mungkin untuknya bergerak pergi. Sehun terpaksa tidur disana. Disamping Yoona. Ditariknya selimut yang dipakai Yoona hingga ikut menyelimuti tubuhnya. Tidur bersama di dibawah selimut yang sama dengan tangan yang saling bertaut erat.
--
Lengkap dengan jaket dan celana olahraga ponggolnya. Sehun berlari dengan kecepatan stabil di atas treadmill. Terlihat otot pahanya yang mengintip dari sela celananya. Wajah dinginnya yang berkeringat terlihat.. Sexy. Nafasnya terdengar memburu namun tetap beraturan. Seperti inilah cara Sehun mengisi hari liburnya yang singkat. Mengingat ia tidak memiliki waktu untuk berolahraga jika tidak memanfaat liburan sesaatnya itu. Lalu dimana Yoona?
Disampingnya. Selonjoran di atas sit up bench lengkap dengan sandwichnya. Tidak menghiraukan pandangan orang padanya. Juga tidak menghiraukan lirikan laser dari Sehun. Terus mengunyah, menikmati sarapannya dilengkapi dengan susu kotak yang sudah ia persiapkan. Kapan ia membeli semua itu? Ketika di perjalanan menuju tempat gym.
Sehun turun dari treadmill dengan deru nafasnya yang masih tertatur. Ia sama sekali tidak terlihat kelelahan. Dan lanjut pada alat lainnya. Duduk diatas chest prest machine dan mulai menggerakan tangannya untuk mendorong. Perlahan menaikkan tingkat kesulitan dengan menambah beban pada alat itu. Wajah tampan itu semakin berkeringat. Membuat Yoona yang tengah mengamatinya tak sadar menelan ludah. Ia terus mengikuti Sehun kemana pun lelaki itu pergi. Dilihatnya Sehun yang menghentikan aktifitasnya sejenak. Segera dilemparkannya sebuah handuk ke wajah itu.
“Sudah selesai?“ Ia mulai bosan menunggu.
“Kenapa?“
“Aku bosan.“
“Aku tidak ada menyuruhmu untuk menungguku.“ Melempar kembali handuk ke Yoona dan lanjut ke alat lainnya.
Ia duduk diatas leg press machine dengan kakinya yang menekuk kedepan. Telapak kakinya menempel pada alat yang siap ia dorong, sesuai dengan cara pakai alat tersebut. Pipinya sedikit menggembung ketika ia menghembuskan nafas. Sesekali mengigit geram bibir bawahnya, lumayan melelahkan. Disampingnya yang terus mengikutinya. Yoona kembali menelan ludah. Paras Sehun ketika kelelahan membuat tulang punggungnya seketika merinding. Ditambah otot paha lelaki itu yang kembali terlihat.
“Aish.. Ada apa denganku!”
Erang Yoona dalam hati diikuti gelengan kepalanya. Dan aksinya itu ditangkap Sehun yang ternyata sedang berhenti sejenak.
Mata Sehun menyipit, menatapnya menyelidik. “Aku ke toilet dulu!“ teriaknya yang langsung berlari kacau menuju toilet.
Membasuh wajahnya dengan kesal. Nyaris seperti menampar wajahnya dengan air. Diraihnya tisu sebanyak mungkin. Disekanya sisa air di wajahnya dengan gumpalan tisu itu. Lumayan menyegarkannya. Diamatinya wajah kusutnya yang terpantul pada kaca yang ada di hadapannya. Sejenak ia teringat pada perubahan dirinya dari dulu hingga sekarang. Jawabannya yaitu tidak ada perubahan sama sekali. Dirinya yang dulu dan sekarang sama-sama berantakkan. Tidak seperti Sehun. Sehun bak karya seni, pahatan di tubuhnya tidak akan terlihat buruk dari sisi manapun. Yoona meringis meratapi kondisinya.
“Paling tidak aku sudah pernah berpacaran. Tidak sepertinya.“
Menatap lekat pantulan dirinya. “Im Yoona! FIGHTING!!!“
Ia melangkah keluar dari toilet dan menyinggahi kantin terlebih dahulu. Hanya beberapa orang saja yang terlihat disana, itu juga hanya untuk meminum jus. Tidak seperti Yoona yang tengah memilih ice cream yang anehnya dijual di kantin di tempat gym itu. Ia memilih ice cream rasa coklat.
Menghampiri kasir lalu mengatakan. “Sehun yang bayar ya.“ Lalu pergi begitu saja.
Wanita yang menjaga kasir hanya mengangguk, seakan sudah sangat mengenal siapa yang dimaksud. Tentu saja, Sehun adalah pengunjung tetap di tempat itu. Termasuk Yoona yang merupakan pengacau tetap yang sering mengikuti lelaki itu.
Dilihatnya sekumpulan wanita tengah mengamati Sehun. Mereka bahkan sampai melompat gemas melihat gerakkan Sehun.
“Kenapa kau membuka jaketmu?“ Tegur Yoona yang sudah duduk di sekitar Sehun. Dilihatnya kaos dalam bertangan puntung yang membalut ketat tubuh sixpack Sehun.
“Gerah.“ Sehun lanjut bergantungan pada alat dip bar. Tangannya mencengkram erat pada dua buah batang paralel. Perlahan otot tangannya bekerja guna mengangkat tubuhnya hingga kepalanya sejajar dengan tangannya yang masih berpegangan. Ia terus mengulang sampai akhir kemampuannya.
“Aish.. Mereka genit sekali.“
Kesal Yoona yang ternyata masih mengamati sekumpulan wanita yang tengah terpana disana.
“Siapa?“ Tanya Sehun.
Duduk disampingnya seraya menyeka keringat di tubuhnya dengan handuk.
“Mereka.“ Diikutinya arah pandang Yoona.
Hanya bertahan sedetik, Sehun langsung membuang muka.
“Aku mandi dulu.” Sehun bangkit dari duduknya.
“Bayarkan ice creamku ya!“
“Iya. Cepat hubungi temanmu. Setelah ini kita langsung mengambil kopermu.“
Dan berlalu pergi meninggalkan Yoona yang masih mengamati sekumpulan makhluk menggelikan di sana. Ketika itu pandangannya bertemu dengan wanita-wanita itu. Mereka menatapnya tak suka. Ia gigit ice creamnya dengan geram. Yoona hanya bisa mengumpat tak bersuara dengan matanya yang membalas tatapan mereka dengan garang.
--
“Yo, what’s up!“ Sapa Jessi teman main Yoona.
Melangkah keluar dari rumah dengan girang. Menghampiri Yoona dan Sehun yang tengah bersandar pada mobil di depan rumah itu.
“Eonni, dimana koperku?“ Tanya Yoona.
“Tak bisakah kau menyapaku dulu? Kau tidak rindu dengan Jessi yang seksi ini?“
Jessi terdiam ketika menyadari keberadaan Sehun disana. “OMG! Sehun! Long time no see! How is it going?“
Ia memeluk Sehun luar biasa genit. Sehun hanya tersenyum atas perlakuan wanita berkulit kecoklatan itu.
“Eonni, cepat ambil koperku.“
“Aku sangat suka dengan lelaki tampan dan tinggi sepertimu. Kau terlihat sangat seksi!“ Bisik Jessi yang masih memeluk Sehun dengan gemas.
“Eonni!“ Bentak Yoona sekuat tenaga.
“Baiklah! Akan ku ambil.“ Dengan terpaksa ia melepas Sehun.
“Wash your face! You look like a shit.“ Ujarnya seraya melangkah masuk kedalam rumahnya.
“Dia bilang untuk siapa?“ Grutu Yoona.
“Tentu saja untukmu.“ Sambar Sehun sambil merapikan kemejanya yang kusut akibat dari aksi peluk-pelukan yang Jessi lakukan padanya.
“Apa wajahku terlihat kusut?“
“Lumayan berantakan.“
“Kau jujur sekali!“
Tangannya yang hendak memukul Sehun seketika terkulai lemas. Dilihatnya seorang wanita muda keluar dari rumah itu. Lengkap dengan ransel dan beberapa buku yang ia peluk.
“Wuah, Yeppeuda!“ Yoona merasa iri melihat kecantikan wanita itu. Tapi tidak dengan Sehun yang tampak tak tertarik sama sekali.
“Ini kopermu! Jangan merepotkanku lagi!“ Jessi kembali ke hadapan mereka dengan koper milik Yoona.
“Eonni! Dia siapa? Kenapa dia keluar dari rumahmu?“
Dan Yoona masih saja mengamati tubuh wanita muda itu yang berlalu pergi.
“Adik tiri.“
Yoona dan Sehun bereaksi sama. Diam penuh tanya.
“Ibuku menikah lagi.“ Ujarnya santai seakan sudah terbiasa dengan pernikahan ibunya.
“Heee?“ Lalu sama-sama kaget.
“Dengan bule?“ Tebak Yoona.
Jessi mengangguk tak senang. “Pantas saja putrinya secantik itu. Siapa namanya? Apa dia seorang pelajar?“
“Yoon Soomi. Siswi kelas 1 SMA.“
-
-
-
-
Continued..
