Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kekesalan di Kantor Polisi

"Tidak ada Nona." Dengan enteng sang Sherif Department Solvang pun menjawab.

Padahal pria ini sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di kantor mungil ini, hanya diam saja dan mendengarkan laporan Cataleya tentang sang penculik, dan penjelasan dari Milo dan Mika serta pria asing itu.

Setelah mendengar keluhan, dia tak berusaha mencari data-data di komputer, melainkan sibuk bermain game.

Cataleya menggeram kesal. "Bagaimana tidak ada! Dari tadi kau kan hanya diam saja! Sini, aku saja yang cari!"

"Nona jangan buat keributan! Di sini tidak mungkin ada orang hilang, kalau pun yang ada orang pura-pura hilang ingatan, lagi pula rasanya aneh pria itu dan dua anak kembar itu juga hilang ingatan, bersabarlah ingatan mereka mungkin akan kembali dalam beberapa hari lagi, sebaiknya Nona pulang saja ke rumah dan urus anak serta suami Nona dengan benar. Untuk kasus penculikan akan kami usut, kemungkinan beberapa hari lagi kami akan datang ke rumahmu." Pria berseragam lain, tiba-tiba menginterupsi sambil menggelengkan kepala dengan pelan.

Sebab pakaian yang dikenakan pria itu adalah piyama tidur warna pink milik Cataleya. Sementara Mika dan Milo hanya memakai kaos crop Cataleya yang kebesaran di badan mereka sekarang.

Memang benar Desa Solvang dinobatkan menjadi salah satu desa yang cukup teraman di Amerika Serikat, jadi para petugas pun menganggap laporan Cataleya palsu. Mereka malah menaruh curiga, Cataleya tak mau mengurus suami dan anak-anaknya.

"Apa?" Cataleya terlonjak, mulutnya langsung komat-kamit baca mantra. "Hei aku belum–"

"Sudah, sebaiknya kita keluar, ada benarnya juga ucapan Sherif siapa tahu saja ingatan aku akan segera pulih," potong pria itu dengan cepat. Menarik tangan Cataleya sebelum wanita itu membuat keributan di kantor polisi.

"Tapi tapi tapi ...." Dengan muka menahan kesal Cataleya pun diseret pria asing itu sampai keluar dari kantor polisi.

"Aaaaaaaa!!!" Sesampainya di luar, Cataleya langsung berteriak nyaring seperti orang kesurupan, melampiaskan kekesalannya.

Hingga membuat ketiga orang yang berdiri di dekatnya serempak terkejut. Tidak hanya mereka, para Sherif yang sedang siap-siap pergi bertugas keluar ikut terkesiap.

"Abang sepeltinya kita salah masuk lumah, wanita ini telnyata gila!" Mika tiba-tiba berbisik di telinga Milo.

"Mau bagaimana lagi, yang penting kita punya Mama sekarang!" Milo juga berbisik di telinga Mika.

Sayangnya, ucapan anak kembar itu didengar Cataleya. Entah sadar atau tidak Milo dan Mika berbicara cukup nyaring sejak tadi, hingga pria asing di dekat mereka senyum-senyum sendiri, tatkala melihat tingkah konyol Mika dan Milo.

"Hei aku dengar ya kalian ngomong apa dari tadi?" Dengan muka masam Cataleya mencondongkan tubuh ke arah mereka sambil berkacak pinggang sekarang.

Mika menyengir kuda. "Maaf Ma, sudah Mama jangan malah-malah, nanti cantiknya belkulang," ucapnya sambil memeluk kedua kaki Cataleya.

Melihat sikap Mika, Cataleya mendadak tidak emosi lagi. Meskipun begitu, raut wajah kesal masih tertinggal di wajahnya.

"Hm, iya, ayo sekarang kita pulang ke rumah!" ucap Cataleya lalu memutar badan tanpa menghiraukan kehadiran pria asing di belakang.

Mika dan Milo segera mengekori Cataleya, berjalan sambil bergandengan tangan. Pria asing itu pun spontan mengikuti langkah kaki ketiga orang di depan sambil mengedarkan pandangan di sekitar, melihat para warga mulai memusatkan perhatian ke arah mereka sambil berbisik-bisik pelan.

"Hebat sekali, aku baru saja masuk dalam kandidat bahan gosip para tetangga," kata Cataleya menyadari pula tatapan sinis yang dilayangkan para tetangga.

Bagaimana tidak digosipi, pakaian ketiga orang di belakang Cataleya sangat menarik perhatian.

Sepertinya Cataleya lupa!

Setelah melewati jalanan beraspal, keempat manusia itu berjalan di atas tanah kuning yang sedikit becek akibat hujan semalam.

"Namamu siapa?" tanya sosok itu tiba-tiba dari belakang, sekadar basa-basi.

Cataleya baru sadar masih ada pria asing di belakang. Dia buru-buru menghentikan langkah dan secepat kilat memutar badan hingga Mika dan Milo hampir saja menabraknya.

"Hei kenapa kau masih ada di sini?" tanya Cataleya dengan mata melotot keluar.

"Aku kan jadi bagian kalian sekarang dan tidak menutup kemungkinan kalau aku ini memanglah suamimu yang hilang ingatan," jawabnya dengan muka datar.

Cataleya tercengang dengan mulut mengangga lebar. "Jangan gila kau ya! Sudah kukatakan berulang kali, kalau aku bukan istrimu dan mereka ini juga bukan anakku! Dan kau mulai dari sekarang, jangan ikuti aku lagi!"

Setelahnya, Cataleya berlari kencang, meninggalkan Mika dan Milo yang tampak amat sangat panik. Cataleya melupakan kedua anak kembar itu.

"Mama, tungguin Mika!"

"Mama!" teriak Milo, berusaha mengajak Mika untuk mengejar Cataleya yang sudah berlari cukup jauh dengan celana bawah penuh lumpur.

Kaki-kaki munggil Mika dan Milo tak mampu bergerak, alhasil mereka hampir saja terpeleset. Namun, pria asing di di belakang dengan sigap menahan tangan mereka.

Milo tampak sangat terkejut sebab kalau dipikir-pikir tadi jarak mereka dan pria itu tidaklah dekat. Melainkan berjarak dua meter, cepat sekali pria itu bergerak, pikir Milo sesaat. Terlebih, jalan yang dilalui dalam keadaan berlumpur juga.

"Hati-hati, apa mau aku gendong?" kata pria berperawakan tinggi itu pada Mika dan Milo.

"Kami bukan anak kecil, kami bisa jalan sendiri," celetuk Milo cepat dengan mata mendelik ke atas sejenak. Lalu dia hendak mengandeng tangan Mika, tapi Mika malah mengangkat kedua tangannya ke atas sambil mendongakkan kepala.

"Boleh Om, Mika mau digendong, Mika capek jalan telus!" sahut Mika dengan raut muka berseri-seri.

Milo tercengang, hendak memberi perintah pada sang adik agar menolak. Namun, pria itu sudah lebih dulu meraih tubuh kecil Mika.

"Dengan senang hati," kata pria asing. Lalu memandang ke arah Milo.

"Mau digendong juga?"

"Tidak usah, aku bisa jalan sendiri!" Milo segera menolak.

Setelah itu, ketiga manusia itu kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Cataleya yang terletak di ujung desa.

Sesampainya di sana, tepat di depan pintu rumah, mereka disambut dengan tatapan tajam Cataleya.

"Sebelum masuk, bersihkan kaki kalian!" seru Cataleya, menunjuk pada sebuah ember berisi air dan gayung.

Dengan patuh mereka mengangguk dan langsung melaksanakan perintah. Selanjutnya mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Duduklah!" Cataleya memberi perintah sambil menunjuk ke arah sofa usang.

Secepat kilat mereka menjatuhkan diri di sofa. Pria itu di tengah-tengah, Milo dan Mika duduk di samping kanan, kiri.

Sementara Cataleya berdiri di depan mereka.

"Karena aku baik hati, kalian boleh tinggal di sini sampai ingatan kalian kembali," kata Cataleya, tanpa menunjukkan ekspresi.

"Yei!" Mika dan Milo serempak mengangkat kedua tangannya ke udara sambil tersenyum lebar. Pria di tengah-tengah mereka pun ikut mengulum senyum.

"Jangan senang dulu, tapi ada syaratnya." Kali ini Cataleya tersenyum penuh arti, sebuah senyuman yang membuat senyuman ketiga manusia itu langsung menghilang.

***

Catatan:

Di Amerika Serikat, polisi tingkatan desa disebut Sherif

To Be Continue ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel