Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 17 Pembicaraan Ayah dan Anak 2

Bab 17 Pembicaraan Ayah dan Anak 2

Setelah Daniel menutup telp aku menghubungi paman Joseph...

"Paman aku butuh bantuan." Kataku tanpa basa-basi.

"Katakan...." Jawab paman Joseph tanpa bertanya apa-apa.

"Adakah teman lama ibu di rumah sakit kota, aku mungkin akan menjalani CT scan besok, aku butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk menjaga identitasku." Kataku menjelaskan.

"Baik, tenanglah dan tunggu kabar dariku." Jawabnya santai.

"Paman tidak akan bertanya apa-apa padaku?." Tanyaku padanya.

"Kenapa aku harus bertanya padamu jika aku punya Daniel untuk mengawasimu, menyia-nyiakan uang yang kubayar untuknya saja." Jawaban paman Joseph membuatku tertawa.

Aku membaringkan tubuhku dikasur besar itu setelah meletakkan hpku dilaci meja.

Perutku sangat lapar dan kucing kecil itu belum kembali, dimana gadis itu membeli makanan? Apa dia membelinya diluar kota pikirku kesal.

"Akhirnya kamu kembali, aku lapar hingga mau pingsan ." Kataku saat mendengar pintu digeser terbuka.

Tetapi saat bangun aku terkejut karena bukan hanya Katnis yang ada disana, Hiro dan ayahku juga datang bersamanya.

"Apa kamu lapar, tenanglah aku membawa banyak makanan untukmu." Jawab Katnis menunjukkan dua kantong plastik besar ditangannya.

Dia dengan sigap mendorong meja makan pasien didepanku dan meletakkan berbagai jenis menu makanan diatasnya.

Dia meletakkan 5 kotak makan sekaligus didepanku bersama sendok dan 1 botol air mineral.

Aku melirik kearahnya dengan ekspresi " Apa kamu sengaja " .

Dia hanya meleletkan lidah padaku lalu mulai mengatur camilan dan minuman lain di kulkas.

Ayahku menarik kursi dan duduk disebelahku ." Makanlah dahulu ." Suaranya lembut.

Bagaimana aku bisa makan jika kamu duduk disebelahku?

Sudahlah...abaikan saja, perutku juga sudah lapar daripada kelaparan gangguan pencernaan masih lebih baik.

Setelah merapikan barang-barang ke kulkas Katnis menyeret Hiro Keluar dengan alasan masih ada yang ingin dibeli, tetapi aku tahu dia ingin membiarkan aku berdua dengan ayah.

"Apa ayahmu sangat tidak bisa diandalkan, kamu mendapat masalah tetapi tidak menghubungiku." Katanya pelan.

"Ehm...Hpku rusak belum kuperbaiki." Jawabku beralasan.

"Jangan kuatirkan masalah apapun ayah akan menyelesaikannya." Katanya kemudian.

"Baik ." Jawabku singkat.

"Dan juga terimakasih." Kata ayahku lagi.

"Untuk apa ?." Tanganku yang hendak menyuap nasi terhenti.

"Sudah melindungi Katnis." Jawabnya pelan.

"Aku pikir karena kamu membenciku mungkin kamu tidak akan menerima dia, jadi untuk itu aku berterimakasih ."

"Katnis adalah adikku kami berbagi darah yang sama, jadi bagaimana bisa aku mengabaikannya ." Kataku pelan.

"Selain itu aku juga tidak membencimu, aku hanya tidak punya perasaan apa-apa padamu." Kataku lagi.

"Aku tahu...aku sudah gagal sebagai seorang suami bagi ibumu, tetapi aku tidak ingin gagal sebagai ayah ."

"Meski sudah terlambat 18 tahun aku masih ingin mencoba menjadi ayah yang baik untukmu, aku benar-benar ingin mengenalmu, bisakah kamu memberikan ayah kesempatan untuk mencobanya." Ayahku memandangiku.

Aku melihat banyak penyesalan dalam sinar matanya, entah mengapa hatiku terasa tidak nyaman melihatnya yang nampak terluka.

"Apa kamu pernah mencintai ibuku?." Tanyaku ragu-ragu.

"Ayah tak pernah berhenti mencintai ibumu, ayah selalu menyimpan ibumu didalam hati ayah selama ini ." Ayahku menjawab tanpa keraguan.

"Selama ayah menikah dengan ibumu ayah hanya membuat satu kesalahan, tetapi itu adalah satu kesalahan fatal yang tak termaafkan baginya." Ayahku mendesah.

"Lupakan saja, semua itu sudah lewat, tidak ada gunanya diingat lagi." Kataku sambil melanjutkan makanku kembali.

"Istirahatlah dengan baik, jangan pikirkan apapun, Ayah akan menjengukmu kembali besok." Katanya sambil menepuk bahuku pelan.

"Apa anda sudah makan." Tanyaku karena dia masih memakai setelan jas rapi.

"Aku langsung datang dari perusahaan saat Katnis menelponku, aku akan makan dirumah." Jawabnya tersenyum padaku sebelum keluar.

Saat ayahku membuka pintu Hiro dan Katnis berdiri dipintu keluar, mereka nampak serba salah seperti pencuri yang tertangkap basah.

Kucing kecil itu hanya melambai padaku saat ayah menyeretnya pergi.

"Apa kamu sudah makan ?" Hiro menggeleng.

"Duduk dan makanlah ." Aku menggeser beberapa kotak makan padanya.

"Apa kamu membawa laptopmu." Tanyaku lagi.

"Aku bahkan membawa buku untuk belajar, karena seorang mengancam akan mengirimku pulang jika tidak lulus." Jawab Hiro acuh sambil menikmati makanannya.

"Biarkan aku meminjam laptopmu ada tugas yang harus kukerjakan, setelah selesai aku akan membantumu meringkas materi untuk ujian ." Aku tertawa mendengar sindirannya.

"Istirahat saja, kepalamu terluka." Kata Hiro padaku.

"Kepalaku yang terluka bukan tanganku." Aku menengok melihatnya, ada beberapa memar diwajahnya.

"Hiro..." Panggilku perlahan.

"Ehm..." Dia melihat kearahku.

"Jika sekali lagi kamu membiarkan orang lain memukulmu, aku sendiri yang akan menghajarmu ."

Dia hanya tertawa mendengar ancamanku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel