Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 21 Pembicaraan Suami Istri

Bab 21 Pembicaraan Suami Istri

Saat tengah malam aku terbangun karena haus, kepalaku menengok ke meja kecil disamping tempat tidur dan menemukan air minum dicangkir sudah kosong.

Dengan malas aku turun untuk mengambil air minum, aku tersenyum melihat Hiro yang tidur bergelung dibed cover besar dilantai dengan buku-buku yang berserakan.

Aku turun dengan perlahan ke dapur dalam suasana remang-remang karena sebagian besar lampu sudah dimatikan.

Saat mau kembali ke lantai atas sayup-sayup kudengar ada dua orang sedang berbicara diruang baca.

Alisku bertaut sepertinya itu suara bibi Mai dan ayah, mereka sedang berdebat tentang sesuatu.

Aku seharusnya mengabaikan mereka, tetapi entah kenapa kakiku malah datang mendekat.

"Dokter bilang masih ada peluang kenapa kamu tidak ingin mencobanya." Suara bibi Mai terdengar.

"Kita memiliki dua anak yang sudah dewasa, kenapa kita perlu punya anak lagi." Jawab ayahku datar.

"Aku ingin memiliki anak laki-laki darimu, jika ada peluang aku ingin mencobanya meski harus menggunakan proses bayi tabung." Jawab bibi Mai, suaranya lirih.

"Kenapa kamu terobsesi memiliki anak laki-laki, bukankah Katnis sudah cukup."Jawab ayahku.

"Aku ingin mendapat pengakuan keluargamu, keluargamu hanya bersikap sopan tetapi dalam hati mereka tidak pernah menerima aku dan Katnis sebagai bagian dalam keluarga."

"Dimata keluargamu aku hanya wanita yang melangkah masuk dalam pernikahan orang lain, ayahmu tidak menyukai aku karena membuat menantu kesayangannya pergi." Suara bibi Mai terisak.

"Apa kamu tidak tahu Katnis selalu diabaikan dalam keluargamu, sekarang Ru sudah datang menurutmu bagaimana nanti diriku dan Katnis diperlakukan." Tanya bibi Mai lagi.

"Abaikan saja mereka, kita juga tidak bertemu dengan mereka setiap hari."Suara ayah terdengar kesal.

"Aku hidup dalam rasa bersalah kepada Mili selama 18 tahun ini, aku tahu aku teman tidak tahu malu yang sudah merebut suaminya, semua kesalahan itu aku akan menebusnya untuk Ru, aku hanya ingin seorang putra agar keluargamu menerimaku."Isak bibi Mai.

"Kenapa kamu harus peduli dengan keluargaku, mereka terima atau tidak kenyataannya sekarang kamu adalah istriku." Suara ayahku datar.

"Morgan apa kamu pernah mencintaiku meski hanya sedikit?" Tanya bibi Mai.

"Mai berhenti bicara yang tidak masuk akal." Jawab Ayahku.

"Kamu selalu mencintai Mili tetapi aku masih berharap bahwa kamu bisa mencintaiku meski hanya sedikit saja, mengapa kamu bersikap hangat pada Katnis tetapi selalu bersikap dingin padaku? .

Kamu tidak bisa punya anak lagi atau kamu tidak mau lagi punya anak denganku mengingat Katnis dilahirkan karena sebuah kecelakaan." Bibi Mai tertawa miris membuat orang kasihan.

"Jangan berbicara lagi, kamu ingin Katnis mendengar itu dari mulutmu." Kata Ayahku dingin.

Tidak lama kemudian terdengar suara pintu ditutup, sepertinya ayah pergi ke ruang kerjanya.

Ruang baca dan ruang kerja ayah memiliki pintu penghubung, aku masih bisa mendengar isakan pelan bibi Mai di ruang baca.

Sepertinya kehidupan bibi Mai tidak terlalu baik dalam keluarga Lin, aku tidak ingin bersimpati padanya bagaimanapun dia penyebab ibuku pergi meninggalkan ayah.

Kakiku terhenti ditengah tangga saat melihat Katnis sedang turun sambil mengucek-ngucek matanya.

"Kenapa kamu bangun." Tanyaku.

"Aku tidak bisa tidur, mau makan camilan." Jawabnya malas.

"Kamu tidak takut gemuk?" Tanyaku usil.

"Bukan urusanmu."Jawabnya ketus.

"Minggir, jangan halangi aku." Dia menggeser badanku dan berjalan turun.

Aku ingin kembali kembali kekamar dan mengabaikannya, tetapi saat mengingat pembicaraan bibi Mai dan ayah hatiku entah kenapa merasa iba padanya.

Akhirnya akupun menyusulnya pergi ke dapur.

"Jangan makan itu." Kataku sambil merebut bungkusan biscuit dan camilan lain ditangannya.

"Ru...apa kau gila." Dia melotot padaku.

"Kamu yang gila, panggil aku gila sekali lagi lihat apa yang akan kulakukan padamu." Dia meringis saat kusentil dahinya.

"Aku akan membuat kamu sesuatu yang membantumu tidur." Kataku sambil mulai mengambil bahan di kulkas.

"Kamu bisa masak?" Tanya Katnis antusias.

"Aku dan Hiro terbiasa memasak karena ibuku sibuk dengan penelitiannya." Jawabku sambil dengan lincah mengiris dan memotong bahan yang akan dipakai.

Katnis duduk dengan tenang di meja counter didapur sambil memperhatikan aku memasak.

Dua puluh menit kemudian aku menghidangkan dia semangkuk bubur harum yang masih panas.

"Ini bubur ayam cincang, didalamnya aku memasukan rempah-rempah yang akan membantumu tidur, makanlah...saat perutmu hangat kamu akan mudah mengantuk." Aku menyerahkan sendok ditangannya.

"Kamu tidak makan?" Tanya Katnis masih meniup-niup sesendok bubur ditangannya.

"Aku tidak lapar, pelan-pelan saja itu masih panas." Aku menyodorkan air minum digelas untuknya.

"Sepertinya punya kakak laki-laki tidak buruk." Katanya tersenyum.

"Jika kamu tahu itu bersikaplah lebih baik padaku." Di hanya berdecih melihatku kemudian melanjutkan makannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel