Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Keluarga Akan Datang

Ini hari pertama Amanda menjadi istri Tuan William. Semalam, usai membicarakan tentang perjanjian pernikahan, William langsung pergi tidur. Amanda yang juga merasa mengantuk, dia memutuskan untuk kembali tidur di kamarnya sendiri, sampai ketika pagi datang dia mendapatkan masalah. William membentak Amanda dengan suara lantang sampai terdengar ke setiap penjuru ruangan. Mereka para pelayan yang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai saling berbisik sebelum kemudian memilih menghindar dan tidak ikut campur.

Kalau bukan karena kedatangan Broery, mungkin akan berjam-jam William berceramah. Namun, ketika Broery datang dan memberitahukan sesuatu, pria yang marah-marah itu akhirnya pergi.

“Apa Tuan William selalu marah-marah seperti itu?” tanya Amanda ketika sedang sarapan di ruang makan.

Pelayan yang tengah sibuk mengelap rak menoleh. “Tidak juga, Nona. Tuan William lebih banyak diam sebenarnya.”

Amanda kembali menyuap sarapannya. Dia cukup menikmati sarapan yang tersaji, meskipun sebelumnya dia orang berada, tapi menu yang ada di sini tidak setiap hari ia nikmati.

“Boleh aku tahu siapa nama kamu?” Amanda bertanya lagi.

Pelayan itu tersenyum lantas menyampirkan lap dia atas pundak sementara satu tangannya mengangkat botol spray.

“Panggil saja Emely.”

“Oh, Emely. Nama yang bagus.”

“Terima kasih, Nona.”

Ada banyak pelayan di sini dan Amanda belum sempat berkenalan dengan mereka semua. Memang sudah satu bulan dan harusnya semua orang yang berada di sini Amanda sudah mengenalnya, namun keadaan yang ada membuatnya takut untuk bertanya pada siapa pun.

Selesai sarapan, Amanda hendak pergi masuk ke dalam kamarnya. Namun, ketika hampir sampai, dia melihat beberapa pelayan sedang membongkar kamar itu sehingga terlihat cukup berantakan.

“Barang-barangku mau dibawa ke mana?” tanya Amanda, heran. Dia berdiri di samping ambang pintu sementara para pelayan mulai mengangkut keranjang yang berisi pakaian.

Tidak ada yang menjawab di antara mereka. Mereka hanya sibuk dengan apa yang sedang dikerjakan sekarang. hingga tiba-tiba seseorang bersuara membuat Amanda terlonjak kaget.

“Malam ini Nona akan tidur di kamar Tuan William.”

Amanda berbalik badan menatap pria yang bicara itu. “Kenapa?”

Wajah Broery tampak datar, tapi ada senyum miring seolah mengejek di sana. Mungkin dia ingin menertawakan kebodohan Amanda, akan tetapi dia lebih memilih mempertahankan raut tenang dan angkuhnya.

“Nona suami Tuan William, sudah sepantasnya tidur dalam satu ranjang,” tuturnya.

Amanda menelan ludah lalu meringis. Dia sampai lupa kalau sekarang sudah bersuami orang kaya. Haha! Beruntung sekali nasib kamu, Amanda. Kamu menikah dengan pria tampan dan kaya raya.

Hei! Siapa yang mengatakan itu?

Amanda tidak bisa menolak. Apa yang tertulis dalam kertas perjanjian, mengatakan apa pun yang menjadi keputusan William harus dipatuhi. Ketika para pelayan sudah membawa barang-barang Amanda ke kamar William, Broery mengajak Amanda berbicara sebentar.

Dia ini manusia atau robot? Hampir setiap hari aku melihatnya tanpa senyuman.

“Malam ini keluarga Tuan William akan datang.”

“Ha?” Amanda ternganga.

“Apa Nona tuli?”

Dengan cepat Amanda menarik dagu dan menelan ludah. Dia sungguh tidak mengerti bagaimana pria di hadapannya ini berpikir untuk bicara seperti itu.

“Maksudku datang bagaimana?” tanya Amanda.

Sejak pesta pernikahan kemarin, Amanda sama sekali tidak melihat kedatangan keluarga William. Ia pikir William sudah tidak memiliki siapa pun sekarang. pesta kemarin juga hanya dihadiri beberapa orang saja dan mungkin mereka-mereka rekan kerja William atau teman dekatnya,

“Keluarga Tuan William berlibur selama dua bulan di Belanda. Mereka kembali nanti sore.”

“Oh! Ka-kalau begitu, aku harus apa?”

“Tidak ada. Nona hanya cukup bersikap normal.”

Apa maksudnya itu? Normal? Normal yang bagaimana? Bukankah selama ini tingkahku sangat normal?

“Maaf, Broery, apa kamu tidak bisa menjelaskan dengan lebih jelas, aku tidak mengerti maksud kamu.” Amanda menatap Broery dalam-dalam sampai ia rela mengangkat dagu tinggi-tinggi.

Wajah sinis itu semakin nyata membuat Amanda ingin sekali mendendang pria bernama Broery ini. Tidak bos, tidak anak buah, semua sama saja. Sama-sama menyebalkan dan pelit penjelasan.

“Bersikap saja layaknya seorang istri. Tidak boleh gugup apa lagi ragu-ragu.’

Amanda terdiam mencoba mencerna kalimat itu dengan baik-baik.

“Apa Nona paham?”

Amanda meringis dan mendengkus bingung. Dia mungkin mengerti, hanya saja apakah dia akan berhasil bersikap sesuai dengan apa yang Broery katakana atau tidak.

“Saya anggap Nona sudah paham,” kata Broery kemudian. “Kalau begitu, saya permisi. Silahkan Nona bersiap-siap.”

Amanda masih nyengir getir sekarang. dia lantas menggaruk-garuk kepalanya sambil berjalan menuju kamar William.

“Apa aku akan dibayar atas apa yang terjadi?” gumamnya.

“Aku menandatangani sebuah berkas dan seharusnya aku mendapatkan uang dari pekerjaan tipu-tipu ini, kan?”

Sampai menjelang sore, Amanda melihat para pelayan semakin sibuk. Mereka menata ruang makan dan membersihkan setiap ruangan yang ada di dalam rumah. Amanda yang diam-diam memantau, mulai bertanya-tanya mengenai seperti apa keluarga William itu.

Mungkinkah jumlah mereka banyak? Pelayan menyiapkan berbagai menu sampai meja persegi panjang itu terlihat penuh. Semakin melihat mereka wira-wiri, semakin membuat Amanda merasa gugup. Dia merasakan keringat dingin pada kedua telapak tangannya sekarang.

Ketika dua mat aitu masih terfokus pada apa yang ada di hadapannya, sekarang Amanda dikejutkan dengan suara langkah kaki yang perlahan mendekat. Dan ketika Amanda menoleh, dia tahu kalau yang datang adalah William.

Karena rasa kaget dan gugup, satu tangan yang semula sedang bersandar pada pegangan tangga merosot membuat Amanda hampir kepleset. Dia dengan cepat berdiri tegak lalu tersenyum kaku ke arah William.

“Masuk ke kamar!” perintahnya saat itu juga.

Amanda terbengong untuk beberapa detik, lalu memutar badan dengan cepat ketika William sudah berjalan melewatinya dan menaiki tangga. Amanda kemudian menyusul langkah cepat itu sebelum mendapatkan masalah.

“Bukankah Broery sudah menyuruh kamu untuk bersiap?” tanya William.

Amanda hanya berdengung karena mendadak kaku untuk menggerakkan bibir.

“Ganti pakaian kamu sekarang juga!”

Amanda sampai berjinjit dan mengatup mata beberapa detik begitu kalimat perintah itu mencuat. William memang tampan, tapi Sembilan puluh persen lebih banyak ekspresi seram yang membuat wajah tampan itu tidak terlihat.

Amanda berjalan menuju sebuah lemari. Dia tahu pelayan meletakkan semua pakaiannya di sana tadi. Ketika di hendak mengambil salah satu dress yang menggantung pada hanger, tangannya benar-benar gemetaran tak terkendali. Dia benar-benar takut sekarang, apa lagi pria seram itu berada di belakangnya.

“Apa aku tidak boleh memakai baju ini saja?” tanya Amanda. “Aku rasa baju ini sangat bagus untuk aku pakai.”

“Kalau aku bilang ganti, ya ganti. Keluargaku datang, aku tidak mau mereka melihat kamu begitu kumuh seperti tidak terawat.”

Sialan! Apa maksudnya? Aku sama sekali tidak kumuh. Banyak pria yang ingin mendekatiku di luar sana. E… tidak banyak, tapi mungkin ada beberapa.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel