4. Kau Bisa Melihat Masa Lalu?
“Kau bisa melihat masa lalu?” tanya pria itu dengan spontan membuat Audi berhenti mengunyah makanannya.
Deg!
Deg!
Entah apa yang harus dia katakan untuk menjawab pertanyaan pria yang ada di depannya itu.
“Hei, nggak mungkinlah,” kata Bok Joon berusaha menyangkal apa yang di katakan pria itu.
Bok Joon adalah orang kedua yang di percaya oleh Audi saat kakek Joe meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Karena itu dia mengetahui jika Audi memiliki kemampuan melihat masa lalu orang lain.
Audi menatap pria itu, melihat masa lalu pria itu lebih dalam.
“Iya, aku bisa melihatnya,” kata Audi sambil terus makan.
“Eee... Mengapa kau mengatakan padanya?” bisik Bok Joon pada Audi.
“Anda silahkan pergi dari sini. Anda telah mendapatkan jawaban dari apa yang anda inginkan,” kata Audi sambil melihat pria itu.
“Mengapa kau percaya padaku?”
“Kau tidak akan datang padaku jika kau tidak percaya tentang kemampuanku,” kata Audi.
“Jika seperti itu, jadi temanku,”
“Laki-laki dan wanita tidak bisa jadi teman,”
“Uwaaa... Jadi senior Audi bisa melihat masa lalu?” sebuah suara mengejutkan Audi, Hyun joo, dan bok joon. Dia adalah Aulia.
“Siapa kau, berani sekali menguping pembicaraan?” tanya Audi saat melihat Aulia.
“Ah... Dia... Menyewa kamar...” Bok Joon tergagap menjelaskan siapa gadis yang menguping itu.
“Kau lari dari rumah rupanya,” kata Audi. “Sebaiknya kau telfon polisi, biarkan orang tuanya datang jemput,” kata Audi lagi pada Bok Joon.
“Aku tidak ingin pulang,” kata gadis itu. “Jika kau memaksaku, aku akan memberitahu orang-orang soal rahasiamu,” ancam gadis itu.
“Sepertinya aku membawa masuk anak harimau,” kata Bok Joon.
“Aku ingin bicara berdua dengan pria ini,” kata Audi.
Bok Joon membawa gadis itu naik ke atas, membiarkan Audi berbicara berdua dengan pria yang ada di hadapannya itu.
“Sejak kapan kau memiliki kemampuan melihat masa lalu?”
“Tiga tahun lalu,”
“Ah begitu rupanya,”
“Kau tidak takut aku akan membocorkan rahasiamu?”
“Tidak,”
“Hari ini kita jadi teman,” kata pria itu. “Aku akan datang lagi besok,” kata pria itu sambil beranjak pergi dari restoran.
Audi naik ke lantai atas. Aulia dan Bok Joon tengah duduk sambil bercerita.
“Audi...” panggil Bok Joon.
“Senior...” panggil Aulia.
“Aku ingin tidur,” kata Audi sambil masuk ke dalam kamarnya.
Bagi Audi, dia ingin kehidupan normal yang biasa-biasa saja. Hari ini rasanya begitu lelah baginya. Di tambah dengan mereka yang mengetahui kemampuannya.
Dalam pikirannya bukan soal kemampuan, dia hanya takut jika dia akan di bully lagi. Kenangan yang sejak dulu ingin dia hapus dari masa lalunya. Bahkan, saat dia menatap cermin dia bisa melihat semua kenangan itu dengan sangat jelas.
Audi yang melihat gadis kecil yang datang menyewa kamar di tempatnya tentu dia tahu siapa gadis kecil itu.
“Sepertinya aku akan bertemu dengan kalian berdua melalui gadis kecil itu, cepat atau lambat,” kata Audi sambil menikmati malam melihat gemerlapnya bintang-bintang di angkasa.
Sepuluh tahun yang lalu...
***Surabaya—Indonesia**!
Hari itu langit begitu cerah, kedua orang tua Audi mengajaknya pergi ke sebuah taman bermain terbesar di kota Surabaya.
Audi bermain dengan sangat gembira, bersama dengan adik kecilnya. Ini adalah kali pertama baginya di ajak ke taman bermain setelah adik kecilnya itu lahir.
Saat dia kembali dari toilet dia tidak mendapatkan orang tuanya di taman tersebut.
Audi berpikir jika kedua orang tuanya kembali ke rumah lebih awal, namun kenyataan tidak seperti apa yang dia pikirkan.
Orang tuanya tidak berada di rumah, hanya meninggalkan sejumlah uang dan sebuah surat untuknya.
Saat membaca surat itu, dia baru menyadari jika dia telah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya. Padahal usianya 15th dan duduk di kelas 2 SMP saat itu*.
“Hai,” sapa Hyun Joo saat melihat Audi.
“Pagi Senior,” sapa Aulia.
“Mengapa kau datang?” tanya Audi pada Hyun Joo.
“Aku akan mengantarkanmu ke kampus,”
“Aku tidak punya jadwal ke kampus hari ini,”
“Ya sudah, aku akan tetap mengantarkanmu,”
“Aku akan naik bus,”
“Sebaiknya kau bersama dia, untuk berhemat,” kata Bok Joon sambil mengambil kartu bus milik Audi. “Aku titip gadis dingin ini padamu ya, pak polisi,” kata Bok Joon sambil memasukan Audi ke dalam mobil pria itu.
Audi membaca buku sambil mendengarkan Earphone. Dia hanya memberikan selembar kertas pada Hyun Joo.
“Kau...”
“Jika kau sibuk, sebaiknya kau tidak perlu mengantarkanku,” kata Audi.
“Tidak, aku akan tetap mengantarkanmu,” kata Hyun Joo.
“Bagaimana kau mengenal semua orang yang ada di daftar nama-nama ini?”
“Di kenalkan padaku,”
“Mereka orang-orang penting. Karena mereka tidak bisa pergi ke rumah sakit, mereka memiliki psikiater pribadi. Dokter senior di rumah sakit merekomendasikan diriku pada mereka,”
“Mengapa kau tidak tinggal di Apartement mewah dan memilih tinggal di...”
“Ada begitu anyak kenangan di bagunan tua itu,” Audi memotong pembicaraan Hyun Joo.
“Kau tidak pergi ke kantor?”
“Tidak, aku cuti hari ini. Aku ingin mengajakmu bertemu dengan gadis itu,” kata Hyun Joo. “Hari ini adalah hari di mana aku bertemu dengannya,”
Mobil Hyun Joo berhenti pada sebuah gedung pencakar langit. Gedung itu adalah sebuah perusahaan ternama di Korea Selatan. Audi di undang untuk makan siang bersama oleh COE perusahaan itu.
“Aku sebaiknya tidak ikut ke dalam,”
“Kau harus ikut, karena telah menemaniku sampai di sini,”
Bukan kali pertama Audi datang ke perusahaan itu. Sebelumnya dia datang sebagai seorang dokter, kini dia datang sebagai seorang tamu yang di undang.
Beberapa orang menjemput Audi di pintu masuk.
“Maaf, hanya Nona ini yang...”
“Dia temanku... jika dia tidak di izinkan, aku pun tidak akan ikut bersama dengan kalian,” kata Audi sehingga para pengawal itu mengizinkan Hyun Joo untuk ikut.
Suasana perusahaan itu tampak damai, para karyawan tengah sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing.
Lift menuju ke lantai 20 gedung itu.
“Nona Audi telah datang,” kata seorang pengawal memberitahu keadaan.
Seorang wanita membukakan pintu.
“Silahkan masuk Nona. Presdir kami tengah menunggu,” kata salah seorang wanita berkacamata yang berprofesi sebagai Asisten COE.
Terlihat seorang pria berumur 35th. Wajahnya terlihat sangat muda daripada usianya.
“Terima kasih telah mengundangku untuk makan siang,” kata Audi memberi hormat pada pria itu.
“Kau datang bersama dengan seorang teman?” tanya pria itu.
“Dia temanku,” jawab Audi.
“Ah. Jadi dia temanmu? Aku tak tahu jika kau punya teman,” kata Pria itu lagi. Oh iya. Aku hampir lupa. Silahkan duduk,” kata pria itu lagi.
“Hyun Joo. Dia adalah COE perusahan ini—Lee Kang Yoo,” kata Audi memperkenal pria itu pada Hyun Joo. “Presdir. Ini temanku, dia kerja di salah satu kantor polisi. Letnan Kim Hyun Joo,” kata Audi lagi.
“Ah iya. Salam kenal denganmu,” kata kedua pria itu secara bersamaan.
“Bagaimana dengan kondisimu?”
“Sudah membaik,”
“Aku akan memberikan resep obat yang sama, tapi dosis rendah. Terus di minum,” kata Audi sambil menuliskan sebuah resep obat.
“Presdir. Tuan Kim ada di sini,” kata sekertarisnya.
“Aku mengundang temanku untuk makan bersama,” kata Kang Yoo.
Seorang pria dengan tinggi badan sekitar 179cm, menggunakan jas berwana abu-abu masuk ke dalam ruangan itu.
“Kau sudah datang?” tanya Kang Yoo pada pria itu.
Audi masih asik menulis sesuatu ke booknotenya.
“Audi. Kenalkan dia temanku,” kata Kang Yoo.
Audi melihat pria itu langsung terkejut, sama halnya dengan Hyun Joo.
“Kau...”
Deg!
Jantung Audi berdetak tak beraturan ketika melihat pria itu.
————————To Be Continued————————
