Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Apa Pekerjaan Orang Tuamu

Audi melihat pria berambut perak itu. Pria yang telah menolongnya tengah berada di hadapannya, dan dia menerima telfon dari penolongnya itu.

Di amati dengan saksama, pria itu begitu tampan, apalagi dengan ciri khasnya rambut perak dan bermata merah, di tambah dengan tatapan matanya membuat pria itu sungguh berasal dari keluarga terhormat.

Pakaian, jam, sepatunya yang mahal menambah kesan glamour dari pria itu. Apalagi dengan mobil keluaran terbaru hanya hanya 10 di dunia itu, akan membuat wanita bertekuk lutut di hadapannya.

Audi menerima telfon lagi, dari orang yang berjarak beberapa meter darinya itu, dengan langkah pelan Audi dan pria berambut perak itu saling melangkah mendekat.

“Apa kau dokter yang selalu di ceritakan oleh Kang Yoo?” tanya pria itu. “Apa kita boleh bicara di tempat lain?” pria itu membuka pintu mobil penumpangnya.

Audi hanya mengangguk, sambil masuk ke dalam mobil mahal itu.

Suara hatinya berdegup dengan kencang, bagaimana tidak kini dia berdua di dalam mobil penolongnya itu.

Pria berambut itu membawa Audi ke sebuah restoran mahal. Audi ingin menolak, tapi dia begitu segan karena sejak tadi pria itu hanya diam dan berbicara ketika dia ingin berbicara.

Bebarapa makanan, telah datang, termasuk sebotol wine terhidang.

“Hm, apa harus minum wine di siang bolong seperti ini? Ya! Orang kaya mah bebas. Hm, apalagi makanannya tidak membuat perutku keyang, sayang banget bayar mahal, jika hanya sedikit porsi makannya,” gerutu Audi melihat pria itu.

“Kenapa?”

“Tidak-tidak, hanya saja agak...”

“Apa kau tahu siapa saya?” tanya pria itu memotong perkataan Audi.

“Hm, karena kau bukan Eldean yang baik, sopan, dan nada bicaranya halus. Dan Sifatmu yang dingin, pasti kau pemilik tubuh itu,” kata Audi.

“Namaku Kim Hyun Dan,”

“Auditya Crala Xiaoli,” kata Audi memperkenalkan namanya.

“Apa kau keturunan china?”

“Tidak,”

“Aku langsung saja, aku ingin kau jadi dokter pribadiku,”

Audi hanya mematung. Bukan karena pria itu ingin menjadi pasiennya, tapi karena dia akan selalu bertemu dengan pria itu.

“Aku akan membayarmu dengan sangat mahal,” kata Hyun Dan.

“Kau tidak perlu membayarku,” kata Audi sambil tersenyum.

“Mengapa tidak ingin di bayar, aku tahu kau di bayar mahal oleh Kang Yoo,”

“Akan ku beritahu jika kau sudah sembuh,”

“Aku akan tetap membayarmu. Aku bukan orang yang tidak membayar seseorang yang aku pekerjakan,”

Kata seseorang yang aku pekerjakan membuat Audi agak tersinggung.

“Mari kita perjelas tuan dingin yang super menyebalkan,” tiba-tiba Audi berbicara dengan intonasi agak kasar.

“Super men... nyebalkan?” pria itu agak kesal karena Audi mengatakan itu padanya.

“Aku bukan karyawanmu, jadi kata ‘aku perkerjakan’ sebaiknya kau tempatkan pada tempatnya. Aku adalah dokter, dan kau ingin jadi pesienku,” kata Audi.

“Tapi aku membayarmu,”

“Tapi aku bukan karyawanmu... Aku belum menyetujui untuk jadi doktermu, aku permisi dulu...” kata Audi dengan kesal. “Aa... Satu lagi... biar aku yang membayar tagihan makan siang ini. Permisi,” kata Audi lagi sambil melangkah meninggalkan pria itu.

Sepanjang jalan Audi mengomel.

“Jika dia penderita D.I.D siapa yang menolongku? Aku tak melihat pria dingin itu menolongku, yang ada aku melihatnya hanya berdiam diri saat aku melompat,”

“Audi... kau mau kemana?”

Sebuah mobil berhenti tepat di dekatnya. Itu adalah mobil Hyun Joo.

“Ayo masuk biar aku antar,” kata Hyun Joo sambil membuka pintu mobil.

Audi mengikuti apa yang di katakan oleh pria itu.

“Sepertinya kau lagi kesal,” kata Hyun Joo melihat raut wajah Audi yang tengah kesal sejak tadi.

“Kakakmu menyebalkan, dia memintaku untuk jadi dokternya. Tapi, aku tidak suka kata-katanya yang meremehkan orang lain,”

“Kakak memintamu menjadi dokter?” suara Hyun Joo tiba-tiba meninggi.

“Iya,”

“Bolehkah kau menerimanya? Kami kesulitan mencari dokter pribadi untuknya. Beberapa dokter malah meraup keuntungan dari penyakitnya,” kata Hyun Joo memohon. “Kita ke rumah orang tua ku, aku memiliki fotonya di sana,” kata Hyun Joo seketika mendapatkan ide. “Setidaknya dua tiga pulau terlampaui dengan sekali dayung,” Hyun Joo membatin.

“Aaaiiisss...” tiba-tiba Audi memaki.

“Kenapa?”

“Ku pikir orang yang menyelamatkanku adalah orang yang baik, setelah bertemu dengannya,” kata Audi mengatakan apa yang dia pikirkan pada Hyun Joo. Ini adalah kali pertamanya bercerita tentang apa yang dia pikirkan kepada orang lain.

“Siapa?”

“Ada. Pria dingin brengsek,” kata Audi sambil mengepal tangannya.

Perjalan memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan, tanpa sadar Audi telah tertidur.

“Hei, kita sudah sampai,” kata Hyun Joo berusaha untuk membangunkan Audi.

“Ah. Maaf, aku tertidur,” kata Audi.

“Ayoo masuk,” Hyun joo membawa Audi memasuk Masion itu. Halaman luas serta begitu nyaman, seperti sebuah villa.

“Orang kaya mah bebas,” lagi-lagi Audi mengatakan hal itu. Mungkin, karena dia tidak terbiasa dengan hal seperti itu jadi dia mengatakan hal yang terlihat konyol tapi benar.

Ruangan yang begitu luas ketika masuk ke dalam. Rasanya dia baru saja masuk di sebuah istana.

“Hei, apa semua barang ini mahal dan asli?” tanya Audi.

“Pastilah asli...” sebuah suara dari arah samping terdengar.

Seorang pria paruh baya, berumur sekitar 70an.

“Uwaaa... orang kaya mah bebas,” kata Audi seketika membuat pria itu tertawa.

“Kita bekerja untuk diri kita sendiri, keluarga, dan juga untuk keinginan kita,”

“Sayang uang segitu, di hambur-hamburkan untuk sesuatu seperti ini, di luar sana banyak yang membutuhkan. Tapi, tergantung pribadi kita sih, mengoleksinya karena seni atau sebatas pamer,” kata Audi seketika.

“Wah wah wah... Aku suka pemikiranmu. Siapa namamu nak?”

“Namaku Audi Crala Xioli,”

“Apa kau pacar Cucuku Hyun Joo?” pertanyaan membuat mata Audi terbelalak.

“Tidak, aku temannya,”

“Pacar juga tidak apa-apa. Terakhir dia membawa kekasihnya sekitar lima tahun yang lalu,” kata Kakek itu.

“Ayo duduk,” kata kakek itu.

“Menantu... Tolong bawakan minum. Aku punya teman untuk mengobrol,” perintahnya.

Seorang wanita paruh baya datang dengan dua cangkir minuman serta camilan. Dia adalah ibu Hyun Joo dan Kim Dan, namanya Cha Do Hyoen

“Oh Hyun Joo bawa pacar ya?”

“Bukan bu, dia temanku,” kata Hyun Joo sambil keluar dari dalam kamarnya.

“Aduh! Mengapa anak-anakku masih suka melajang, padahal aku ingin punya cucu,” Ibu Cha mengeluh.

Audi menuruti apa yang di katakan kakek itu, mereka begitu asik mengobrol tanpa terasa jika hari sudah gelap.

“Ayah... Nak Audi ayo makan malam dulu,” panggil Ibu Cha.

Audi terkesima dengan makanan yang terhidang di meja makan itu. Itu adalah pertama kali baginya, melihat langsung makan malam yang begitu megah.

“Kenapa?”

“Aaa. Aku hanya terkejut begitu banyak makanan di meja,” kata Audi. “Makanan sebanyak ini bisa 2-3bulan untukku. Atau aku bisa makan bersama dengan anak-anak,” kata Audi dengan polos.

“Kau sudah punya anak?”

“Tidak, maksudku anak-anak di panti,” kata Audi.

“Ayo duduk...” kata Hyun Joo. “Aku sudah dapat fotonya, selesai makan kau bisa melihatnya,” kata Hyun Joo berbisik.

Sebuah suara dan beberapa langkah kaki terdengar.

“Kami pulang,”

“Ayo makan dulu, Hyun Joo membawa temannya datang, jadi Ibu memasakkan makanan,” kata Ibu Cha.

Semua orang kini berada di meja makan, termasuk anak paling bungsu di keluarga itu. Sepertinya dia baru saja berumur 16-18tahunan.

Audi makan dengan begitu lahapnya.

“Hei, apa kau bisa makan begitu banyak?” tanya Kim Dan sambil melihat ke arah Audi.

“Mengapa kau menegurku?” tanya Audi.

“Kalian saling kenal?” tanya Kakek Kim.

“Tidak,” kata Audi, tapi Kim Dan menjawab berlawanan dengan apa yang di katakan oleh Audi.

“Apa kau tidak kenyang makan tadi,”

“Kau pikir aku seorang aktris, harus menjaga berat badan? Kau membawaku ke restoran mahal dan memesan seiris daging, yang hargnya mahal. Pastilah itu membuatku tidak kenyang,” kata Audi membuat semua orang melihat ke arah mereka berdua.

Semua orang yang berada di meja makan terus memperhatikan kedua orang itu berdebat. Sifat Kim Dan yang notabene tidak begitu tertarik dengan wanita, dan lebih memilih diam ketika makan malam, bagi keluarganya itu sesuatu kemajuan.

Audi masih kesal karena perkataan Kim dan tadi. Apalagi makan di restoran mahal, dan porsinya tidak sesuai dengan selera Audi.

“Itu daging mahal dan bergizi tinggi,”

“Untuk mendapatkan makanan bergizi tidak perlu mahal,”

“Makanan enak itu ada di restoran mahal dan bersih,”

“Tidak,”

“Bagaimana bisa kau begitu yakin?”

“Bagaimana jika kita berdua lomba masak. Aku akan tunjukkan jika makanan bergizi dan enak itu nggak hanya di restoran. Jika makanan yang ku buat enak, kau harus berjanji untuk menjadi sponsor sebuah panti asuhan,”

“Jika kau kalah?”

“Aku...”

“Sudah... sudah... jangan ribut, sebaiknya kita makan dulu,”

“Aku minta maaf atas kelakuanku,” kata Audi.

“Apa pekerjaanmu?”

“Aku mahasiswa Psikologi kriminal tahun terakhir di SNU, dan mahasiswa kedokteran tahun terakir sebagai Dokter Psikiater,”

“Kau dokter? Kenapa aku tidak tahu,” tanya Hyun joo karena tidak tahu menahu soal Audi yang seorang kaos.

“Aku pikir kau tahu,”

“Bagaimana kau bisa mengambil dua studi sekaligus?”

“Aku menyesuaikan dengan jadwalku di fakultas kedokteran,”

“Apa pekerjaan orang tuamu?” tanya Ibu Cha

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, membuatnya seketika terdiam.

————————To Be Continued————————

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel