Bab 14 Pertemuan Kedua
Bab 14 Pertemuan Kedua
Saat aku masuk kamarku Hiro sudah ada disana, dia sedang berkutat dengan kertas-kertas dan buku-buku di meja belajar.
Dia hanya memandangiku sebentar lalu kembali sibuk dengan buku dan kertasnya.
Aku masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, aku berdiri cukup lama dibawah shower untuk menenangkan diri.
Hari ini emosiku sangat berantakan, keluarga ternyata adalah sebuah perasaan yang rumit.
Saat aku keluar kamar mandi Katnis sudah duduk dipinggir tempat tidur.
Untung saja karena ada Hiro dikamar, aku terpaksa berganti pakaian dikamar mandi, jadi saat keluar aku sudah rapi dengan kaos dan celana pendek.
"Ehmm...itu Ayah memintaku untuk mengajakmu ke pertemuan anak-anak kelas atas dikota, kami biasanya bertemu 3 bulan sekali untuk menjalin kerja sama dan bertukar informasi ". Kata Katnis pelan, di tampak agak sedikit takut padaku.
"Aku tahu kamu tidak ingin pergi, aku juga biasanya jarang pergi tetapi ayah menyuruhku pergi kali ini, jika kamu tak mau aku akan berpura-pura sakit untukmu." Kata gadis itu lagi, mukanya tampak serius.
Hatiku melembut melihatnya, mungkin aku marah tetapi Katnis tidak terlibat didalamnya.
Kemarahanku hanya antara aku dan ayahku, gadis kecil ini bahkan tidak layak menjadi korban.
"Bersiaplah...aku akan mengantarmu." Jawabku lembut, mata bulatnya menatapku terkejut.
"Ba..baik ". Jawabnya gugup lalu buru-buru keluar.
Aku mengambil kunci mobil dilaci kemudian melemparnya pada Hiro, dia menangkapnya dengan terkejut.
"Bersiaplah kita akan pergi bersama, gayalah yang keren aku tidak mau sopirku terlihat kampungan ". Kataku tersenyum, dia hanya berdecih lalu pergi keluar.
Pertemuan anak-anak elite itu berada di Hotel Emerald di lantai paling atas, rooftop cafe and restaurant .
Katnis duduk dengan tenang disampingku, dia sangat cantik dengan gaun sabrina selutut berwarna peach.
Sejak aku mengabaikannya Katnis seakan menjaga sikapnya didepanku, aku merasa ingin tertawa melihat kucing kecil yang mulai jinak ini.
Hiro berhenti dilobi hotel, melihat sebuah ferrari berhenti didepan mereka seorang petugas dengan segera datang membuka pintu.
"Naiklah lebih dulu, bukankah kamu tidak mau orang melihat kita bersama." Kataku sambil tersenyum mengoda.
"Aku tak peduli...huuh." Dia keluar sambil melengos.
Setelah memberi kunci mobil pada petugas Hiro dan aku menyusulnya, kami naik lift ke lantai atas.
Begitu lift terbuka terlihat suasana restaurant yang cukup ramai, banyak pemuda pemudi berpakaian mahal tampak sedang mengobrol disana sini.
Musik intrumen piano menambah suasana indah restauran terbuka ini, pengunjung dapat memandang langit dengan leluasa karena dinding dan atapnya full kaca transparan.
Pohon dan bunga-bunga ditata dengan cantik sehingga memanjakan mata.
Katnis melangkah kearah yang berbeda, dan aku memberi kode agar Hiro mengawasinya.
Kemudian aku melangkah ke meja bar dan duduk disana, bartender menawariku minuman tetapi aku menolak dan meminta minuman soda.
"Tuan muda tidak minum minuman keras rupanya." Sebuah suara yang familiar menyapa dibelakangku.
"Saat mabuk aku sedikit liar." Saat berbalik aku mendapati wajah yang aku kenal, duo tuan muda kampus royal, Kevin dan Leon.
"Seperti biasa." Kata Leon pada bertender lalu duduk disebelahku.
Kevin mengikuti duduk disebelah Leon, jika pandangan mata bisa membunuh orang aku mungkin sudah mati berkali-kali karena tatapan matanya padaku.
"Mari kita bertanding, aku dan kamu." Kata Leon tiba-tiba.
"Kamu sedang membalas dendam seseorang huh." Jawabku santai.
"Anggap saja kamu beruntung, dia tidak membereskanmu sendiri." Leon tersenyum sinis.
"Apa tuan muda Kevin tidak punya kemampuan." Sudut bibirku terangkat.
"Bukankah kamu bilang tidak mengenalku." Aku bisa merasakan aura dingin dalam suaranya.
"Ciuman pertamaku diambil, setidaknya aku harus tahu siapa orang yang mengambilnya." Kataku datar sambil tersenyum tipis melihatnya.
Aku melihat bisa gengaman digelasnya mengerat, dia menatapku seolah hendak membunuhku.
Leon melihatku dengan " Apa kamu benar-benar mau mati " tertulis diwajahnya.
Aku tertawa kecil sambil mengangkat bahuku, Kevin terpukau sejenak saat melihatku tertawa.
Aura membunuh dimatanya menghilang, sinar matanya tampak berubah tapi hanya sejenak setelah itu aura dingin kembali melingkupi kami.
"Bagaimana kamu ingin bertanding ". Tanyanya setelah diam sejenak.
"Apapun boleh, yang penting jangan berenang." Jawabku santai.
Terdengar suara Leon tertawa disebelahku ". Kamu tidak bisa berenang...ha ha ha, apa kamu tidak malu sebesar ini tidak bisa berenang ". Dia menatapku mengejek.
"Aku bukan tidak bisa berenang, hanya pernah tenggelam jadi agak phobia terhadap kolam ". Jelasku acuh.
"Ciih..pasti hanya alasan saja." Leon tampak senang mengejekku.
"Kami akan mengurus waktu dan tempatnya kamu hanya perlu datang, berikan nomermu...jangan coba-coba lari." Kata Leon mengancam.
"Bahkan jika aku ingin apa aku bisa lari? Karena seseorang hpku jatuh ditangga, itu rusak belum kuperbaiki apa kamu lupa?"
Aku tidak ingin mengunakan hp yang Daniel berikan padaku, aku ingin menggunakannya untuk hal lain.
"Ciih..kamu bersikap seperti orang miskin saja." Dia tampak kesal.
"Dengan kemampuan tuan muda....." Belum selesai berbicara sebuah keributan mengalihkan perhatianku.
