Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Siapa Eldean?

“Aku tidak butuh sebuah gelar menantu di keluarga ini,” Audi berbicara dengan tegas membuat suasana menjadi tegang.

Perkataan Ayah Kim Dan, begitu sama dengan perkataan yang pernah di dengarnya beberapa tahun yang lalu dari lidah seseorang.

“Audi …”

Audi mengepal tangannya dengan erat, Kim Dan yang melihat hal itu mencoba untuk menggenggamnya, namun diurungkannya kembali.

“Ngapain, aku menghiburnya. Lagi pula, apa yang dikatakan oleh Ayah ada benarnya. Mungkin, dia ingin melakukan hal-hal yang tidak baik, atau bisa saja menipuku,”

“Tenang Audi, kau harus tenang,” batin Audi.

Nafasnya semakin memburu tidak menentu.

“Aku ke toilet sebentar,” kata Audi sambil beranjak dari tempat duduknya.

Namun, dia memilih arah yang salah menuju ke toilet membuatnya berada di balkon.

“Hosh! Hosh! Hosh!”

Nafasnya tercekat, membuatnya kesulitan untuk bernafas.

“Tenang, aku harus tenang. Aku tidak membawa obatku,” batinnya. “Ku mohon tenanglah,” batinnya lagi.

Tangannya meraih, tembok balkon sambil tangan satunya tengah memegang dadanya. Nafasnya sesak, membuatnya kesulitan untuk bernafas.

Ketika dia berdiri, kepalanya terasa pusing keseimbangannya hilang dan—

“Ti … tidak … Audiiii …”

Teriak seseorang sambil berlari.

Byur! Byur!

Suara air terdengar berurutan.

Grep!

Sebuah tangan menggapai pinggang Audi, dan membantu gadis itu untuk kepermukaan kolam.

“Hei … hei … sadarlah,” sebuah tepukan dipipi Audi namun tidak ada respon.

Suara teriakan, membuat semua orang yang berada di ruang makan berlarian mencari asal suara. Ketika mereka sampai, yang terlihat Audi tidak sadarkan diri berada di atas lantai pinggiran kolam.

“Kim Dan. Ap … apa yang terjadi?” tanya ibu Kim Dan, saat melihat Audi yang berada di lantai dan tidak sadarkan diri.

Tidak ada jawaban dari Kim Dan, dirinya terus menerus memberikan Audi nafas buatan dan menekan bagian paru-paru Audi, untuk mengeluarkan air.

“Ka … kamu … bukan Kim Dan”

Pria itu menatap ibunya. Ada senyum yang terukir diwajahnya.

“Ka … kau … Eldean?”

“Uhuk … uhuk …”

Melihat Audi yang telah sadar, dia memilih untuk pergi dari tempat itu.

“Ak … aku akan membuktikan pada kalian,” kata Audi seketika dia telah sadar.

“Sayang, kau ingin membuktikan apa?”

“Aku akan membuktikan jika pendapat paman itu salah,”

Semua orang melihat ke arah Audi. Pria yang dipanggil Eldean langsung saja pergi dari tanpa menghiraukan apa yang dikatakan oleh Audi.

“Aku akan membuktikannya,” ucap Audi. “Aku tidak ingin diremehkan, hanya karena berasal dari keluarga yang tidak jelas asal-usulnya,”

Audi diam sejenak, dia melihat pakaian yang dipakai olehnya telah basah, dan seorang maid membawakan handuk untuknya.

“Sebaiknya kamu menganti pakaianmu, kamu akan sakit jika pakai pakaian ini,”

Suara ibu Kim terdengar halus membuat Audi tersenyum, sedangkan ayah Kim Dan hanya bisa menatapnya.

“Apa yang sedang kau lakukan sebenarnya, Kim Joon?” tanya Ketua Kim pada anaknya itu.

Tidak ada jawaban.

“Berikan kunci mobil padaku, hyung,”

Hendri yang melihat Kim Dan hanya bisa menatap pria itu dan memberikan kunci mobil.

“Kau menginaplah di sini,”

“Bisa aku pulang? Aku tidak bisa berada di sini. Aku harus pergi ke kampus besok,”

“Hendri akan mengantarkanmu ke kampus,”

“Em. It … itu,”

“Siapkan kamar dan pakaian tidur,”

Audi hanya bisa menganggukan kepalanya.

Ada perasaan was-was sebenarnya di dalam hatinya. Dia takut, jika apa yang terjadi di massa lalu, akan terulang kembali padanya. Hal tersebut membuatnya sedikit ada perasaan cemas.

“Ada apa? Apa kau tidak suka kamar ini?” tanya Ibu Kim Dan.

“Aku suka,” jawab Audi dengan cepat. “Em. It … itu, Kim Dan—“

“Dia pulang, besok dia akan kembali menjemputmu,”

Audi hanya menganggukkan kepalanya, namun di dalam hati dia begitu kesal karena pria itu meninggalkannya.

Audi meraih ponsel ingin menelfon, namun dia tidak tahu nomor ponsel Kim Dan.

“Aku harus berterima kasih padanya,”

Sedangkan di dalam rumah, Kim Dan tengah berbaring di sofa.

“Kim Dan …” panggil Hendri ketika masuk ke dalam rumah, dan melihat pria yang dicarinya.

Pria yang dipanggilnya terbangun, sambil merasa kepalanya agak pusing.

Kim Dan menatap Hendri dengan tatapan bingung, sambil memperhatikan tempatnya berada.

“Ap … apa yang terjadi? Kenapa aku berada di sini?”

“Apa maksudmu? Kau yang meminta kunci mobil padaku,”

“Ak … aku?”

Kim Dan mengingat apa yang terjadi.

“Aku tidak ingat, ketika melihat—oh tidak, Audi. Apa yang terjadi pada Audi?”

“Kau menyelamatkannya,”

“Aku? Ak … aku tidak ingat,”

Mereka berdua saling berpandangan satu sama lain.

“Oh tidak, it … itu bukan aku. It … itu …”

“Aarrggghh…”

Kim Dan melempar vas bunga yang berada di atas meja ke arah televisi, membuat televisi miliknya hancur.

“Eldean … Kenapa dia harus muncul,”

Kim Dan begitu emosi, bahunya terlihat naik turun.

“Aku harus menelfon dokter Alex, dia pasti tahu membuatnya kembali tidur,”

Kim Dan mencari ponselnya, namun tidak menemukannya.

“Aarghh … Eldean, sialan,” umpatnya.

“Kim Dan, tenang. Kau harus tenang,”

“Tenang? Kau mengatakan tenang? Di dalam tubuhku ada monster yang tiap saat menggantikanku, kau menyuruhku untuk tenang?”

Hendri terdiam. Dia tidak bisa memberikan saran ataupun sesuatu yang membuatnya tenang.

“Gadis itu … gadis itu di mana?”

“Audi?”

“Iya, di mana dia?”

“Di rumah utama,”

“Amati gerak-geriknya. Jangan biarkan dia membeberkan kepada orang-orang,”

“Baik, aku akan menelfon seseorang untuk menjadi pengawalnya,”

“Bagus,”

Kim Dan beranjak dari tempat duduknya, menuju kamarnya dan membersihkan diri di kamar mandi.

Sreett …

Dia menyeka kaca yang telah mengembun didepannya.

“Kenapa kau kembali, dan kenapa kau menjadi monster di dalam tubuhku?”

Kim Dan berbicara pada dirinya yang berada di depan pantulan kaca.

Brak! Prang!

Suara kaca pecah. Kini tangan Kim Dan, membekas di kaca di depannya membuat darah terlihat. Pantulan wajahnya kini menjadi beberapa bagian.

Seorang wanita telihat tengah berada di depan pintu kelas Audi, menunggu gadis itu untuk pulang dari kampus.

“Selamat siang Nona, aku datang menjemputmu,”

Audi yang melihat siapa yang tengah menunggunya mengerutkan keningnya sambil menengok kanan kirinya.

“Kau bicara denganku,”

Gadis itu menganggukan kepalanya.

“Kamu siapa?”

“Aku adalah Zaya, pengawal anda,”

“Pengawal? Siapa yang menyuruhmu?”

“Tuan Kim Dan,”

“Sialan pria itu. Memangnya aku ini apa, berani sekali dia memberiku pengawal mengawasiku. Aku harus membuat perhitungan dengannya,”

Audi melangkah dengan cepat, begitu pula wanita yang menjadi pengawalnya mengikuti langkah kakinya.

“Nona, silahkan masuk ke dalam mobil,”

“Nona … nona dan nona, jangan panggil namaku dengan nona. Namaku, Audi. Stop memanggilku dengan nama itu,”

Wanita itu hanya terdiam tidak menjawab.

“Oh, hyung,” sapa Kim Dan sambil melambaikan tangannya.

Hendri langsung menutup mulutnya dengan tangan, dan mundur beberapa langkah ke belakang.

“Ka … kau bukan Kim Dan,”

Pria itu tersenyum.

“El … el … eldean? Ap … apa ini? Ke mana Kim Dan?”

“Entah, mungkin dia tidak ingin bangun,”

“Diam. Kau harus mengembalikannya, dia harus menghadiri rapat,”

Brak!

Audi mengebrak pintu kamar.

“Siapa Eldean?”

Bersambung …

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel