Bab 16 Sebuah Pengakuan
Bab 16 Sebuah Pengakuan
"Ciih...Sepertinya kalian menikmatinya." Kata Katnis ketus.
Dia sedang memperhatikan aku dan Hiro yang sedang mendapat perawatan di IGD sebuah rumah sakit kota.
Katnis memandang tak suka pada perawat yang tampak malu-malu dan memerah saat kami tersenyum pada mereka.
"Bersikap manislah oke, kami terluka untukmu." Kata Ru pelan.
"Jika aku tidak bersikap manis, aku sudah meninggalkan kalian dari tadi." Katnis merengut.
Tidak lama kemudian dokter datang dan memberitahukan bahwa Hiro bisa meninggalkan rumah sakit, tetapi aku harus tinggal untuk observasi lanjutan karena trauma benda tumpul dikepala.
"Aku merasa baik-baik saja." Kataku menolak untuk tinggal.
"Dia akan tinggal, siapkan kamar VIP untuknya." Perintah Katnis pada dokter.
Aku melihatnya dengan alis terangkat dia balas melototiku, dokter memandangi kami dengan heran.
"Sebaiknya kamu turuti saja pacarmu, nona ini khawatir padamu." Dokter itu berkata padaku.
"Dia bukan pacarku !" Jawab Katnis kesal semakin melotot padaku.
Hiro tertawa terbahak-bahak dibelakangku, aku memutar mataku dengan malas.
Dokter kemudian pergi dan memerintahkan perawat menyiapkan ruangan.
"Masalah ini aku akan menjelaskannya pada ayah, kamu jangan kuatir." Kata Katnis pelan.
"Aku tidak kuatir, jadi jangan terbebani." Jawabku santai.
"Ehm...aku akan pulang lebih dahulu, setelah berganti dan menyiapkan barang-barangmu aku akan kembali." Kata Hiro padaku, aku mengangguk lalu melihat Katnis.
"Aku akan disini dulu, aku akan pulang saat Hiro kembali." Aku tersenyum tipis, kucing ini merasa bersalah padaku.
Ruangan VIP rumah sakit kota...
"Apa kamu lapar? Aku akan turun dan membeli beberapa makanan."
Katnis bertanya saat aku baru saja membaringkan diri dikasur setelah berganti baju rumah sakit.
Ruangan VIP ini memang luar biasa, kamar yang luas tempat tidur yang besar dan empuk, sofa panjang yang mewah serta televisi besar didinding membuat ini lebih terlihat seperti kamar hotel.
"Bersikaplah seperti biasa, jika kamu bersikap baik aku akan merasa aneh." Kataku tertawa.
Mataku masih memperhatikan furniture diruangan ini, ada kulkas dan dispenser bahkan ada minikitchen untuk memasak.
Pantas saja orang kaya sangat suka berada dirumah sakit walaupun kadang mereka hanya pura-pura sakit.
"Aku tidak pernah membencimu." Kata Katnis tiba-tiba.
"Aku hanya merasa takut...meski semua orang tidak pernah berbicara aku tahu kebenaran tentang ibumu dan ibuku, dulu saat aku kecil para pelayan sering membicarakannya diam-diam." Dia berbicara dengan lirih seolah berbisik.
"Ibuku berselingkuh dengan ayah hingga menyebabkan ibumu pergi, aku takut kenyataan itu diketahui orang-orang, aku takut mereka meremehkanku saat identitasmu dikenalkan pada publik." Suaranya bergetar seolah menahan tangis.
Aku memandang kucing kecil itu yang sedang duduk menundukkan wajahnya didepanku, aku menghela nafas.
"Kemarilah...." Aku duduk lalu menepuk pinggiran kasur disebelahku.
"Duduklah disini." Pintaku saat melihat dia ragu-ragu.
Katnis mendekat kemudian duduk disebelahku, aku berbalik menghadapnya memandang wajah cantiknya yang nampak sedih.
"Apapun yang terjadi dimasa lalu itu tidak ada hubungannya denganmu, apapun masalah yang terjadi diantara orang tua kita dulu, kita tidak berhak menanggungnya."
"Kita berdua adalah korban, biarkan kesalahan masalalu itu ditanggung oleh mereka yang melakukannya, dengan kakakmu disini siapa yang berani meremehkanmu apa mereka ingin mati." Kataku sambil mengedipkan mata padanya.
"Apa kau akan memukul setiap orang yang menggangguku, apa kamu preman." Katnis melotot padaku.
"Bukankah kamu senang? Kakakmu ini akan menyingkirkan siapapun yang membuat masalah denganmu." Kataku sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Ciih...kamu memang preman !" Katnis merengut sambil merapikan rambutnya dengan kesal.
"Belikan aku makan aku sangat lapar, juga belikan camilan dan minuman aku ingin kulkas itu terisi penuh." Perintahku padanya.
"Apa kamu berencana menginap seminggu disini, kenapa aku harus mengisi kulkas dengan makanan untukmu." Protes Katnis.
"Sebagai kompensasi luka dikepalaku, orang sakit harus banyak makan agar lekas sembuh." Kataku beralasan.
"Bilang saja kamu rakus." Meski kesal dia tetap pergi untuk membelikan aku makanan.
Setelah Katnis keluar aku baru saja hendak menelpon Daniel tetapi dia sudah terlebih dahulu menelponku.
"Tuan muda ini memang sesuatu, apa menjadi viral itu menyenangkan." Suara sindirannya langsung terdengar, beserta tautan sebuah video yang dia kirim padaku.
Aku menghela nafas "Bantu aku menyelesaikannya segera ."
Dia hanya tertawa diseberang sana...
"Selidiki juga pemuda itu, dia melecehkan perempuan saat pertamakali bertemu, sepertinya ini bukan yang pertama kali pasti ada korban lainnya." Perintahku lagi.
"Tuan muda ini sudah belajar melindungi adik perempuan heh...." Katanya lagi.
"Pemuda memukul Hiro aku hanya membalasnya." Jawabku tak peduli.
