#####5. Mencari pembunuh Alexa
Ruangan kerja milik Bryan terlihat luas dan sangat bagus. Alexa menatap sekeliling ruangan itu dengan saksama. Gerak-geriknya yang tampak aneh dan merasa asing dengan ruangan kerja itu, terpantau dengan jelas oleh Bryan yang tak berkedip menatap tingkah istrinya sedari tadi.
"Kenapa, apa kamu merasa ada yang berubah dengan ruangan ini?" selidik Bryan curiga.
"Oh, tidak. Aku hanya merasa ruangannya ini sedikit berdebu karena jarang dibersihkan," jawab Alexa bohong. Tanpa disadari Alexa, jika Bryan sedang mengujinya.
Ruangan kerja pribadinya itu memang jarang dibersihkan, sebab hanya orang tertentu saja yang boleh masuk dalam ruangan itu. Amanda, Jimmy, juga Brenda, cuma tiga orang yang ia izinkan masuk. Sebagai sekretaris pribadi dan salah satu orang kepercayaannya, Brenda lah yang bertugas membersihkan ruangan kerja miliknya itu jika disuruh oleh Bryan.
"Iya kah? Mungkin aku harus menyuruh Brenda untuk membersihkan ruangan ini," ucap Bryan santai.
'Brenda? Perempuan itu cukup mencurigakan. Aku harus berusaha membuat ia jauh dari Brayn.' Alexa merenung sejenak lalu menggelengkan kepala perlahan.
"Sayang, masalah debu ini kamu tak perlu menyusahkan Brenda. Dia pasti sangat sibuk. Kenapa kamu tidak menyuruh pelayan yang lain saja?" Alexa memberi usul yang ditanggapi Bryan dengan senyuman kaku.
"Itu tidak mungkin, kamu pasti tahu kalau dari dulu ruangan ku ini tidak sembarangan orang yang bisa masuk. Apa kamu sudah lupa itu, sayang?!" selidik Bryan.mencurigai sikap istrinya yang seperti orang lupa ingatan semenjak kecelakaan itu.
Sudah terlalu banyak hal aneh yang ia perhatikan dari gerak-gerik istrinya Amanda. Biasanya dia manja dan hangat serta kurang teliti dengan kebersihan. Apalagi Amanda dan Brenda cukup dekat, namun saat di rumah sakit Amanda terlihat kaku dan tidak banyak mengobrol dengan Amanda.
"Ruangan ini biasanya diurus oleh Brenda. Dialah yang bertugas membersihkannya setiap hari." Pancing Brayn , dia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi antara istrinya dengan Brenda.
"Mulai hari ini aku yang membersihkan. Kamu tak perlu menyuruh Brenda lagi!" sahut Alexa cepat.
"Kenapa? Apa kamu ada masalah dengan Brenda?" Bryan makin penasaran.
"Ti-dak. A-aku hanya ingin kamu tidak terlalu dekat dengan Brenda," jawab Alexa gugup kehabisan kata untuk membuat alasan yang tepat.
Senyuman manis terukir di bibir Bryan. Ia pun menghampiri Alexa merentangkan tangannya lebar, membawa tubuh Alexa dalam dekapannya yang hangat.
"Akhir-akhir ini kamu jadi sensitif sekali, sayang. Padahal, sebelum kecelakaan kamu tidak begini. Apa kamu cemburu pada Brenda?" Ucapnya lembut memandang wajah istrinya dalam.
Debaran jantung yang kuat kembali menggetarkan hati Alexa. Entah mengapa, setiap kali pria itu memberi sentuhan di setiap anggota tubuhnya, dirinya seolah kehilangan jati dirinya yang kaku dan tak romantis sama sekali. Alexa nyaris tenggelam dan larut dalam kehangatan cinta Bryan yang ia ketahui diperuntukkan untuk istrinya Amanda.
"Dibandingkan Brenda, aku lebih cemburu pada istrimu, Amanda." Batin Alexa terbakar sendiri.
"A-aku...," Alexa tercekat.
Kalimatnya terhenti tatkala sinar mata Bryan meredup dan perlahan mendekatkan wajah hendak menciumnya. Refleks, ia memalingkan wajahnya ke samping menghindari ciuman yang diberikan Bryan. Suatu hal yang ia sesali kemudian, ketika ia menyadari wujudnya saat ini ada dalam tubuh .
"Sayang, ma-maafkan aku," Alexa jadi salah tingkah.
Ia menyesali sikapnya barusan telah menolak ciuman yang diberikan Bryan. Bukan karena ia munafik, namun ia belum siap mengkhianati wanita bernama Amanda yang telah ia pinjam jasadnya itu. Bryan masih tertegun dengan perubahan sikap istrinya yang sangat drastis. Rasa curiganya akan hubungan Amanda dengan pria lain semakin besar. Rahangnya mengeras, menahan emosi yang mulai tumbuh di hatinya.
"Aku mau pergi sebentar. Tinggallah di rumah! Jangan kemana-mana! Istirahatlah!" ucapnya dingin, kemudian bergegas keluar ruangan kerja itu meninggalkan Alexa yang hanya termangu menatap kepergiannya yang penuh kemarahan.
''Bodoh! Kau memang bodoh, Alexa. Amanda sudah mati. Harusnya, kau biarkan saja dia mencium mu. Saat ini kamu adalah Amanda! Dia takkan pernah tahu itu, dasar tolol!'' umpat Alexa dalam hati mengutuk kebodohannya sendiri.
''Tapi... ini adalah kesempatanku. Mumpung dia pergi, aku akan coba mencari tahu siapa yang telah mengkhianati ku malam itu. Aku yakin, pengkhianat itu bekerjasama dengan supir truk yang telah menabrak ku. Marco, aku harus menemuinya!'' seringai sinis menyeruak di bibir Alexa.
Sejenak ia memperhatikan setiap sudut ruangan kerja Brayn dengan seksama. Ada dua buah CCTV yang ia lihat terletak di sudut plafon, membuat Alexa waspada diri. Salah sedikit saja, itu bisa berbahaya untuk dirinya. Dia harus berhati-hati agar Bryan tidak menaruh curiga padanya.
''Lebih baik aku segera keluar dari ruangan ini. Ini sangat berbahaya. Pria itu, bisa berbalik mencurigai ku,'' gumamnya dalam hati.
Alexa bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan berjalan cepat menuju kamarnya tadi untuk mengganti pakaian. Ia bertekad untuk menemui Marco hari itu juga.
Hingar bingar suara musik bernada cepat, terdengar menghentak dalam sebuah diskotek di sudut kota malam itu. Ramainya pasangan muda mudi yang tengah berdisko serta dalam keadaan setengah mabuk minuman terlihat disetiap sudut ruangan diskotik yang temaram dengan cahaya lampu kelap kelip.
Penampilan Alexa yang biasanya tomboi, malam itu terlihat berbeda. Dia sengaja mengenakan pakaian yang agak seksi sehingga mengundang sorotan banyak pria hidung belang yang sering berkumpul mencari mangsa disana demi sebuah kehangatan semu.
Alexa yang berpakaian merah menyala dengan warna lipstik yang sama, terlihat sangat sensual dan menggoda.Ia melenggok mengitari ruangan diskotik dan berjalan gemulai menuju sebuah ruangan yang ia ketahui sebagai tempat berkumpulnya para pengunjung VIP.
Langkah kakinya kadangkala terganggu oleh beberapa pria iseng yang kagum akan kecantikan dan lekuk tubuhnya, namun Alexa yang sudah terbiasa dengan dunia malam, punya beribu cara untuk menjauhi para pria itu dengan taktiknya sendiri.
Didepan sebuah pintu ruangan VIP yang ia ketahui sering di booking Marco untuk bersenang-senang, langkah kaki Alexa terhenti. Telinganya merapat ke daun pintu, mencoba mendengarkan suara orang yang ada dalam ruangan tersebut.
Suara tawa seorang pria diselingi cekikikan perempuan, terdengar samar namun bisa dipastikan oleh Alexa. Suara itu milik Marco, sang kekasih yang ia curigai menjadi dalang kematiannya.
KRIEETT...
Dengan sengaja Alexa mendorong pintu ruangan itu dengan tubuh pura-pura limbung seperti orang mabuk.
"Aarrgh...!" Jerit Alexa terhuyung dan nyaris menjatuhkan dirinya ke pangkuan Marco yang langsung kaget melihat seorang wanita cantik menerobos masuk dan nyaris menimpanya.
GLEK!
Marco menelan ludahnya saat tonjolan dada yang tersembul sedikit dari balik pakaian Alexa terpampang nyata dimatanya.
"Ough! Ma-maaf! Aku salah masuk ruangan!" ujar Alexa lembut, mengumbar senyuman mautnya yang membuat hati Marco sang casanova jadi berdebar tak menentu.
Wajah cantik milik Amanda yang saat ini dipergunakan Alexa untuk memikat Marco, berhasil membuat pria pecinta wanita cantik itu jadi berdebar-debar menahan hasratnya yang tergoda oleh pesona kecantikan Amanda.
Alexa bergegas hendak pergi, namun tangannya terlanjur ditarik Marco hingga ia tersentak dan duduk di samping pria itu. Bau alkohol yang tercium dari mulutnya merebak saat bibirnya mendekat dan berbisik ke telinga Alexa.
"Kau tak akan bisa pergi begitu saja. Kau sudah salah masuk kandang." Seringai Marco menenggelamkan wajahnya di leher jenjang Alexa yang sulit bernapas ketika tangan Marco yang nakal mulai menjelajahi lekuk tubuhnya yang seksi.
Bagaimana nasib Alexa selanjutnya?
BERSAMBUNG
