Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Pertemuan Pertama

Bab 7 Pertemuan Pertama

Aku keluar dari mobil memandang bangunan besar dan megah dihadapanku.

Kampus ini sangat luas, banyak pohon besar dan rindang disana, sepertinya benar-benar sesuai menyandang gelar kampus elite kelas atas.

Gadis itu benar-benar diabaikan olehku, wajahnya sedikit terlihat sedih tapi aku tak peduli, kucing ini harus dijinakkan.

Aku berterimakasih pada paman Huo dan memintanya menemani Hiro keperpustakaan.

Masih setengah jam lagi sebelum jam pertama dimulai, aku melangkah perlahan ke gedung B.

Semua tata letak kampus ini sudah kuingat dikepalaku, aku mempelajari denah bangunan kampus yang diberikan paman Huo dengan mudah.

Banyak mahasiswa yang menatapku, entah diam-diam atau terang-terangan ketika berpapasan dijalan.

Mata biruku mudah menarik perhatian, dikombinasikan dengan rambut dark mahogan yang jatuh diwajahku yang rupawan, membuat orang sulit untuk mengalihkan matanya dari wajahku.

Saat memasuki gedung B semakin banyak mahasiswa melihatku terpesona terutama kaum hawa, aku dapat melihat hasrat dimata mereka saat memandangku.

Aku berbelok ditangga darurat, ruang kuliahku dilantai tiga tidak perlu naik lift aku masih mampu naik tangga.

Membayangkan satu lift dengan banyak orang yang memandangiku membuatku merinding.

Aku melangkah dengan santai naik keatas, terdengar bunyi pesan masuk.

Hiro : Aku sudah di perpustakaan, buku referensinya banyak sekali (-_-)

Ru : Mintalah bantuan pegawai di perpustakaan untuk memilah bukunya, sekalian buku-buku contoh soal ujian kedokteran dua tahun terakhir.

Hiro : Dengan buku sebanyak ini bagaimana aku belajar?

Ru : Pulanglah ke perkebunan jika tidak mau belajar.

Hiro : Cihh dasar kejam (-_-)

Bruaakk !!...tiba-tiba seseorang menabrakku saat berjalan keatas.

Aku hampir jatuh kebelakang tangan kiriku refleks meraih pegangan tangga, tetapi orang yang menabrakku hilang keseimbangan hingga jatuh kedepan lewat disampingku.

Dengan sekuat tenaga tangan kananku menarik tali tas punggung orang itu agar dia tidak jatuh kebawah.

Sialnya, entah aku yang terlalu kuat atau karena dia yang hilang keseimbangan saat berbalik dia jatuh menindihku.

Kedua tanganku berada didadanya menahan berat tubuhnya agar tidak jatuh menimpaku. Satu tangan orang itu berada dipinggangku yang satunya lagi dibelakang kepalaku mencegahnya terbentur tangga.

Dalam posisi itu bibir kami bertemu, aroma maskulin yang begitu kental mampir dihidungku, aku bahkan dapat merasakan nafasnya diwajahku.

Mata kami saling bertatapan begitu dekat, mata hitamnya bergetar saat bertemu mata biruku.

Dia sangat tampan, alisnya panjang setajam pedang membuatnya terlihat sombong.

Tunggu...kenapa aku berpikir kesana saat posisi kami masih ambigu.

" Ehm...bisakah kamu bangun, jujur kamu sangat berat ". Kataku sambil mendorongnya.

Brakk !!...suara barang jatuh dibelakang kami, saat kami berbalik diatas tangga ada seorang pemuda berdiri disana tampak linglung.

Wajahnya yang lumayan tampan terlihat pucat seolah habis melihat hantu.

"Saudaraku...apakah kamu dilecehkan?" Tanya pemuda itu sambil turun memeriksa laki-laki yang berciuman denganku.

"Heii...jika ada orang yang dilecehkan itu adalah aku, coba lihat bibirku." Aku menunjukkan luka disudut bibirku dengan kesal.

Lupakan! Aku akan terlambat jika berdebat. Sambil mengambil hpku yang tadi jatuh dilantai aku berjalan keatas, kesialan apa ini? layar hpku retak dan dituduh melecehkan.

"Kamu...berhenti !" Kata laki-laki itu melihatku dingin.

"Aku akan terlambat oke, lagipula itu hanya kecelakaan." Jawabku dengan ekspresi tak peduli.

Saat aku hendak berbalik pergelangan tanganku ditahan.

Aku berdiri diatas tangga pria itu dibawah, dengan posisi lebih tinggi darinya aku bisa melihat keseluruhan visualnya yang rupawan. Kami saling melihat dengan tatapan menindas, tetapi tidak ada yang terintimidasi.

Aura kami sama-sama kuat, dia melepaskan tanganku kemudian memasukan tangannya disaku.

Sudut bibirku terangkat tersenyum tipis, kebiasaan ini mirip sepertiku.

"Bagaimana kamu menyelesaikan ini ". Tanyanya kembali.

"Bagaimana kamu ingin kita menyelesaikan ini ". Jawabku datar, menatapnya kembali.

Laki-laki itu tersenyum tipis, ada kilau berbahaya dimatanya.

"Ehm...Tunggu! Apa kamu mahasiswa baru?" Tiba-tiba pemuda yang tadi berwajah pucat menyela konfrontasi kami.

"Apa itu penting?" Kataku dingin melirik dengan gelisah pada jam di pergelangan tanganku.

"Apa kamu tidak kenal dengannya?"Tanya pemuda itu menunjuk laki-laki didepanku.

"Apa aku harus kenal?" Balasku acuh, pemuda itu tampak terkejut mendengar jawabanku.

Sedangkan pria yang ada dihadapanku tersenyum tipis, senyum itu tampak berbahaya seolah-olah ada rencana jahat dalam pikirannya.

Kedua tangannya berada disakunya, dia berdiri dengan tegak menatapku dengan pose yang menawan.

"Jika ini cara baru untuk menarik perhatianku kuucapkan selamat, kamu berhasil menarik perhatianku ". Kata pria itu dingin.

Alisku terangkat, apa benturan tadi merusak otaknya? Kenapa aku harus menarik perhatiannya?

Meski dia sangat tampan tetapi tuan muda ini sangat pemilih oke! Pria berwajah arogan tidak termasuk dalam daftarku.

Perlahan pria itu naik hingga sejajar denganku, dia mencondongkan tubuhnya kearahku.

Wajahnya menjadi sangat dekat sampai bulu matanya yang indah terlihat, aku tetap diam ditempatku hingga mulutnya tinggal 1 cm lagi dari telingaku.

"Sayangnya orang yang menarik perhatianku, biasanya tidak berakhir dengan baik." Suara rendahnya terdengar berbahaya tetapi nafasnya sangat menggoda.

Pria itu tersenyum meremehkan kemudian berbalik dan pergi ke pintu keluar, menyisakan pemuda berwajah pucat yang memandangiku dengan ekspresi " Kamu sudah tamat " terlukis diwajahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel