Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 22 Pelayan Tampan Tuan Muda Chen

Bab 22 Pelayan Tampan Tuan Muda Chen

Hari ini aku bangun pagi dengan menyadari bahwa simerah sedang bertamu, periode mentruasiku tidak pernah tepat waktu selalu berubah setiap bulan.

Hal ini membuatku kesulitan memprediksinya, hal baiknya adalah aku tidak pernah mengalami nyeri dan keram perut yang mengganggu seperti wanita lain. Hanya sedikit mual dan mules yang masih bisa ditoleransi.

Saat aku memutuskan untuk ijin kuliah hari ini sebuah pesan masuk mengganggu rencana liburku.

[Datanglah jam 8 ke Royal Garden House bawa sarapan untukku]

"Ciih aku tidak perlu menebak siapa yang punya pesan dengan nada perintah seperti itu." Kataku kesal.

Dia ingin dibawakan sarapan? Tiba-tiba aku punya ide, bukankah pepatah mengatakan pria bisa ditakhlukan melalui perutnya.

Kalau begitu biar tuan muda ini menunjukkan keahlian memasaknya.

Aku melompat dengan segera dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk misi penahlukan singa tidak tahu malu itu.

Setelah berpamitan aku memesan taxi menuju pasar tradisional, menolak paman Huo yang ingin mengantar.

Ru : Apa kamu punya alergi terhadap makanan tertentu?

Aku mengirim pesan...

Kevin : Kacang kenari

Balasannya pun sangat singkat...

Ru : Baiklah.

Selesai berbelanja aku masuk kampus royal lewat gerbang belakang, ini masih jam 06.00 pagi jadi kampus masih tidak terlalu ramai.

Aku memakai hodie hitam dengan topi dan masker hitam menutupi wajahku, dengan terburu-buru aku berjalan masuk ke Royal Garden House.

Royal Garden House adalah rumah peristirahatan yang dibangun untuk keluarga penerus. Rumah ini dibangun sebagai asrama khusus keluarga pendiri di area kampus, tetapi tempat ini tertutup untuk orang luar.

Didepan gerbang besi berwarna putih aku memencet bel, tidak lama sesorang pria paruh baya datang membukakan pintu.

"Tuan muda Lin." Tanya pria itu , aku mengangguk.

Pria itu mengantarkan aku masuk kedalam rumah putih dengan pilar pilar tinggi seperti kuil dewa yunani, rumahnya saja terkesan angkuh dan sombong tidak perlu heran jika pemiliknyapun begitu.

"Tuan muda sedang mandi tunggulah sebentar, tadi tuan berkata tuan muda Lin akan tiba jam 8 ." Kata pria itu sopan.

"Aku datang awal untuk memasak, maaf tetapi bolehkah aku meminjam dapur?" Tanyaku dengan sopan.

Pria tua itu melihatku dengan sedikit heran, pertama karena dia menganggap aku terlalu sopan padanya dan kedua seorang tuan muda hendak meminjam dapur untuk memasak? Ini terlalu tidak biasa.

"Silahkan tuan muda Lin, apa ada yang perlu saya bantu." Dia mengantarku menuju dapur.

"Tidak perlu aku akan melakukannnya sendiri." Kataku padanya.

Aku hanya menanyakan letak barang-barang yang akan kugunakan dan membiarkan dia pergi.

Aku membuka jaket, topi dan maskerku kemudian memakai apron yang ada disana, segera menyiapkan semua bahan-bahan dengan cepat, mengiris, memotong, mencincang aku melakukan semua dengan terampil.

Untuk sarapan singa itu aku menyiapkan beberapa menu sekaligus, bubur remis, daging sapi cincang, sup tahu dan beberapa sayur tumis, bahkan aku membuat jus buah sendiri.

Tidak sampai satu jam semua menu sudah tertata rapi di meja makan tetapi si tuan singa belum juga kelihatan mukanya.

Aku bertanya pada paman paruh baya yang tadi, dia berkata kamar tuan muda Chen berada di lantai atas satu-satunya kamar yang memiliki pintu besar berwarna putih.

Tok...tok...tok...aku sengaja tidak bersuara karena ingin mengejutkannya.

"Apa orang itu sudah datang?" Suara dingin itu berhenti seketika saat membuka pintu.

Dia terkejut melihat pemuda tampan yang memakai apron didepan pintu kamarnya, dan aku terkejut dengan pemuda tanpa pakaian didepanku.

Kevin hanya memakai handuk dipinggangnya.

Tangannya yang satu memegang pintu dan tangan yang lain memegang handuk kecil sedang mengeringkan rambutnya.

Kami saling berpandangan dalam keterkejutan, dan seolah itu belum cukup sial sesuatu yang lebih buruk terjadi.

Benda putih yang dipinggang kevin tiba-tiba merosot jatuh dikaki, secara reflek mataku mengikuti benda yang jatuh memandang kebawah.

Dan pandanganku secara tidak sadar berhenti disana, melihat benda diantara kakinya.

Mati aku! pikirku, bisakah aku pura-pura tidak melihatnya.

Tapi gambaran benda itu sudah masuk kepalaku, tanpa kusadari pipiku menjadi merah.

"BRUAAK!!." Pintu tertutup didepan wajahku dengan kasar mengembalikan kesadaranku.

Aku mengancak-ngacak rambutku sendiri, kenapa aku selalu sial saat bertemu dengan singa itu.

Takdir macam apa ini , aku turun kembali ke lantai bawah dengan kesal.

Kekesalan yang sama juga dialami seseorang didalam kamar, Kevin segera memakai pakaian dengan cepat setelah menutup pintu.

Pemuda itu seperti kutukan baginya,pertama mereka berciuman sekarang dia melihatnya telanjang dan anehnya dia bahkan tidak bisa marah padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel