
Ringkasan
Alexa, seorang agen narkotika yang menjadi buronan polisi, akhirnya tewas di tangan kekasihnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Amanda, seorang istri CEO yang meninggal karena kecelakaan misterius. Dalam tubuh Amanda, Alexa bertekad membalas dendam pada Marco, mantan kekasihnya, sekaligus mencari tahu penyebab kematian Amanda yang dianggap janggal. Namun, di tengah dendam yang membara, Alexa justru jatuh cinta pada Brian, sang CEO tampan yang tak lain adalah suami Amanda. Hingga suatu ketika, Brian menyadari bahwa jiwa istrinya telah berganti dengan jiwa wanita lain. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah Alexa berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Alexa mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Amanda setelah dirasuki jiwa Alexa? Ikuti terus kisah nya dinovel ini yuk...
#####1. Kecelakaan membawa maut
MALAM ITU DI PINGGIRAN IBUKOTA
Di sebuah gang sempit di kawasan kumuh, seorang wanita berparas cantik mengenakan pakaian serba hitam tampak santai menikmati sebatang rokok, bersandar di dinding sebuah bangunan yang tidak berpenghuni.
Raut ketakutan sedikit pun tidak terlihat di wajahnya yang rupawan, meskipun suasana malam tampak kelam dengan cahaya lampu jalan yang temaram. Beberapa menit berlalu, dua orang pria dengan tubuh tegap muncul dari ujung jalan, melangkah cepat menghampiri tempat wanita itu berada.
Wanita itu membuang puntung rokok yang hampir habis ke tanah, memadamkannya dengan ujung sepatu kets yang dikenakannya, lalu mengalihkan pandangan menatap kedua pria yang semakin mendekat.
Sorot matanya menyipit tajam, berupaya mengenali kedua sosok pria itu. Ia mengenali seorang pria, namun tidak dengan pria yang lainnya.
"Di mana barangnya?" tanya pria yang dikenali wanita itu dengan nada dingin.
"Berikan dulu uangnya!" pinta wanita itu tak kalah dingin, sembari mengulurkan tangan ke arah pria yang bertanya.
"Jangan main-main, Alexa. Aku sudah mentransfer sejumlah uang ke rekening Marco." Pria itu tampak geram, rahangnya mengeras, menatap tajam wanita bernama Alexa.
Alexa tertawa kecil, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh pria tegap yang kini berdiri di hadapannya.
"Hehehe... Kau pasti tahu motto pebisnis David, ada uang ada barang, semua orang juga bisa mengatakan uangnya sudah ditransfer. Aku perlu bukti, David. " ejek Alexa seraya menyeringai sinis kepada pria bernama David.
Tangan kekar David tiba-tiba mencengkeram jaket Alexa, menarik wanita itu maju beberapa sentimeter.
"Katakan! Di mana kau sembunyikan barang itu?!" desak David dengan nada yang kian berang.
Alexa hanya tersenyum licik tanpa menjawab ucapan David.
"Kau jangan main main dengan ku Alexa. "ancamnya dengan tegas.
Bibir Alexa bergetar ketika hendak berbicara, namun suara sirene mobil polisi yang melengking secara spontan mengejutkan mereka bertiga.
"Polisi?!" Mereka bertiga sontak panik.
"Sialan! Kau sengaja menjebak kami, hah?!" tuding David dengan berang.
"Kau kira kami bodoh? Ini semua pasti sudah diatur Alexa untuk menjebakku."
Wajah Alexa menjadi tegang. "Mengapa polisi bisa mengetahui lokasi rahasia tempat kita biasa bernegosiasi? Pasti ada yang berkhianat."
"Lepaskan!" Alexa menyentakkan tangan David hingga cengkeramannya terlepas dari jaket Alexa.
Tanpa membuang waktu, "Cepat lari!" seru Alexa mengingatkan David dan temannya yang masih tercengang melihat Alexa bisa lolos.
Tubuh rampingnya bergerak cepat, melompati pagar tembok yang tinggi, meninggalkan David dan temannya yang terkesima melihat gerakan lincah Alexa melarikan diri terlebih dahulu. Suara peluru pun menggema diudara.
"Doar... Doar.... Doar....!!!
"Angkat tangan! Jangan bergerak!" perintah beberapa orang polisi yang berjalan perlahan mendekati mereka sambil mengacungkan pistol.
David dan temannya tertegun, diam tak bisa bergerak. Hanya pasrah saat diborgol oleh polisi yang telah mengepung mereka berdua.
Sementara itu, Alexa telah melarikan diri dengan sepeda motor Ninja R-12 miliknya yang ia sembunyikan tidak jauh dari lokasi tersebut. Dua unit mobil polisi terlihat mengejarnya dari belakang. Aksi kejar-kejaran di jalan raya pun tak terhindarkan. Dengan lincah, Alexa berhasil menyalip di antara dua buah truk besar yang melaju dari arah berlawanan.
Tiba-tiba, sebuah truk besar muncul dari persimpangan jalan raya. Alexa terkejut, namun tidak sempat menghindar. Akibatnya, tubuhnya terlempar sejauh sepuluh meter. Alexa terguling dan terhempas dengan keras di atas permukaan aspal. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka yang mengeluarkan banyak darah.
Darah segar dan kental merembes perlahan dari kepalanya yang bocor akibat benturan dengan aspal. Alexa terbatuk, mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Perlahan, pandangan matanya mulai mengabur dan menjadi gelap, tubuhnya seolah melayang hendak meninggalkan raganya.
Sebelum ajal menjemput, Alexa masih sempat melihat bayangan seorang pria yang sangat ia kenali.
"Marco!? Kau...!" Tangannya terjulur lemah, menunjuk dengan marah ke arah sosok pria yang kini semakin mendekat dan berjongkok menatapnya dengan sorot mata tajam.
Seringai sinis terukir samar di bibir pria itu yang kemudian berbisik pelan di telinganya.
"Selamat jalan, Alexa sayang, matilah kau dengan tenang! Hahaha..." Pria yang dicintai Alexa itu tertawa kecil lalu mengabaikan Alexa dan pergi begitu saja, meninggalkan rasa dendam yang mendalam di hati Alexa. Dia tak menyangka ternyata Marco kekasihnya sendiri yang telah berkhianat.
"Aku akan membalas dendam. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang! Mar-co..." Penggalan kalimat itu mengantarkan jiwa Alexa yang bersiap untuk meninggalkan jasadnya.
Matanya perlahan terpejam dan mengembuskan napas terakhirnya, membawa sejuta dendam dan kemarahan. Alexa menemui ajal dalam keadaan mengenaskan. Ia pun akhirnya mati ditempat kejadian. Saat napasnya terhenti, seberkas sinar kecil keluar dari ubun-ubun kepala Alexa, berputar-putar sejenak di atas kepala pria yang disebut Marco, lalu melesat terbang ke angkasa, entah ke mana perginya.
DI TEMPAT LAIN PADA WAKTU YANG SAMA
"Dokter Zyan, denyut nadinya mulai melemah!" seru Dokter Loly dengan panik.
"Siapkan defibrilator, tambahkan oksigen!" perintah Dokter Zyan sembari berlari memeriksa denyut nadi seorang pasien wanita yang terbaring tidak sadarkan diri di ruang gawat darurat.
"Lakukan tindakan resusitasi jantung paru!" titahnya lagi kepada Dokter Loly yang tampak pucat, hampir tidak dapat menahan tangis karena detak jantung wanita itu mulai menunjukkan garis lurus pada alat defibrilator.
"Ayolah, Nyonya Amanda, bertahanlah! Anda harus hidup!" pinta Dokter Loly dengan suara bergetar.
Keringat dingin membasahi dahi Dokter Loly yang berusaha keras menekan dada pasien wanita itu dengan kuat. Sekali, dua kali, hingga tiga kali, tidak ada reaksi dari wanita bernama Amanda. Segala upaya resusitasi jantung dan paru yang ia lakukan seolah tidak berarti apa-apa.
Rasa putus asa menghantui Dokter Loly dan Dokter Zyan yang bertugas di ruang gawat darurat pada hari itu. Wajah mereka memucat ketika alat defibrilator mengeluarkan bunyi panjang, menandakan denyut nadi Amanda telah berhenti.
Dokter Zyan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menyenter kedua bola mata Amanda untuk memastikan kondisinya. Tubuh Dokter Zyan terasa lemas, diikuti oleh Dokter Loly yang seolah kehilangan tenaga.
Dokter Loly perlahan meneteskan air mata. Ia merasa gagal menyelamatkan jiwa pasiennya di tahun pertama ia menjabat sebagai dokter bedah.
Tanpa mereka sadari, seberkas sinar kecil yang merupakan jiwa Alexa, menyusup masuk ke ubun-ubun kepala pasien wanita bernama Amanda, memberikan sebuah keajaiban.
Bunyi defibrilator yang kembali menyala mengeluarkan suara denyut nadi dari tubuh Amanda yang sebelumnya telah divonis tidak bernyawa, membuat kedua dokter tersebut terkejut dan melonjak kaget.
Dokter Loly bergegas menghampiri alat defibrilator, sementara Dokter Zyan kembali memeriksa denyut nadi pasien wanita itu dengan cepat. Setelah melakukan pemeriksaan di seluruh tubuh pasien, kedua dokter muda itu akhirnya dapat bernapas lega.
"Ini adalah suatu keajaiban. Mari kita rahasiakan hal ini demi kebaikan kita berdua," ucap Dokter Zyan yang akhirnya dapat tersenyum.
Dokter Loly mengangguk, menyeka air mata yang sempat jatuh karena terharu dengan mukjizat yang tergolong langka itu.
"Kabarkan kepada keluarganya bahwa Nyonya Amanda berhasil melewati masa kritisnya," titah Dokter Zyan.
"Baik, Dok!" jawab Dokter Loly dengan bersemangat.
Di ruang tunggu, di luar ruang gawat darurat, seorang pria berusia sekitar 35 tahun berpakaian bagus, namun tampak kotor dan kusut, dengan tubuh penuh darah dan luka, terlihat...berlari menyongsong kemunculan Dokter Loly yang baru saja keluar dari ruang gawat darurat.
Wajahnya yang tampan dengan rahang tegas serta sepasang mata hitam legam dengan alis mata tebal, tampak sayu memancarkan kecemasan yang mendalam. Pria itu menatap Dokter Loly dengan penuh harap.
"Ba-bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanyanya dengan suara lemah dan bergetar, berusaha tetap tegar menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Anda Tuan Bryan?" tanya Dokter Loly sambil mengerutkan dahi, memperhatikan kondisi tubuh pria bernama Bryan yang merupakan suami dari wanita bernama Amanda
"Iya, saya suaminya," jawabnya dengan suara yang semakin melemah.
"Istri anda selamat. Namun..."
BRUK!
Tiba-tiba tubuh Bryan limbung dan roboh di hadapan Dokter Loly.
"Tolong! Dokter, suster! Ada yang terluka!" teriak Dokter Loly panik seketika.
BERSAMBUNG
