7. Aku Tidak Punya Orang Tua
“Aku tidak punya orang tua,” jawab Audi dengan polos sambil tetap menikmati makanannya.
Ketika orang-orang bertanya tentang orang tua, dia akan menjawab dengan jujur.
“Tidak punya? Apa mereka meninggal?”
“Tidak, mereka meninggalkanku saat mereka mendapatkan anak kandung,” jawab Audi.
“Maaf... Kami...”
“Tidak apa-apa, itu bukan sebuah rahasia kok,”
“Ibu seperti apa yang meninggalkan anaknya,”
“Aku anak angkat sejak bayi. Mereka menemukanku di depan pintu rumah mereka,”
“Apa kau tinggal di panti asuhan?”
“Tidak. Sejak SMP aku berusaha untuk hidup sendiri, dengan bekerja. Kuliah pun karena aku mendaftarkan beasiswa,” kata Audi.
“Kau bisa memanggilku Ibu jika kau mau. Aku selalu ingin punya anak perempuan, tapi...”
Audi hanya terdiam.
“Sudah punya pacar belum?” tanya kakek Kim tiba-tiba membuat Audi tersedak makanan.
“Belum, aku tidak pernah berpikir untuk berpacaran,” kata Audi.
“Bagus, kau pilihlah cucuku,”
Audi tertawa mendengar hal itu.
“Mengapa tertawa...”
“Em. Zaman sekarang tidak ada yang ingin di jodohkan, jika bukan karena saling suka,” kata Audi sambil tertawa.
Mata Kim Dan, tertuju pada gadis itu. Dia terus melihat ke arah gadis itu.
“Jika aku kalah, aku akan bersedia menjadi doktermu tanpa harus kau bayar,” kata Audi tiba-tiba.
.
.
Hyun joo mengajak Audi untuk melihat sesuatu.
“Audi bisa temani kakek main baduk?” tanya kakek Kim.
“Aku minta maaf, sepertinya aku tidak bisa menemani kakek untuk bermain. Aku punya janji dengan Hyun Joo membantunya menyelesaikan sesuatu,” kata Audi, raut wajah kakek Kim tampak murung. “Aku akan menemanimu besok,” kata Audi.
“Janji. Aku akan menyuruh orang mencarimu jika kau tidak menepatinya,” kata Kakek Kim.
Audi menuju ke sebuah taman belakang. Di sana terlihat beberapa berkas.
“Kau serius ingin lomba masak dengan kakakku?” tanya Hyun Joo.
“Tenang aja,” kata Audi. “Mana fotonya, biar ku lihat,” kata Audi meminta foto yang di maksudnya.
“Ini,” kata Hyun Joo sambil memberikan sebuah foto.
Audi melihat foto tersebut, sangat jauh, jauh dan jauh dia melihat masa lalu dari gadis yang di foto itu. Tanpa sadar, darah keluar dari dalam hidungnya.
“Hidungmu berdarah,” pekik Hyun Joo ketika melihat darah, kemudian memberikan sapu tangannya untuk menyeka darah yang keluar.
“Tidak apa-apa, ini karena aku terlalu melihat lebih jauh,”
“Apa yang kau lihat?”
“Aku tidak tahu, harus memulai dari mana,” kata Audi.
“Katakan saja, aku siap mendengarnya,” kata Hyun Joo seakan telah menguatkan hatinya.
“Mereka adalah kembar, dan dia benar kekasihmu. Tapi... Dia tidak menyukaimu, dia menyukai kakakmu. Target mereka ada kakakmu, karena mereka ingin menikah dengan penerus di keluarga ini,” kata Audi membuat mata Hyun Joo membulat, hatinya terasa sesak.
“Gadis yang meninggal lima tahun lalu itu yang mencintaimu, karena dia menyukaimu dia di bunuh oleh dr. Hanna,”
“dr. Hanna menyukaimu, tapi kau selalu menganggapnya sebagai sahabatmu. Karena itu, dia membunuh orang yang menyukaimu,”
Kim Dan, yang mendengar apa yang Audi katakan pun ikut terkejut. Ada sesuatu yang membuat Kim Dan penasaran. Soal Audi.
“Dia belum mati,” kata Audi lagi.
“Dia belum mati? Apa maksudmu?”
“Aku melihatnya di memori dr. Hanna,” kata Audi. “Aku bingung harus mengatakan bagaimana. Biar ku lihat lagi fotonya,” kata Audi.
“Tidak, kau tidak boleh melihatnya lagi,” kata Hyun Joo, mencegah agar Audi.
“Soal TKP yang berada di sana, sepertinya telah di manipulasi olehnya. Karena itu, di nyatakan sebagai bunuh diri,”
“Kita kembali ke dalam, sebaiknya kau istirahat,”
“Bukti... Dia menulis surat,” kata Audi lagi.
“Tapi apa kau tidak apa-apa? Aku melihatmu mimisan,”
“Ah... Jika aku memaksa untuk melihat masa lalu orang lain, hidungku akan berdarah,”
Audi kembali ke dalam rumah, dia memilih untuk duduk-duduk di dekat kolam. Ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur, ketika dia makan bersama dengan keluarga Kim. Sudah lama dia tidak pernah merasakan kehangatan makan malam seperti itu. Sangat lama, bahkan jauh dari di bayangkan.
Dia menangis tersedu-sedu, pastinya Hyun Joo mengetahui hal itu. Mungkin karena kelelahan, suara tangisan kini berubah menjadi keheningan.
Sebuah buku sketsa terlihat di dalam sebuah ruangan. Seorang pria tengah tertidur itu yang telah membuat sketsa itu sendiri.
.
.
Jam menunjukan pukul 09.15am, Audi telah sibuk dengan beberapa bahan-bahan, dan juga memakai celemek, di sebelahnya terlihat juga kesibukan yang sama, pria bermata merah berambut perak pastinya itu adalah Kim Dan. Karena semalam mereka berdebat, dan berakhir dengan kompetisi.
“Apa aku harus membantumu?” tanya Hyun Joo berbisik pada Audi.
“Hhmm. Boleh, aku butuh asisten untuk memotong bahan-bahan, sambil aku meracik bahan-bahannya,”
Audi menggunakan begitu banyak bahan masakan karena dia ingin memasak makanan khas indonesia dari daerah padang dan juga beberapa makanan lainnya. Sedangkan Kim Dan memilih memasak makanan khas eropa dan barat.
Yang menjadi juri mereka pastinya orang-orang yang berada di sana, termasuk para asisten rumah tangga, dan juga salah seorang tamu yang tiba-tiba datang. Presdir Kang Yoo.
Jika biasa Audi menggunakan jas dokternya, kini dia mengunakan celemek berwarna pink. Rambut yang tadinya tergerai kini di sanggulnya dengan sebuah tusuk konde berwarna blue ice kesukaannya.
Sangat berbeda dengan Kim Dan, seorang cowok yang biasanya terlihat maskulin, tampan, dan berwibada, ketika menggunakan celemek berwarna pink, membuatnya seperti orang lain. Namun tidak menghilangkan aura ketampanannya. Hm, malah menjadi idola para asisten wanita.
Audi di bantu oleh Hyun Joo, sedangkan Kim Dan di bantu oleh asisten rumah tangga.
Audi memilih memasak rendang daging, gulai daun singkong, cumi pedas saus tiram, udang pedas manis, ikan tenggiri asam pedas dan beberapa menu masakan lainnya, serta hidangan pencuci mulut. Sedangkan Aufal memilih memasak chicken steak saus strawbery, dan beberapa menu lainnya.
Aroma bumbu masakan buatan Audi kini menguap di udara membuat aromo khas indonesia itu masuk ke dalam indra penciuman orang yang berada di sana.
“Yeobbo, sepertinya aroma ini tidak asing,” kata Ibu Cha sambil menyenggol lengan suaminya.
“Eeemmm... Iya,”
“Ini masakan indonesia,” kata Ibu Cha.
“Ah, benar. Masakan indonesia, sudah lama aku tidak makan makanan Indonesia,”
“Aduh. Cucu menantuku ternyata pintar juga memasak,” kata kakek Kim membuat Anak dan Menantunya itu melihat ke arahnya.
Audi terlihat begitu lihai seakan telah lama dia menguasai keahlian itu, di kejauhan mata Presdir Kang, tidak pernah lepas menatap Audi.
Audi membutuhkan sekitar 2 jam lebih memasak makanan itu, sedangkan Kim dan tidak membutuhkan banyak waktu, karena masakannya tidak membutuhkan begitu banyak bahan di gunakan.
Satu persatu makanan yang di masak kini di hidangkan di atas meja, waktu sudah mendekati siang. Pastinya, makanan itu untuk makan siang mereka.
Saat tengah menghidangkan makanan, tiba-tiba mereka kedatangan beberapa tamu penting perusahaan dari Eropa.
“Aku minta maaf, aku membawa mereka datang kemari. Aku menelfon untuk memberi tahu, namun direktur tidak mengangkat telfonku,” kata Sekertaris pribadinya Kim Dan.
“Wah, aku tidak menyangka kami akan di sambut dengan makanan yang istimewa ini,” seseorang klien itu berbicara mengunakan bahasa Prancis, membuat mereka yang ada di sana, agak terkejut entah apa yang di katakan oleh orang itu.
“Of corse, kami menyiapkan tema Outdoor lunch, menikmati makan siang sambil menikmati alam,” kata Audi sambil berbicara mengunakan bahasa Prancis.
“Wah, ternyata Presdir Kim memiliki menantu yang bisa berbahasa Prancis, aku sengaja menggunakan bahasa Prancis, aku tidak menyangka pendidikan menantumu begitu tinggi,”
Semua orang yang berada di sana saling berpandangan, mendengar hal itu.
“Di antara mereka berdua, siapa suaminya? Apakah direktur Kim Dan?”
“Sebenarnya aku...”
“Dia pacarku, kami akan melangsungkan pertunaganan dalam waktu dekat... ” kata Kim Dan memotong perkataan Audi sambil menarik gadis itu ke sampingnya.
Audi membulatkan matanya melihat pria itu, yang tiba-tiba mengatakan jika mereka akan segera bertunangan.
Presdir Kang Yoo yang berada di sana, terkejut dan kesal karena perkataan dan tindakan Kim Dan. Pria itu, mengepal erat tangannya, seakan marah.
“Aku akan mengirimkan undangan pertunanganan kami,” kata Kim Dan. “Ayo, silahkan kita nikmati makan siang yang sudah kami sediakan,” kata Kim Dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Orang Tua Kim Dan, terkejut. Tapi, tidak dengan Kakek Kim yang begitu bahagia.
Suasana agak canggung, apalagi Audi dan Kim Dan. Dalam hati Audi mengumpat pria itu. Sedangkan Hyun Joo, melihat ke arah Audi dengan tatapan seakan memberikan pertanyaan untuk Audi jawab ketika mereka selesai makan siang.
————————To Be C
