Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 18 Tuan Muda yang Tidak Biasa

Bab 18 Tuan Muda yang Tidak Biasa

Pagi hari Media ibukota kota dihebohkan oleh berita skandal putra walikota A, mulai dari video pengakuan wanita-wanita yang pernah dilecehkan sampai video kekerasan yang pernah dia lakukan.

Bahkan video durasi penuh kejadian di restauran juga muncul di media sosial, saat pemuda itu melecehkan katnis, memukul Hiro bahkan saat dia melemparkan botol padaku.

Pandangan publikpun mulai berbalik menghakimi dirinya, banyak komentar negatif yang memenuhi halaman sosial medianya, aku tersenyum membayangkan ayahnya mungkin mengirim dia keluar negara karena malu.

"Guru...kamu bekerja dengan cepat, aku sungguh terkejut." Pujiku saat menghubungi Daniel.

"Aku masih menyimpan video lain untuk jaga-jaga, kamu hanya mematahkan beberapa tulang rusuknya tetapi dia mengaku koma, aku mengirim orang untuk memata-matainya dia bahkan masih bisa menggoda perawat di ruangannya."

Kata Daniel seolah menyesal melihat pemuda itu tidak terluka parah.

"Guru ini bukan negara T , kita harus bersikap lebih sopan." Terdengar suara Daniel tertawa.

"Saat kamu masih bersikap sopan kamu mematahkan tulang seseorang, jadi apa yang terjadi saat kamu kehilangan kesopananmu." Dia sengaja mengejekku.

"Sebulan lagi ada pertemuan pemegang saham kamu harus datang, tuan Joseph ingin aku melatihmu menjadi presiden direktur, pertimbangkanlah." Kata Daniel sebelum menutup panggilan telp.

Paman Joseph benar-benar menghubungi seseorang, dokter yang menanganiku diganti sebelum aku menjalani CT Scan.

Dia seorang dokter wanita yang dahulu satu panti asuhan dengan ibuku.

Dokter itu bercerita bahwa ibuku banyak membantu biaya sekolahnya sehingga dia bisa menjadi dokter seperti sekarang.

Aku merasa terharu, kebaikan yang orang-orang terima dari ibuku semua dikembalikan padaku.

Perawat yang mendorongku di kursi roda tampak malu-malu, memperhatikan aku yang duduk dengan malas sambil sekali-kali mengodanya.

Saat pintu kamarku terbuka aku terkejut dengan tiga orang yang duduk didalamnya.

"Kenapa kalian bisa ada disini?" Alisku sedikit berkerut.

"Ayah menyuruhku membawakan ini untukmu." Katnis melemparkan Hp iphone X keluaran terbaru ke kasur.

"Bukankah Hpku masih bisa diperbaiki?" Aku duduk bersila dikasur, pandanganku beralih pada dua orang lain disebelah Katnis.

"Kata ayah hpmu sudah ketinggalan jaman ayah bahkan membelikan satu untuk Hiro..nomer lamamu juga sudah diaktifkan, Hiro bahkan memasukkan nomer kontak ke hpmu." Jelas Katnis.

Aku menghela nafas...kehidupan tuan muda ini, aku benar-benar tidak terbiasa.

Tidak lama kemudian dokter wanita itu datang untuk mengganti perban dikepalaku.

"Lalu bagaimana dengan kalian berdua." Tanyaku pada duo tuan muda yang sedang duduk malas disofa.

"Kami kebetulan lewat dan bertemu nona Lin dibawah, jadi sebagai bentuk kesopanan kami datang berkunjung." Jawab Leon beralasan.

Katnis melihat padanya dengan ekspresi " apa kamu sedang membohongi anak TK."

"Seingatku kita tidak berteman, kunjungan ini sungguh membuatku tersanjung." Aku tersenyum tipis.

"Heii...kita memang tidak berteman tetapi kita juga bukan musuh." Kata Leon lagi.

Kevin masih duduk dengan malas disana, mengabaikan kami seolah pembicaraan kami tidak berhubungan dengannya.

Dengan salah satu tangan menopang dagu, wajah arogannya dia seperti raja-raja kuno yang angkuh tapi mulia.

Tiba-tiba hp iphone yang tadi dilemparkan dikasur berbunyi, sejak awal aku mengabaikan hp itu hingga Katnis menjadi kesal.

Dia menjawab telp itu bahkan menyalakan speaker.

"Ru...benarkah kamu dipukul orang hingga masuk rumah sakit? Aku penasaran bajingan mana yang sanggup memukulmu hingga masuk rumah sakit, aku sangat ingin minta tanda tangannya." Suara Luwina yang bersemangat terdengar.

Katnis menutup mulutnya menahan tawa, Leon memandangku dengan antusias dan Kevin masih tak peduli.

"Kamu menghubungiku hanya untuk mengejekku?" Tanyaku malas.

"Aku menghubungimu karena aku merindukanmu, beberapa hari ini kamu tidak bisa dihubungi, apa kamu sengaja mengabaikan aku." Suaranya terdengar manja.

Pembicaraan ini mulai terdengar ambigu karena tiga orang yang didepanku tidak mengetahui bahwa aku perempuan.

Mereka memandangku penuh rasa ingin tahu, bahkan Kevin yang dingin mulai menautkan kening.

"Ehm...Luwina." Suaraku terhenti saat mendengar suara air dan spon yang digesek.

"Yaa..." Jawabnya acuh.

"Apa kamu sedang mandi?" Melupakan kalimat tadi yang ingin kuucapkan, aku malah bertanya padanya.

"Ehm..." Terdengar suaranya diselingi gemericik air.

"Yaaaa!! Kenapa kamu harus menghubungiku saat sedang mandi?" Kataku setengah berteriak.

"Aduh..." Kepalaku yang masih diperban tertarik saat aku hendak meraih hp dari Katnis.

"Astaga kamu mengagetkanku...tuan muda apa kamu menjadi sombong, kita bahkan sudah tidur dan mandi bersama jadi apa masalahnya." Tanyanya kesal.

Dokter disampingku tertawa terbahak-bahak, sekarang kamu mengertikan apa masalahnya kataku dalam hati.

"Ru...apa kamu bersama orang lain, tut..tut..tut." Bahkan sebelum aku menjawab dia sudah menutup panggilannya.

Gadis gila ini dia melarikan diri setelah melemparkan bom.

Katnis melihatku seolah melihat orang cabul, Leon memandangku dengan ekspresi " wajah polosmu adalah sebuah penipuan."

Kevin menatapku dengan pandangan dingin seolah kesal pada sesuatu, bisakah kalian mendengar penjelasanku?

Lupakan...bahkan jika aku menjelaskan mereka akan tetap menganggapku orang cabul.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel