Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####4. Musuh dalam selimut

Kamar yang sangat besar dan bagus. Alexa berbinar kagum, memandangi setiap sudut ruangan kamar yang tertata apik dan bersih, serta beberapa lemari besar yang terpajang di dalam ruangan kamar itu.

Dia melangkah menghampiri lemari baju yang berisikan aneka pakaian mahal dan lemari lain yang berisikan berbagai model tas bermerek serta aksesori wanita. Matanya sangat terpukau melihat semua benda mahal dan mengilap milik Amanda yang terpajang di lemari kamar tersebut.

Jemarinya meraba kaca lemari dan memandangi semua barang di dalamnya sambil tersenyum. Ini semua terasa seperti mimpi. Bisa hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang merupakan istri seorang CEO yang kaya raya adalah suatu keberuntungan yang luar biasa. Alexa sangat gembira tanpa menyadari kedatangan Bryan yang berdiri, mematut gerak-geriknya dari belakang.

"Sayang, apakah kamu mencari sesuatu?" Sepasang tangan Bryan melingkar pelan memeluk pinggang istrinya dari belakang sehingga mengejutkan Alexa.

Jantungnya berdegup kencang tatkala tengkuknya dicium Bryan dengan sangat lembut. Matanya sejenak terpejam, menikmati sentuhan bibir Bryan yang mulai turun menciumi leher jenjang istrinya yang putih dan berbisik lirih.

"Amanda, aku mencintaimu. Aku sangat takut kehilanganmu. Andaikata malam itu kamu tidak selamat, aku pasti gila." Nada bicara Bryan terdengar sedih dan menyentuh hati.

Air mata Alexa nyaris jatuh. Kelukaan yang dirasakan pria itu seolah ikut ia rasakan. Padahal, dia bukan suaminya. Tapi mengapa ia ikut sedih dan terluka? Apa dia jatuh cinta? Pada Bryan? Itu tidak mungkin, impossible jika ia menyukai seorang pria dengan mudah setelah disakiti Marco yang dulu ia cintai setengah mati.

"Sayang, kita baru saja pulang ke rumah. Apa kamu tidak ingin mandi dulu dan berganti pakaian?" tanya Alexa canggung, mencoba mengalihkan perhatian Bryan yang seolah enggan melepaskan pelukannya dari tubuh istrinya.

"Aku merindukanmu, sayang. Biarkan aku memelukmu sebentar saja." Pelukan Bryan kian erat, membuat Alexa makin sulit untuk bergerak.

Dia hanya bisa pasrah, membiarkan Bryan tenggelam dalam hasratnya yang butuh kehangatan pelukan dari istri tercintanya.

Tok tok tok!

"Tuan! Ini saya, Jimmy."

Suara ketukan halus di pintu kamar terdengar, mengejutkan mereka berdua yang sontak saling menjaga jarak karena tak nyaman meski tak terlihat oleh Jimmy, sang asisten pribadi Bryan.

"Sebentar, sayang," bisik Bryan pada istrinya sebelum melangkah ke arah pintu kamar yang tertutup rapat.

Alexa hanya mengangguk seraya memperhatikan Bryan yang membuka pintu dari dalam kamar.

"Ada apa, Jim?" tanya Bryan ketika ia berada di hadapan Jimmy yang menunduk di depan pintu kamar.

"Itu, Tuan, mengenai kecelakaan kemarin...."

"Sst! Sebentar!" potong Bryan cepat menahan Jimmy untuk melanjutkan kalimatnya. Sejenak ia melirik ke dalam kamar, melihat istrinya yang berjalan mendekati ranjang, kemudian menutup pintu kamar itu perlahan.

"Ikut aku!" titahnya pelan.

Bibir Jimmy mengatup rapat dan mengangguk. Lalu mengikuti langkah kaki bosnya yang berjalan cepat menuju sebuah ruangan yang cukup jauh dari kamar di mana Alexa berada.

Ruangan itu merupakan ruangan pribadi milik Bryan yang ia gunakan sebagai ruangan kerjanya. Di sana, mereka berdua tampak serius membicarakan hal yang tadi sempat tertunda.

"Lanjutkan apa yang kau katakan tadi!" perintah Bryan penasaran.

"Itu, Tuan, saya sudah memeriksa ulang penyebab rem blong di mobil Anda kemarin. Menurut ahli teknisi, rem mobil Anda besar kemungkinan sengaja diputus seseorang untuk mencelakai Tuan dan Nyonya," jelas Jimmy tanpa ragu.

"Saya juga sudah cek rekaman CCTV yang ada di setiap rumah. Namun tidak menemukan seseorang yang mencurigakan sebagai pelakunya. Sepertinya si pelaku sangat profesional dan hapal dengan seluk-beluk rumah, Tuan," lanjutnya lagi.

"Hmm..., jadi menurutmu ada musuh dalam selimut yang tinggal bersamaku saat ini?" selidik Bryan mencoba memikirkan siapa orang yang diduga sebagai musuhnya itu.

"Aku juga kurang tahu, Tuan. Untuk mengetahuinya, kita harus menyelidiki setiap penghuni rumah ini," ucap Jimmy setengah berbisik.

"Oke, tugas itu kuserahkan padamu. Selidiki semua penjaga, tukang kebun, dan pelayan yang bekerja di rumah ini tanpa terkecuali termasuk istriku sendiri," perintah Bryan pelan namun tegas hingga mengejutkan Jimmy.

"Ma-maksud Tuan? Nyonya Amanda?" Mata Jimmy membelalak tak percaya jika bosnya juga mencurigai istri yang sangat ia cintai terlibat dalam kasus kecelakaan itu.

"Entahlah, aku tak tahu mengapa Amanda jadi terasa asing setelah kecelakaan itu," ungkap Bryan tampak gundah gulana.

"Tuan, Nyonya Amanda tidak mungkin mengkhianati Anda. Dia juga korban, bukankah Anda ingat, malam itu Nyonya memaksa ikut dengan Anda. Jika nyonya terlibat, dia tidak mungkin mau ikut bersama Anda malam itu." Jimmy berusaha membela istri Bryan yang ia duga tidak mungkin terlibat dalam pembunuhan yang bermotif kecelakaan berencana itu.

"A-aku, aku bingung, Jim. Sejak kita dapat proyek besar dari perusahaan milik Tuan Johnson, begitu banyak masalah yang muncul. Apalagi pertemuanku dengan Harry cukup mencurigakan. Amanda seolah sudah mengenal Harry sebelumnya," ujar Bryan mengumbar rasa curiga dan cemburu yang sempat timbul di hatinya sebelum malam kecelakaan itu.

Dia belum lupa bagaimana ekspresi Amanda ketika mendengar Bryan ada temu janji dengan Harry di restoran. Amanda begitu gembira dan bersemangat dan memaksa untuk ikut meskipun Bryan sudah melarangnya. Entah apa yang ada dalam benak Amanda saat itu. Padahal biasanya, Amanda tidak suka ikut campur dalam urusan pekerjaannya.

"Saya tidak yakin Nyonya Amanda mengkhianati Tuan. Tapi jika tuan memaksa, saya akan coba selidiki," ujar Jimmy pelan.

"Hmm, pergilah! Cari tahu, apa hubungan Harry dengan Amanda, istriku!" ucap Bryan mengepalkan tangannya gemetar menahan geram. Hatinya sangat curiga, ada sesuatu yang disembunyikan istrinya dengan Harry.

"Baiklah. Kalau begitu saya pamit dulu, Tuan." Tubuh Jimmy sedikit membungkuk memberi hormat. Lalu bergegas keluar ruangan kerja itu meninggalkan bosnya yang hanya terpaku diam duduk di balik meja kerja.

"Hhh..., Amanda, aku harap kamu tidak berkhianat padaku," rintih Bryan mengusap wajahnya dengan kasar.

Jemarinya bergerak meraih sebuah figura foto yang terpajang di atas meja kerjanya. Bibirnya tersenyum getir menatap foto dirinya dan istrinya Amanda yang terlihat berpelukan mesra dan tersenyum bahagia dalam balutan baju pengantin.

"Kamu pasti tahu, sayang, aku sangat mencintaimu," desah Bryan berucap lirih membelai foto itu dengan lembut.

Sejenak matanya terpejam, lalu memeluk figura itu erat. Wajah Amanda yang cantik dengan senyumannya yang memikat hati sejenak melintas dalam ingatannya. Namun, senyuman itu tak lagi terlihat sejak kecelakaan itu.

"Sayang, kamu di sini? Aku kebingungan mencari mu sedari tadi." Suara Alexa yang menegurnya dari arah pintu, membuat Bryan membuka matanya pelan.

Matanya menatap tajam pada sosok istrinya yang melangkah masuk ke dalam ruangan kerja sambil melemparkan senyuman tipis yang jelas berbeda.

''Amanda-ku sudah berubah. Senyumnya tak ceria seperti biasa dan tak lagi manja. Dia yang sekarang sangat kaku dan tegang.' Batin Bryan berkecamuk, mencoba menguasai hati dan pikirannya yang diliputi keraguan akan kesetiaan istrinya.

Benarkah Amanda ada hubungan tertentu dengan Harry?

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel