Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pergi ke Kantor Polisi

Cataleya tercengang. Tak mengira jika perkataannya barusan membuat kedua anak berumur lima tahun ini kepikiran. Dia memang sengaja menekankan kata 'pusing' agar pria asing itu dapat segera pergi dari sini.

Setelah berkata demikian Milo buru-buru melangkah. Namun, Cataleya dengan gesit menahan tangannya.

"Eits, siapa yang suruh keluar? Duduklah di sofa, di luar masih hujan!" seru Cataleya, mendadak cemas. Meskipun tidak mengenal kedua anak ini, tapi tetap saja dia tidak bisa membiarkan Milo dan Mika berada di luar sana.

Milo dan Mika saling lempar pandang sejenak.

"Tadi kata Mama kedatangan kami membuat Mama pusing, jadi mending Mika sama Bang Milo pelgi saja dali sini," kata Mika, perlahan air mata mulai mengalir.

Milo, yang melihat adiknya menangis, tampak sangat terkejut. Cataleya pun juga membelalakan mata lalu dengan cepat merendahkan tubuh, setelah itu mengusap air mata Mika sambil menatap sendu bocah perempuan itu.

"Aku hanya asal sebut tadi, jangan dimasukkan ke hati, sekarang duduk ya dan berteduhlah dulu di sini sampai hujan reda," ucap Cataleya dengan nada lembut sekarang.

Mika tiba-tiba mengedipkan mata berulang kali. "Benalkah? Jadi Mama nggak pusing gala-gala ada kami."

Cataleya mengangguk cepat. "Iya,  sekarang duduk, aku harus mengusir pria asing ini,"katanya lalu melirik pada sosok itu, saat matanya bertemu, mata Cataleya langsung berubah tajam.

Sosok itu hanya diam saja, memperhatikan interaksi Mika dan Milo sejak tadi.

"Hole, telima kasih Mama." Tanpa melihat ekspresi Cataleya, Mika langsung memeluk Cataleya.

Lagi, Cataleya termangu-mangu dibuatnya. Sesuatu yang hangat menembus dadanya sekarang. Tanpa sadar dia tersenyum kecil.

"Sudah, sekarang duduk," perintah Cataleya.

Mika dan Milo mengangguk patuh lalu kembali ke tempat semula. Cataleya segera bangkit berdiri kemudian memandang ke arah pria asing tersebut.

"Kau ini sebenarnya siapa sih? Kalau tidak kenal sama mereka, pergi saja dari rumahku sekarang! Aku tidak menerima pria mesum yang datang-datang ke rumahku dalam keadaan telanjang bulat! Pergi sekarang sebelum aku mengeluarkan jurus kungfu pandaku ini hah!"

Dengan asal Cataleya memasang kuda-kuda, entah benar atau tidak, yang penting beraksi saja dulu. Walaupun sebenarnya Cataleya mulai takut. Sebab tubuh lelaki itu sangatlah kekar dan tinggi darinya, hingga Cataleya hampir gagal fokus dengan roti sobek yang terpampang di depan matanya sejak tadi.

Namun, lelaki itu tak memberi respons malah memegang kepalanya sambil merintih kesakitan.

"Aku ...." Belum sempat sosok itu menjawab, dia tiba-tiba ambruk di tempat.

"Eh!" Mata Cataleya kembali melebar, ketika melihat pria itu malah pingsan. Milo dan Mika pun terlihat terkesiap.

Masih bersikap waspada, Cataleya tampak cemas. "Hei, bangun! Jangan pura-pura pingsan kau!"

Tak ada sahutan, kepanikan Cataleya semakin muncul kala melihat ada sedikit bercak darah di kepala pria itu. Untuk memastikan hal itu, menggunakan kaki kanannya, Cataleya menendang sedikit kaki pria tersebut.

"Heh, benar-benar pingsan."

Diliputi rasa iba lagi, dengan sekuat tenaga Cataleya menyeret pria asing itu ke arah sofa kemudian membaringkannya di situ.

"Fiuh, berat sekali, makan apa sih orang ini," kata Cataleya dengan napas ngos-ngosan. Menatap pria itu sedang tergolek di sofa.

"Mama, Om ini siapa?"

Pandangan Cataleya seketika teralihkan dengan Mika yang tiba-tiba berdiri tepat di sampingnya sekarang.

"Entahlah, aku juga tidak tahu, sepertinya pria jahat, sekarang duduklah di sofa, kalian pantau pria ini, kalau sudah siuman, cepat panggil aku! Aku mau masak sebentar di dapur," perintah Cataleya kemudian. Cataleya berencana membuatkan Milo dan Mika makanan sebelum dia mengantarkan kedua bocah itu ke kantor polisi nanti kalau hujan sudah reda.

Mika tiba-tiba memasang sikap waspada. Pipinya langsung menggembul dan sekarang melipat tangan di dada sambil menatap tajam pria itu dengan mata bulatnya.

"Okidoki, selahkan sama Mika! Nanti kalau Om ini macam-macam Mika selang pakai julus handalan Mika!"

Melihat tingkah Mika, tanpa sadar Cataleya tersenyum lebar. Kehadiran Mika memberi angin segar baginya.

"Oke, duduk dari atas sofa saja lihatnya, aku pergi ke dapur dulu." Cataleya mengelus pelan kepala Mika. Lalu melenggang pergi dari situ.

Meninggalkan Mika bergeming di dekat sofa tanpa mengalihkan pandangan dari pria asing itu.

"Mika, mengapa menangis tadi?" Milo tiba-tiba mendekat dan berdiri di samping Mika. Sejak tadi dia tak membuka suara, hanya duduk di belakang, memperhatikan diam-diam interaksi Mika dan Cataleya.

Milo penasaran, mengapa adiknya tiba-tiba meneteskan air mata tadi?

Mika menoleh ke samping, masih dengan tangan terlipat di depan dada. Sebelum berkata dia melirik ke arah Cataleya sekilas. Di mana wanita itu tengah sibuk membuka isi kulkas.

"Hihi, tadi Mika akting, bial kita tidak kena usil, Mika tidak mau lali-lali telus, bagaimana akting Mika tadi, bagus tidak Bang," ucap Mika, tersenyum penuh kemenangan.

Ternyata oh ternyata. Milo hanya membalas dengan memutar mata malas sesaat. Dia juga berakting tadi, tapi tidak sampai mengeluarkan air mata palsu.

"Hm, pantas saja, ya bagus, kau pantas mendapatkan penghargaan sebagai artis papan dari bawah," kata Milo dengan muka datarnya.

"Hah?" Sontak perkataan Milo, membuat Mika melongo sejenak. "Kenapa jadi altis papan dali bawah, Bang?"

"Ya, tidak mungkin dari papan atas, kan kita tidak punya siapa-siapa, sudahlah sekarang duduk, kita pantau orang ini dari sofa, jangan sampai gara-gara dia kita diusir," kata Milo. Membuang napas kasar selanjutnya.

Sekarang, Mika menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya juga sih, oke deh!" Setelah itu, kedua bocah itu kembali ke posisi semula. Memantau sosok itu dari jarak dua meter. Namun, baru saja dua menit, keduanya tiba-tiba menguap dan perlahan menutup matanya.

Kaki Mika berada tepat di wajah Miko sekarang. Sementara Milo memeluk kaki Mika seperti bantal guling.

Cataleya yang sedang memasak sesekali melirik ke ruang tamu, melihat Milo dan Mika ternyata sudah terlelap dengan posisi tidur yang lucu.

Cataleya malah tertawa rendah sejenak. "Astaga, benar-benar tidak bisa dihandalkan, ah sudahlah, sebaiknya aku segera masak."

Cataleya pun kembali melanjutkan kegiatannya. Demi menghemat uang, dia terpaksa memasak sup ala kadarnya. Entah enak atau tidak, Cataleya tak peduli, sebab dia memang tidak terampil dalam memasak.

Tak lama, tiga buah mangkuk sup tersedia di atas meja ruang tamu. Kepulan asap mengepul di udara membuat tidur Mika dan Milo terganggu, kala aroma sedap menusuk-nusuk hidung mereka sekarang. Masih memejamkan mata keduanya mengendus-endus lalu perlahan-lahan membuka mata.

Mungkin sudah terbiasa dengan posisi tidur, keduanya segera mengubah posisi badan dengan raut wajah tidak terkejut. Pandangan Mika dan Milo seketika terpusat pada Cataleya yang saat ini duduk di dekat mereka sambil memandang tajam pada sosok asing di depan sana.

"Makanlah, sebentar lagi kita pergi ke kantor polisi," ucap Cataleya, tanpa menoleh ke samping.

Membuat Mika dan Milo saling pandang sesaat. Keduanya enggan menanggapi, karena diserang lapar, secepat kilat mereka turun dari sofa kemudian duduk di dekat meja.

"Selesai aku mandi dan makan, kau juga ikut dengan kami, kalau kau benar-benar hilang ingatan, carilah keluargamu, siapa tahu saja mereka menunggu kedatanganmu sekarang," kata Cataleya lagi.

Tadi pria asing itu mengatakan dirinya sendiri tidak tahu asal usulnya. Dia hilang ingatan!

"Hmm, iya, aku juga berencana datang ke sana, tapi aku benar-benar tidak berniat jahat dengan kalian kok, aku juga heran mengapa kakiku tiba-tiba berhenti tepat di halaman rumahmu tadi," kata pria itu, dengan kening berkerut kuat, sambil sesekali melirik Mika dan Milo mulai menyantap hidangan.

Dia sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi padanya. Ingatan terakhirnya, dia menemukan dirinya terbaring di dekat selokan, dengan pakaian sobek dan mengeluarkan asap, seperti terbakar. Hal itu lah yang membuat dia datang dalam keadaan telanjang bulat tadi.

Cataleya menyipitkan mata. Memperhatikan tubuh pria di hadapannya ini memang penuh dengan luka-luka. Entah bohong atau tidak, dia tak menangkap adanya kebohongan dari mata pria asing ini sejak tadi.

"Terserah kau saja! Tapi tetap saja kau mesum, bagaimana mungkin kau dengan entengnya bertelanjang bulat begitu di depan orang yang tidak kau kenal? Apa jangan-jangan kau memang pria mesum hah?!" kata Cataleya, mengintrogasi sang lawan bicara.

Pria itu menghela napas kasar sejenak. "Aku kan masih ling-lung, setengah sadar dan tidak. Sudah jangan dibahas lagi, hujan sudah reda, apa kita tidak jadi ke kantor polisi? Kalau jadi berikan aku pakaian sekarang, atau kau senang melihat badanku ini dari tadi huh? Aku tahu, aku ini seksi," ujarnya sambil menyeringai tipis.

Mendengar tanggapannya, Cataleya melototkan mata.

"Ck, tidak usah kegeeran kau! Aku hanya sedang mengamati luka-luka di tubuhmu itu tahu! Enak sekali kau mengatur-atur aku! Memangnya aku siapa kau?!"

"Mungkin saja kau benar-benar istriku kan, bisa saja kau pura-pura tidak mengenaliku. Rasanya sangat aneh, dari semua rumah, rumah ini yang kusinggahi," katanya dengan raut wajah datar.

Jarak rumah Cataleya dan antar rumah warga di desa itu tidaklah dekat. Sosok itu pun keheranan mengapa kakinya malah melangkah ke sini tadi.

"Eh jangan asal bicara kau! Istri apanya, berciuman saja aku tidak ...."

'Lea, ingat dia orang asing!' Cataleya tiba-tiba membekap mulutnya sendiri karena hampir oversharing pada lelaki asing.

Pria itu mengangkat alis mata kiri sedikit. "Tidak apa?"

Cataleya enggan menanggapi, buru-buru melengoskan muka dengan pipi bersemu merah. Karena dia memang sempat mencuci mata tadi. Kemudian Cataleya bergegas melangkah masuk ke kamar dan segera mencari pakaian miliknya yang cocok untuk pria aneh itu.

'Pria ini benar-benar menyebalkan dan sangat berbahaya!' gerutu Cataleya sambil mencari pakaian yang pas untuk pria asing itu.

Selang beberapa menit kemudian, tepatnya pukul delapan pagi, Cataleya, pria asing itu, Mika dan Milo sudah sampai di kantor polisi.

"Apa-apaan ini?! Aku tidak mau tahu coba cari daftar orang hilang dalam beberapa hari ini?!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel