Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 20 Memutuskan Menjadi Keluarga

Bab 20 Memutuskan Menjadi Keluarga

Kembali kerumah ternyata tetap menjadi hal yang menyenangkan buatku, meski aku belum terikat emosi dengan keluarga ini, tetapi perasaan disambut dan dinantikan oleh orang lain membuat hatiku menghangat.

Aku sedang duduk disofa balkon kamarku sambil meringkas soal ujian Hiro saat Katnis menghubungiku, bukankah dia dirumah kenapa dia menelponku.

"Yaaa! Turun makan apa kamu menunggu dijemput." Aku menjauhkan telp karena teriakannya membuat telingaku sakit.

Gadis ini penyakitnya kambuh lagi, apa sikap lembutnya dirumah sakit hanya halusinasiku saja.

Aku turun ke ruang makan dan melihat mereka sudah menungguku disana, sepertinya Katnis habis dimarahi ayah melihat tatapan matanya yang ingin mencakarku.

"Maaf...aku sangat fokus meringkas soal ujian Hiro jadi tidak memperhatikan waktu." Kataku sopan.

"Tidak masalah...lain kali jangan terlambat makan malam, itu tidak baik untuk kesehatan lambungmu." Jawab bibi Mai tersenyum.

"Baiklah mari kita makan." Kata ayahku pelan.

"Ru makanlah yang banyak bibi Mai khusus memasak daging untukmu." Kata ayahku lagi.

"Baik...terimakasih bibi Mai." Jawabku ramah.

"Setelah makan mari kita berkumpul di ruang keluarga ada yang ingin ayah bicarakan." Kata Ayah pada kami semua.

Selesai makan malam kami semua menunggu di ruang keluarga dengan tenang, ayah masuk ke ruang kerja untuk mengambil sesuatu.

"Ru...apa kamu tau apa yang akan ayah bicarakan?" Tanya Katnis padaku, aku menggeleng, dia melihat Hiro dan Hiro hanya mengangkat bahunya.

"Ibu...apa ibu tahu sesuatu bu?" Katnis masih bertanya lagi.

"Tenang...tunggu saja ayahmu."Jawab ibunya.

Tidak lama kemudian ayah kembali sambil membawa berkas ditangannya, dia duduk didepan kami lalu meletakkan berkas-berkas itu dimeja.

"Ayah sudah mendaftarkan dirimu dalam kartu keluarga Lin, sekarang kamu resmi secara hukum menjadi bagian dari keluarga ini." Kata Ayah padaku.

"Ayah mendaftarkan Hiro juga sebagai kerabat karena nama keluarganya adalah warisan terakhir ayahnya jadi ayah tidak berhak menggantinya, tetapi ayah akan jadi walinya." Kata ayahku kemudian.

Aku dan Hiro masih terdiam, cepat atau lambat hal ini akan terjadi jadi kami tidak terlalu terkejut.

"Mulai sekarang kalian berdua adalah bagian dari keluarga Lin, tolong berusahalah untuk menerima hak dan kewajiban dalam keluarga ini, ayah tidak terburu-buru jadi pelan-pelanlah menyesuaikan diri."

"Dan untukmu Ru karena ayah menghargaimu ayah tidak akan memperkenalkan kamu pada publik sebelum kamu siap, tetapi setidaknya ayah harus memperkenalkanmu pada keluarga besar, akhir pekan ini kakek menyuruh kita semua berkumpul, apakah kamu keberatan?" Tanya ayah padaku.

"Tidak apa-apa...aku bersedia." Mau tidak mau, suka tidak suka, hal yang harus dihadapi harus dihadapi pikirku.

"Dan Hiro paman Juan sudah menyiapkan kamar untukmu disebelah kamar Ru, pindahlah ke sana." Kata ayahku padanya.

"Baik paman." Jawab Hiro patuh.

"Dan kamu gadis tengil mulai sekarang Ru dan Hiro adalah kakak lelakimu sopanlah pada mereka kalau tidak ayah akan menghukummu." Kata ayah melirik Katnis.

"Baik ayah ." Jawabnya pelan menundukkan kepala.

"Dan Mai...kuharap ini tidak merepotkanmu dengan mengurus dua anak lagi dirumah ini." Ayahku menatap bibi Mai.

"Apanya yang repot, ini hanya menambah piring dimeja makan sama sekali tidak merepotkan." Bibi Mai tersenyum pada suaminya.

"Terimakasih untuk pengertianmu." Kata ayahku lagi.

Ayah melempar dompet kecil berwarna coklat pada aku dan Hiro, itu seperti dompet untuk kartu.

"Itu kartu identitas kalian yang sudah diperbarui, surat izin mengemudi, kartu asuransi kesehatan dan yang lainnya, simpanlah." Kata ayah pada kami.

"Mulai hari ini ayah berharap kita bisa menjadi satu keluarga yang harmonis, saling menyayangi dan menghormati, jika ada masalah nanti mari kita saling terbuka untuk membicarakannya." Kata ayah memandang kami semua.

Dalam pandanganku ayah tampak tegas dan berwibawa tetapi dia sedikit memiliki karakter lembut.

Mungkin karena itu ibuku yang selalu bersemangat dan keras kepala bisa jatuh cinta padanya.

Aku dan Hiro naik ke lantai atas saat diskusi selesai, Katnis menyusul kami dari belakang sambil menggendong si cantik kucing jantan berbulunya.

"Kenapa hari ini kamu sangat patuh, biasanya kamu suka membantah ayah." Tanya Katnis penasaran.

"Mungkin karena mood ku sedang bagus." Jawabku santai.

"Ciih...mungkin karena kamu dipukul botol jadi pikiranmu menjadi lebih baik." Jawabnya ketus.

"Adik kecil apa kamu ingin dipukul botol juga? Siapa tahu nanti sikapmu menjadi lebih manis." Aku tersenyum jahil.

"Ru...kenapa ayahmu memberikan ini padaku."

Aku dan Katnis reflek memutar kepala memandang pemuda yang sedang pucat sambil memegang dompet coklat.

Ditangannya ada kartu bank berwarna emas dengan tulisan bewarna hitam, Hiro terlihat shock dengan kartu ditangannya.

"Apa Hiro terlalu lama tinggal dihutan? Sampai dia tidak tahu cara menggunakan kartu bank." Katnis melihatnya dengan kesal.

"Tendang saja dia nanti dia sadar sendiri."Aku berbalik dengan malas.

Hiro shock karena diberi kartu emas, mungkin dia akan pingsan jika ayah memberinya kartu hitam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel