Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Pertemuan Canggung

Rambut berwarna perak, dengan bola mata berwarna merah. Audi langsung mengenali pria itu. Tatapan mata yang begitu tajam, serta raut wajah yang sulit untuk di katakan.

“Aku tak pernah menyangka, jika kita akan bertemu dengan sangat canggung, seperti ini,” kata Audi membatin.

Gadis itu, menatap pria yang baru saja datang. Pastinya, dia sangat terkejut ketika melihat pria itu.

“Mengapa kau di sini?” pria itu mengeluarkan suara.

“Ee. Siapa yang kau maksud?” tanya Kang Yoo.

“Dia,” pria itu menunjukan Hyun Joo yang tengah berada di dekat Audi. “Apa kau berusaha untuk...”

“Aku datang bersamanya, dia adalah temanku. Jadi aku mengajaknya sekalian,”

Audi bisa tahu jika ada amarah terpancar dari wajah pria itu. Apalagi ketika Nayla melihat masa lalu pria bermata merah itu.

“Aku tidak ingin duduk bersama dengan dia,” wajahnya begitu dingin membuat Audi begitu kesal. Pria penyelamatnya itu, tidak seperti yang dia pikirkan.

“Maaf, Presdir Kang. Aku dan temanku pamit, silahkan nikmati makan siangnya,”

Pria yang di panggil Presdir itu, mencoba untuk tetap menahan Audi untuk tetap tinggal.

“Aku juga, tidak sudi makan bersama dengan pria yang sama sekali tidak bisa menghargai orang lain,” kata Audi. “Terima kasih telah mengundangku untuk makan siang. Kami permisi dulu,”

Audi beranjak dari tempat duduknya, di ikuti oleh Hyun Joo.

“Rasa benci yang ada di dalam hatimu, suatu saat kau akan menyesali telah membenci orang yang salah. Padahal dia adalah adikmu,” kata Audi berbisik di dekat Pria itu, kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu.

“Sikap dinginmu itu membuatku kesal,” Kang Yoo begitu blak-blakan dengan sikap pria yang tengah bersamanya itu. “Kau membuat kesan buruk pada gadis yang ku sukai,” kata Kang Yoo lagi.

“Kau menyukai gadis itu? Sepertinya seleramu sudah murahan,” kata pria itu, sambil memicingkan matanya. “Gadis itu sepertinya tidak memiliki hal spesial, untuk kau seorang COE,” kata pria itu.

“Hm. Sejak kapan seorang Kim Dan begitu mencampuri urusan wanitaku,”

“Sebaiknya aku pergi. Bye!”

Pria berambut perak bermata merah itu, pergi meninggalkan sahabatnya.

Sinar matahari, membuatnya semakin terlihat begitu berbeda di bawa teriknya mentari. Apalagi rambut dan matanya, membawa kesan tersendiri untuk pria itu. Dia seperti seorang vampire di antara orang-orang.

Dia di jemput oleh seseorang dengan mobil, mungkin itu asistennya. Tidak heran, karena dia adalah Direktur Perusahaan. Pria di samping Audi melihat ke arah pria itu, tatapan kesedihan.

“Dia kakakku,” kata Hyun Joo.

“Aku tahu,”

“Aku dengannya, satu ayah namun beda Ibu,” kata Hyun Joo dengan nada sedih. “Sejak dulu, dia tidak pernah menyukaiku. Aku bahkan menjadi seorang Polisi, agar tidak memperebutkan perusahaan dengannya,” katanya lagi.

“Kau akan mengantarkanku bertemu dengan orang yang kau maksud?” Audi bertanya tiba-tiba karena ingin mengalihkan permbicaraan mereka.

.

.

Sebuah ruangan, terlihat sesuatu yang seperti rak-rak berbentuk kotak. Lebih tepatnya adalah rumah abu.

Di tangan Hyun Joo terlihat sebuah bunga, sama halnya dengan Audi.

“Em. Maaf, baru mengunjungimu lagi,” kata Hyun Joo sambil merekatkan bunga pada kaca memorial itu.

“Aku bersama dengan temanku, dia sangat hebat,” kata Hyun Joo.

“Hallo, aku teman...” perkataan Audi terputus ketika melihat foto yang terpajang di sana. Dia melangkah mundur, kemudian terjatuh.

Hyun joo yang melihat hal tersebut, tampak kebingungan.

“Kenapa? Ada apa? Apa kau melihat sesuatu?”

“Kau yakin dia bunuh diri?” tiba-tiba Audi bertanya.

“Hasil forensik mengatakan seperti itu,” jawab Hyun Joo.

“Kau pasti salah,” kata Audi. “Aku melihatnya, aku melihatnya bukan bunuh diri,” kata Audi lagi membuat Hyun Joo terbelalak kaget.

“Apa maksudmu?”

“Kita bicara di tempat lain,” kata Audi sambil berusaha untuk berdiri, namun dirinya kehilangan keseimbangan membuatnya di bantu oleh Hyun Joo.

Hyun Joo membawa Audi, ke sebuah restoran dekat dari tempat mereka kunjungi tadi.

Sebuah pelayan datang, membawakan pesanan yang mereka pesan saat masuk.

Audi mencoba menenangkan diri dengan menyerup jus melon kesukaannya itu.

“Aku tadi menelfon temanku yang menjadi dokter forensiknya saat itu,” kata Hyun Joo

“Oh begitu ya,” Audi kembali menyerup minumannya.

Sebuah deringan telfon masuk terdengar dari Ponsel Audi—COE Kang.

“Hallo, Audi. Aku minta maaf atas kejadian tadi,”

“Tidak apa,” jawab Audi dengan singkat.

“Aku akan mentraktirmu di lain waktu,” kata Kang Yoo.

“Iya. Sampai jumpa,” kata Audi mematikan telfonnya.

Kring!

Suara pintu terbuka, seorang wanita dengan pakaian mantel berwarna abu-abu masuk ke dalam tempat itu. Rambutnya tergerai dengan panjang rambut sekitar di atas pinggannya. Wajahnya tirus, bola matanya berwarna hitam.

“Seorang wanita?” batin Audi bertanya.

“Hyun Joo...” panggil wanita itu.

Bau obat tercium dari tubuh gadis yang baru saja datang.

“Apa hari ini ada mayat?” tanya Audi seketika membuat gadis yang baru sampai itu melirik ke arah Audi.

“Ahaha. Iya,” jawabnya sambil cenggesan. “Siapa dia?” tanyanya pada Hyun Joo sambil berbisik.

Audi melihat gadis itu beberapa menit, melihat gadis itu, membuatnya semakin dalam melihat rahasia gadis itu. Bahkan, sampai membuat Audi untuk sebentar menahan nafasnya.

“Oh ini, temanku... Dia ingin mengetahui tentang...”

“Aku ingin memperlihatkanmu sebuah kasus,” kata Audi memotong perkataan Hyun Joo. “Hyun Joo mengatakan jika temannya, adalah seorang dokter forensik, jadi aku ingin menanyakan sesuatu,”

“Begitu ya,”

“Hhhhmm... Mana ya,” Audi berpura-pura sedang mencari sesuatu. “Sepertinya aku meninggalkannya,” kata Audi lagi.

Hyun Joo hanya melihat Audi dengan heran.

“Ah, kau bisa menghubungiku lain kali,” kata gadis itu sambil memberikan kartu namanya.

Dr. Hanna Lee, nama yang tertera di kartu nama itu. Audi mengerutkan dahinya, sepertinya dia pernah lihat nama itu. Hm. Tapi dia lupa.

“Aku masih punya urusan, aku pulang dulu. Kalian silahkan lanjutkan,” kata Audi tengah bergegas.

“Kau mau pergi ke mana? Biar aku antar,”

“Aku masih ada jadwal mengajar hari ini,” kata Audi. “Tidak perlu mengantarku, lagi pula kau sedang bersama dengan temanmu,” kata Audi mencegah Hyun Joo untuk ikut dengannya.

Audi mempercepat langkah kakinya agar segera keluar dari restoran.

Hatinya masih berdegup kencang.

Bruk!

Suara mobil menabrak sesuatu. Benar saja, Audi adalah korbannya. Karena kurang hati-hati membuatnya terserempet oleh mobil.

“Kau tidak apa-apa?” tanya seorang pria baru saja keluar dari dalam mobil. Rambut perak serta mata merah, dia mengenali wajah itu. Pria yang tadi berada di ruangan yang sama dengannya.

“Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit,”

Audi masih menatap pria itu, sedangkan dia tak sadar jika dirinya tengah di gendong oleh pria itu masuk ke mobil.

“Kita ke rumah sakit,” kata pria itu dengan nama lembut.

Aroma obat-obatan tercium di hidungnya. Audi di taruhnya di ranjang rumah sakit, sambil memanggil petugas.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, kaki Audi di balut dengan gips.

“Siapa namamu?” Audi bertanya dengan ragu-ragu, takut dia akan marah seperti saat mereka bertemu.

“Eldean,” kata pria itu. “Aku yang akan membayar tagihannya,” katanya lagi.

Karena harus menjalani pemeriksaan, dan juga perawatan. Audi di haruskan untuk di rawat inap!

Sebuah deringan Ponsel.

“Audi... Kau dimana? Aku lagi di tempatmu,” suara telfon dari seberang sana terdengar, itu adalah Hyun Joo.

“Maaf... Aku lagi di rumah sakit...” kata Audi membuat telfon itu terputus.

Sekitar 15menit kemudian, sebuah gebrakan pintu terdengar. Terlihat sosok yang di kenalinya.

“Oenni...”

“Apa yang terjadi...”

Pertanyaan bertubi-tubi di berikan padanya.

“Besok sudah bisa keluar, tidak perlu khawatir. Aku hanya perlu pakai kruk kok,” kata Audi mencoba menenangkan suasana.

“Aku ingin bicara dengan Hyun Joo, bisa tinggalkan kami?”

Audi meminta Bok Joo dan Aulia untuk keluar.

“Mengapa kau tidak bertanya saja? Dia itu sahabat Alam. Kekasihku, dia sangat terpukul saat Kekasihku meninggal,”

“Tadi aku bertemu seorang pria dengan wajah yang sama, tapi dia agak berbeda dari yang aku temui,” kata Audi.

Hyun Joo tidak tahu harus menjawab apa, karena dia bingung dengan apa yang di katakan oleh gadis di hadapannya itu.

“Soal aku berbohong tadi. Sebenarnya...” Audi terbata-bata ingin mengatakan apa yang ingin dia katakan. “Apa kau percaya jika aku mengatakannya?” tanya Audi sebelum melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

————————To Be Continued————————

“Apa kau percaya jika aku mengatakannya?” tanya Audi sebelum melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

“Apa maksudmu?”

“Jika sahabatmu bersalah, apa kau akan menghukumnya? Atau membiarkan dia?”

“Jika dia salah, dia harus di hukum,” jawab pria itu dengan tegas.

“Aku harap kau tepati janjimu,” kata Audi sambil menatap Hyun Joo yang penasaran dengan apa yang akan Audi katakan. “Saat melihat foto di rumah abu, aku melihat seorang gadis yang menjadi pelakunya. Dia mengiris lengan kekasihmu, dan gadis yang ku lihat itu adalah... dr. Hanna,” kata Audi dengan nada pelan tapi serius.

“Tidak mungkin... Aku harus bertanya langsung padanya,”

Hyun Joo tidak percaya tentang apa yang di katakan oleh Audi. Dia telah bersahabat dengan dr. Hanna sejak lama, dia tahu sifat orang itu. Seperti itu adalah pikirannya. Sulit mempercayai, apalagi ternyata orang itu adalah sahabat dekat kita.

“Kau gila? Kau ingin mengatakan jika aku yang mengatakannya?” Audi berusaha untuk mencegah Hyun Joo.

“Aku harus menanyakan langsung padanya,” kata Hyun Joo.

“Sejak awal, kau percaya padaku. Berharap jika dia benar-benar tidak bunuh diri, namun di bunuh. Karena itu, kau memilih percaya dan membawaku ke sana. Kau sama saja dengan mereka. Kau tahu pintu keluarnya sebelah sana bukan? Silahkan keluar,” kata Audi dengan nada marah.

Audi tahu, sulit untuk orang lain bisa mempercayai kemampuan yang dia miliki.

Audi tidak menuntut untuk di percaya atau tidak, tapi dia pun penasaran tentang hal yang dia lihat itu, karena itu dia memerikan kesempatan pada Hyun Joo.

Hyun Joo melangkah untuk keluar. Raut wajahnya, begitu sulit untuk di katakan.

“Dia bukan kekasihmu... Wanita yang meninggal itu...” kata Audi membuat langkah kaki Hyun Joo terhenti. “Kau bisa mengingat-ingat kembali. Saat kau yakin, datang padaku. Aku berikan kau kesempatan,” kata Audi lagi sambil memejamkan matanya.

Di luar sana, Bok Jon dan Aulia mendengar apa yang Audi katakan. Saat Hyun Joo keluar, membuat mereka melihat ke arah pria itu.

“Apa yang dia katakannya selalu benar. Kau pasti pernah mendengar rumor tentang seseorang yang bisa melihat masa lalu. Seseorang itu adalah dia. Banyak orang-orang penting tahu tentangnya,” kata Bok Jon. “Terserah padamu kau ingin mempercayai siapa,” kata Bok Jon. “Em. Jika tidak percaya aku bisa katakan satu orang yang bisa kau tanyakan langsung. Tapi aku sekarang tidak ingin memberitahumu,” kata Bok Jon.

Bagi seorang Hyun Joo, akan sulit baginya menerima kenyataan yang Audi katakan padanya. Dengan langkah yang pelan, dia melangkah ke kursi taman rumah sakit. Memikirkan apa yang di katakan oleh Audi.

.

.

Audi melangkahkan kakinya, menuju suatu ruangan, dr. Alexandreon Pato. Umurnya sekitar 50an tahun.

Tok. Tok. Tok.

Audi mengetuk pintu, kemudian masuk.

“Ah, rupanya dokter kedatangan Pasien,” kata seorang pria ketika melihat Audi masuk ke ruangan tersebut.

Seorang pria muda bisa di taksir umurnya sekitar 23thn, dengan warna rambut berwarna cokelat tengah duduk di situ.

“Dia... Dia bukan pasien. Dia dokter di sini...” kata dr. Alex memperkenalkan Audi.

Pekerjaan misterius Audi adalah seorang dokter. Dia mengambil dua studi sekaligus, membuatnya menjadi seorang dokter Psikiater di usianya yang bisa tergolong muda itu.

Ketika pria itu pergi, Audi mengatakan jika dia ingin masuk kerja lagi.

“Dokter... Saat anda di Inggris, anda mengatakan jika anda pernah menangani seorang pasien D.I.D,” kata Audi dengan terbata-bata.

“Iya! Dia orangnya, dingin, tegas, dan IQ nya tinggi. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Em. Aku bertemu dengan seorang pria yang sama, tapi raut wajah, tatapannya begitu berbeda. Aku berpikir tentang dia mengalami gejala halusinasi. Tapi, ini berbeda. Aku melihat dua memori yang berbeda. Caranya memperlakukanku, saat pertama kali bertemu dia begitu dingin, tegas, dan berwibawa. Saat aku bertemu untuk kedua kalinya, dia begitu sopan, tutur katanya begitu lembut, aku bertanya namanya dia menjawab Eldean,” kata Audi.

Dr. Alex, terkejut ketika Audi menyebut nama Eldean. Kemudian dr. Alex menjelaskan siapa sebenarnya pria itu. Audi mendengarkan pria tua itu dengan baik, tanpa menyela.

.

.

Hyun Joo mencari Audi di kamarnya, tapi kamar yang di dapatinya kosong.

“Kau kembali?” tanya Audi dari arah belakang Hyun Joo.

“Aku percaya, kali ini aku tidak akan meragukanmu,” kata Hyun Joo.

Di saat yang bersamaan pun Kim Dan, datang menemui Audi, namun Audi tengah bersama dengan Hyun Joo, membuatnya pria berambut perak itu membuntuti Audi dan Hyun Joo.

Suasana taman agak sunyi di jam seperti ini, karena itu mereka lebih memilih untuk berbicara di tempat seperti itu. Terlihat gedung-gedung pencakar langit, perkotaan serta lautan dari gedung itu.

“Aku minta maaf soal aku tidak mempercayaimu, ketika aku memikirkannya semalam, sebenarnya aku pun mencurigai hal itu. Tapi aku menyangkal karena aku takut,” kata Hyun Joo.

“Aku bisa mengerti,” kata Audi.

“Tapi, apa maksudmu wanita yang meninggal itu bukan kekasihku?”

“Aku melihat wanita yang sama di depannya,”

“Maksudmu dia kembar?” tanya Hyun Joo.

“Aku tidak yakin, apakah mereka kembar atau salah satu dari mereka melakukan operasi,”

“Bagaimana kau yakin jika dia bukan kekasihku?”

“Ada moment yang hanya kau dengannya yang tahu, sedangkan gadis itu tidak memilikinya,” kata Audi. “Ada sesuatu yang aneh menurutku. Jelas-jelas mereka bukan orang yang sama. Tapi, satu yang pasti. Jika dr. Hanna adalah pelaku pembunuhan itu.

Pria berambut perak itu agak heran dengan topik pembicaraan yang Audi dan Hyun Joo katakan, namun dia tidak ingin bertanya.

“Kita bicarakan di rumahku, sebaiknya kau kumpulan kembali berkas kasusnya, jika kau memiliki foto kalian saat pertama pacaran, ada baiknya. Mungkin itu bisa membantu,” kata Audi. “Oh iya. Aku ingin menanyakan sesuatu,”

“Hm. Tanya apa?”

“Kakakmu punya kembar?” tanya Audi.

“Tidak,” Hyun Joo langsung menjawab menyangkal.

“Kau pasti sudah tahu, tapi masih bertanya padaku,” kata Hyun Joo.

Pria berambut perak itu lagi-lagi bingung dengan apa yang di telah di ketahui oleh Audi.

“Aku akan membayarmu...”

“Tidak perlu... Kau hanya perlu mentraktirku,” kata Audi. “Aku ingin kembali ke kamarku,” kata Audi lagi sambil pergi meninggalkan Hyun Joo.

Audi masuk ke ruangan loker, tempat baju prakteknya berada. Walaupun tangannya masih dalam keadaan menggunakan gips, namun dia ingin tetap bekerja.

Sebuah deringan Ponsel terdengar.

Nomor tidak di kenal.

“Hm. Siapa?” Audi membatin sambil mengangkat telfon.

“Apa boleh kita bertemu? Aku berada di depan rumah sakit,” kata seseorang dari seberang telfon.

Audi bergegas menemui orang tersebut, dia begitu penasaran dengan yang baru saja menelfonnya.

Mata Audi tertuju pada sebuah mobil yang begitu mahal, seorang pria baru saja keluar dari mobil itu. Rambut perak, bola mata merah.

————————To Be Continued————————

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel