Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pria Asing, Entah Dari Planet Mana?

Kacau, kali ini kilatan petir kembali menyambar di atas sana, pria yang berdiri di depan pintu juga terlihat seperti hantu, menambah kesan lebih menyeramkan, dan keadaan lampu yang berkedip-kedip seperti lampu disko sekarang, membuat suasana rumah Cataleya jadi semakin tidak kondusif.

Terlebih Milo dan Mika berlari-lari ke sana kemari di ruang tamu sambil berteriak-teriak ketakutan sekarang.

"Abang, Mika takut! Aaaa!"

"Kau pikir kau saja yang takut, sepertinya hari ini akan kiamat!"

Mengabaikan teriakan mereka, dalam keadaan sadar, Cataleya membuka mata sedikit lalu bergerak cepat mengambil selimut yang ditaruh di pundak anak kembar tadi lalu melempar selimut tersebut ke arah sosok di depannya itu dengan cepat.

Dalam wajah masih tampak bingung, lelaki itu menangkap selimut yang diberikan Cataleya dengan cepat.

"Tutup dulu burungmu itu!" pekik Cataleya, buru-buru masuk ke dalam lagi kemudian menarik tangan Milo dan Mika.

"Hei tenanglah, hari ini belum kiamat, mungkin minggu depan," ucap Cataleya, berusaha menenangkan Milo dan Mika.

Bukannya tenang, kedua anak kembar itu makin tambah panik dan sedikit melongo. Walaupun begitu mereka tidak berlari lagi seperti tadi. Fokus memandang Cataleya dengan mendongakkan kepalanya ke atas.

"Minggu depan? Jadi bukan sekalang ya Ma?" Mika bertanya dengan raut wajah bingung bercampur rasa takut.

Cataleya langsung mengeleng. "Benar, minggu depan," katanya sambil mengerlingkan mata ke atas sebentar.

"Kenapa minggu depan? Kenapa tidak sekarang?" timpal Milo juga dengan muka polosnya.

Cataleya mendengus kesal kala Milo dan Mika ini sifatnya sama persis seperti keponakannya, tingkat penasarannya mereka sangatlah tinggi.

"Iya, aku lah yang mengatur kapan kiamat akan terjadi, selama aku masih hidup, kiamat tidak boleh datang, nah sekarang duduk di sofa, jangan lari-lari lagi!" sahutnya ceplas ceplos dan menggebu-gebu.

Belum sempat Milo dan Mika melontarkan pertanyaan. Cataleya tiba-tiba memutar badan, matanya seketika melebar, ketika melihat laki-laki asing itu sudah masuk ke dalam rumah tanpa permisi, dan sekarang berdiri tepat di depan pintu dengan selimut melingkar di pinggang.

Secepat kilat Cataleya menghampiri lelaki bertubuh kekar itu.

"Siapa aku?" katanya tiba-tiba, dengan ekspresi wajah tampak kebingungan.

Cataleya mendadak melongo, bukankah seharusnya dia yang bertanya pada sosok di hadapannya ini?

"Mana kutahu! Pergi kau dari rumahku sekarang!" seru Cataleya, bersikap waspada sebab pria ini bukanlah sosok yang diharapkan kedatangannya.

"Jangan-jangan kau istriku! Lihat itu pasti anak kita, 'kan?" ucapnya dengan raut wajah datar sambil melirik Milo dan Mika sekilas. Yang saat ini memandang ke arah Cataleya dan sosok itu dari atas sofa.

Cataleya terbelalak. "Jangan gila!"

"Aku tidak gila, tidak mungkin kakiku bisa melangkah ke sini kalau bukan ada sesuatu di sini," ucap sosok itu lagi. Namun, ekspresinya masih terlihat ling-lung.

Cataleya terheran-heran sejenak. Jika pria ini adalah keluarga kedua anak yang berada di belakangnya, pasti Milo dan Mika tidak tinggal diam seperti sekarang.

"Ck, terserah, pokoknya sekarang kau keluar!" Cataleya berusaha mengapai tangan pria itu.

Namun, perkataan yang terlontar membuat gerakan tangannya tiba-tiba terhenti.

"Hei, aku minta maaf kalau perkataanku tadi kelewatan tapi jangan usir aku sekarang, aku butuh tempat untuk berteduh, aku tidak tahu siapa aku ini sebenarnya," katanya dengan nada tulus.

Cataleya tercengang, namun tak ada jejak kebohongan di mata sosok itu. Kendati demikian dia tidak bisa langsung percaya pada orang asing di desa ini.

"Heh, rumah ini bukan tempat penampungan tahu! Barusan aku sudah pusing dengan kedatangan dua anak kembar yang sedang kabur dari kejaran komplotan penculik! Dan sekarang apa lagi ini, ada pria asing entah datang dari planet mana dan mau berteduh di sini! Kau pikir ini hotel! Enak saja kau, kalau kau mau berteduh, pergi sana ke hotel! Sekarang pergi dari rumahku!" Dengan penuh penekanan Cataleya berkata.

Mendengar ucapan Cataleya, Milo dan Mika tiba-tiba bergerak cepat, menghampiri mereka, lalu menarik ujung piyama Cataleya.

"Jadi kehadilan kami buat Mama pusing ya, Mika minta maaf ya, kalau gitu Mika sama Abang pelgi saja dali sini." Mata mungil Mika tampak berkaca-kaca.

"Benar, kami permisi dulu, terima kasih susu cokelatnya," timpal Milo tertunduk dalam, sambil menggandeng tangan Mika.

To Be Continue ....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel