Bab 11 Masa Lalu
Bab 11 Masa Lalu
Sementara di Bali di mana seorang wanita tengah mengisi seminar di beberapa sekolah di sana.
"Maaf bu,siang ini ibu ada janji ketemu sama pak Sadam mengenai pembahasan pembangunan yayasan yatim piatu Muara Kasih. " Ucap bu Maryam yang menjadi assisten Nabila selama di Bali.
"Iya Mar,kamu atur aja,saya mau istirahat sebentar di hotel.Nanti kalau sudah jam nya kamu panggil saya di kamar yah."
"Iya bu,saya permisi dulu."
.
.
Saat jam makan siang Maryam sudah sampai di depan kamar Nabila.
"Maaf ya lama,tadi baru telp anak saya."
"Iya bu,ngomong-ngomong putri ibu sama siapa bu di Jakarta?"
"Sama kakaknya."
"Lho emang ibu punya 2 anak?Setahu saya dia putri tunggal ibu."
Nabila hanya tersenyum menanggapi pernyataan Maryam.
.
.
Tak lama Nabila dan Maryam sudah sampai tempat pertemuan,sebuah restoran khas Bali.
"Mana Mar,pak Sadam belum sampai ya?"
Maryam melihat-lihat sekeliling restoran,"Itu bu di sana." Ucap Maryam sambil menunjuk meja di mana ada 2 orang laki-laki dan seorang perempuan tengah duduk.
"Ya sudah ayo." Ajak Nabila.
"Selamat siang, permisi maaf sa..ya..te..lat." Ucap Nabila lirih dan terbata di ujung kalimatnya.
Sungguh hatinya belum siap berada di situasi ini.
"Tidak apa-apa bu,kami juga baru sampai." Ucap pak Sadam seorang laki-laki berperawakan gemuk dengan kemeja batik dan peci di kepalanya.
"Silahkan duduk."
Lalu pak Sadam memanggil pelayan dan mulai memesan makanan dan minuman untuk mereka.
"Ah ya bu Nabila,perkenalkan ini pak Abimanyu yang akan menjadi donatur utama pembangunan yayasannya.
Lalu Abimanyu mengulurkan tangannya hendak bersalaman namun Nabila hanya menyatukan kedua telapak tangganya di depan dada.
"Ini Khumaira istri saya,dan Aisyah adik ipar saya." Lanjut pak Sadam memperkenalkan kedua wanita di sampingnya.
"Salam kenal."Lalu Nabila menjabat kedua tangan wanita itu.
"Perkenalkan ini Maryam assisten saya."
"Iya saya sudah kenal." Kata pak Sadam.
"Saya juga kenal kamu Nab."Ucap Abimanyu tiba-tiba membuat Nabila seketika membulat matanya, kemudian ia melirik gugup pada orang-orang di meja itu.
"Lho pak Abi kenal bu Nabila?"
Sementara Nabila tengah menunduk menyembunyikan kegugupannya.Sungguh ia tidak siap untuk kembali ke masa lalu yang selalu memberi mimpi buruk di setiap malamnya.
Bertahun-tahun ia berjuang melupakan semua rasa sakit, rasa kecewa meski ia sudah berada jauh darinya,dan apa yang ia takutkan ketika ia terpaksa mengambil tugas di ibu kota adalah bertemu kembali dengan masa lalu.
"Jelas kenal pak,Nabila itu istri saya."Kata Abimanyu.
"Mantan istri tepatnya." Bantah Nabila.
"Kapan saya ceraikan kamu?"
Uhuk..uhuk...
Nabila tersedak ludahnya sendiri.Pria itu memang benar,dia tidak pernah mengucapkan cerai padanya, dan Nabila juga tak pernah mengajukan perceraian karena buku nikah mereka di tahan oleh pria itu saat dia memutuskan pergi waktu itu.
"Ini minum dulu Nab. Tidak usah gugup seperti itu."
Lalu Nabila menerima minuman yang di sodorkan Abimanyu.
"Maaf kita langsung saja ke pembahasan mengenai Yayasannya pak." Pinta Nabila pada pak Sadam.
Lalu mereka pun melanjutkan pembahasan mengenai pembangunan Yayasan yang di gabung dengan sekolah di mana Nabila adalah salah satu pengurus yayasannya,kemudian di lanjutkan acara makan siang bersama.
.
.
Setelah makan siang dan pembahasan selesai Nabila hendak pamit namun tangannya di cekal Abimanyu.
"Kita bicara sebentar." Kata Abimanyu tegas yang tak dapat di tolak Nabila.
Seolah mereka mengetahui jika dua orang ini mebutuhkan waktu berdua pak Sadam dan istri serta adik iparnya pun pamit..sementara Maryam juga pamit kembali ke kantor yayasan.
"Kamu apa kabar?"Tanya Abimanyu mencoba berbasa-basi.
"Seperti mas lihat,aku baik."
"Kamu semakin cantik Nab. "
Nabila tak menjawab pujian dari Abimanyu,ia bahkan memalingkan wajahnya.
Abimanyu meraih tangan Nabila untuk di genggam namun Nabila langsung menepisnya.
"Santi apa kabar?"Tanya Nabila.
"Saya tidak tahu."
"Cih,masa keadaan istrinya sendiri tidak tahu?"
"Owh,kalau istri saya si katanya baik."
"Kurangin kerjanya mas,jangan abaikan istrinya,masa keadaan istri sendiri pake katanya."
"Memang kalau sama istri harus ya perhatian?"
"Ya iya lah."Jawab Nabila ketus.
"Owh." Abimanyu menganggukan kepalanya seraya tersenyum tipis, "Ya sudah deh mulai sekarang saya bakal lebih memperhatikan kamu."
"Ck..maksud saya Santi mas,bukan saya,kita kan sudah pisah!"
"Santi siapa sih?Setahu aku istri aku cuma kamu."
"Mas...jangan bilang kalau mas tidak tanggung jawab sama Santi,bukannya waktu itu."
"Lha memang apa yang harus saya tanggung jawabkan sama Santi?"
"Mas..aku tidak mau membuka luka lama ya."Nabila menghela nafasnya demi mencoba meredakan gemuruh di hatinya yang mulai memanas.
"Maaf Nab, biarkan saya obati ya lukanya."
"Mas,sepertinya aku harus pergi."
"Nab, maafin mas ya untuk luka yang sudah mas torehkan ke kamu,mas ingin memperbaiki semuanya,mas ingin kita kembali sama-sama,selain mas masih cinta sama kamu,ini juga demi anak-anak."
Nabila menunduk,mencoba menyembunyikan airmatanya.
"Maaf mas,aku belum lupa bagaimana mas yang lebih membela Santi,mas mengatakan kalau mas lebih mencintai Santi dari pada aku istri mas dan juga,kata-kata mas yang bilang kalau lebih baik aku keguguran waktu itu."Nabila tak lagi bisa menahan perasaannya saat mengingat bagian paling menyakitkan waktu itu.
"Hiks... itu sungguh menyakitkan."Ucap Nabila sebelum ia berlaku meninggalnya Abimanyu.
Flashback on
Nabila tengah mengusap lembut perutnya yang sudah terlihat membuncit di usia kandungannya yang sudah hampir 4 bulan.
"Ma..papa belum pulang yah?"Tanya seorang anak laki-laki berusia 8tahun.
"Belum sayang,adik kamu mana?"
"Sudah bobok ma."
Lalu di lihatnya jam dinding sudah menunjukan angka 11 malam.
"Kamu bobok dulu ya,nanti papa juga pulang kok."
"Mama juga bobok,kasihan dedek bayi nya." Ucap anak itu sambil mengusap lembut perut mamanya.
Jam sudah menunjukan angka 2 wanita itu bangun dari tidurnya.
"Aku ketiduran di sini."
Lalu tak lama suara pintu terbuka dan masuklah laki-laki dengan kemeja yang sedikit berantakan.
"Mas,kenapa baru pulang?" Tanya wanita itu.
"Kenapa belum tidur?" Tanya balik laki-laki itu ketus.
"Nabila nunggu mas,aku khawatir"
"Ck..ngapain khawatirin saya..bodoh."
Drttt drttt.....
Ponsel laki-laki itu berbunyi lalu di angkatnya panggilan itu.
"Ya sayang,mas baru sampai rumah."Ucap laki-laki itu lembut,sungguh berbeda sekali perlakuannya dengan istrinya.
Wanita itu Nabila,perempuan yang tengah mengandung 4 bulan,namun belakangan ini mendapati kelakuan suaminya yang sudah berubah,meski dulu suaminya juga tak pernah bersikap manis,namun suaminya masih menghormati keberadaannya selaku ibu dari kedua anak yang sangat ia cintai.
Namun laki-laki itu seorang Abimanyu berubah setelah melewati malam penuh cinta dengan istrinya dan tambah berubah ketika Nabila hamil.
Memang mereka menikah tanpa dasar cinta,pernikahan hanya berdasarkan wasiat yang tidak bisa mereka tolak,tetapi berumah tangga selama 8 tahun tak juga menumbuhkan rasa cinta di hati suaminya,meski Nabila sudah jatuh cinta pada suaminya sejak pria itu mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan.
"Kenapa mas,kenapa kamu sangat sulit menerima kehadiran aku?Sungguh aku tak mau menjadi bayangannya,aku Nabila,aku bukan dia.Mencintaiku bukan berarti kamu menghianatinya." Gumam Nabila lirih melihat punggung suaminya yang tengah menuju ke kamar mereka.
