Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Menemukanmu

Musim semi telah tiba. Ini adalah musim ke 12, gadis itu berada di Negara itu yang berarti telah 3th dia berada di Negara ini.

Suasana kampus begitu ramai, bunga-bunga sakura tengah bermekaran di sepanjang jalan. Hawa dingin menandakan jika musim semi telah tiba.

Saat itu, suasana semester baru. Begitu banyak para mahasiswa baru.

Audi melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan. Di telinganya terpasang earphone, rambutnya di sanggul terkesan berantakan, namun membuat elegant mungkin karena trend di negara itu.

Beberapa mahasiswa tengah berbisik-bisik.

“Apa kalian tahu, dia mendapatkan beasiswa full di kampus ini. Bahkan dia bekerja sebagai asisten dosen, dengar-dengar dia juga punya pekerjaan misterius loh. Bahkan beberapa pejabat negara sering datang berkunjung padanya,” kata seorang pada teman-temannya.

“Ada yang bilang dia itu agen mata-mata,” katanya lagi.

“Mata-mata?”

“Itu hanya gosip yang beredar, karena sifatnya! Yang jelas dia akan memberikan materi semester awal pada kita,”

“Uuuuh. Kirain beneran,” kata seseorang dengan lega!

“Beberapa senior yang mengambil mata kuliah ini, dan salah satu dari mereka berhenti,”

“Kenapa?”

“Kata mereka dia sangat Psiko, sifatnya dingin. Tidak pernah ku lihat dia duduk mengobral berkelompok,”

“Tapi dia begitu populer, dia cantik, sifatnya itu menarik begitu banyak perhatian orang-orang karena penasaran, mendapatkan beasiswa, nilai-nilai tidak pernah rendah. Jika aku jadi cowok, aku akan terus mengejarnya. Dia tipeku banget,” kata seorang wanita.

“Dia datang... Dia datang...”

Seorang gadis tengah berdiri di depan kelas, membawa beberapa buku dan barang lainnya di dalam tas plastik.

“Dia memakai kacamata hitam lagi,” kata seseorang berbisik membuat beberapa temannya tertawa kecil.

Auditya Crala Xiaoli, usianya 25th, dia jurusan Psikologi Criminal di Universitas ternama di Korea Selatan. Dia mendapatkan beasiswa full di kampus itu. Tentunya dengan kerja kerasnya selama ini.

Audi menghamburkan barang-barang tersebut di atas meja.

“Silahkan maju kedepan dan ambil masing-masing satu barang yang kalian inginkan,” kata Audi.

Audi menayangkan beberapa reka adengan yang membuat bulu kuduk merinding ketika melihatnya.

“Silahkan pilih salah satu teman kalian yang ingin kalian bunuh, dan buat laporan hasil percobaan menggunakan alat yang kalian ambil tadi,” kata Audi membuat para mahasiswa itu bertatap-tatapan.

“Apa dia sudah gila?”

“Sepertinya memang dia sudah gila,”

Suara bisik-bisik kecil terdengar.

“Mengapa? Kalian tidak ingin, jika tidak suka, kalian bisa mengulang semester depan,” kata Audi.

Mereka hanya terdiam mendengar apa yang baru saja Audi katakan, mereka tahu jika Audi tidak pernah bercanda tentang apa yang baru saja dia katakan.

“Kelas hari ini cukup sampai disini, sampai bertemu pekan depan,” kata Audi sambil melangkah keluar ruangan.

“Aku ingin laporannya telah terkumpul pertemuan berikutnya,” kata Audi menghentikan langkah kakinya. “Dan... Aku tidak menyuruh kalian untuk membunuh teman kalian,” kata Audi sambil menghilang di balik pintu ruangan.

Beberapa mahasiswa tertawa.

Beberapa dosen yang mengenal Audi mengetahui bagaimana sikap Audi. Sebenarnya bukan karena dia tidak ingin berteman atau bercanda dengan orang-orang sekelilingnya, tapi trauma dengan masa lalu membuatnya menjadi sedingin es. Namun sebenarnya hatinya begitu hangat. Dia beberapa kali mendapatkan konseling tentang traumanya, dan juga segaja mengambil jurusan psikolog karena traumanya, tidak lain untuk mempelajari dirinya sendiri.

Dia tidak memiliki teman yang di ajak berbicara selain merekam sendiri apa yang dia katakan. Sesekali dia berbicara dengan pemilik restoran yang menyewa di gedungnya. Tepatnya, di bawah rumahnya.

Musim semi memang sangat indah, bunga bermekaran di mana-mana. Suasana tampak teduh, damai, nyaman.

Sebuah bangku taman terlihat, Audi duduk di bangku teman tersebut, dengan ciri khasnya. Earphone terpasang di telinganya, sebuah kacamata bulat pastinya, tidak lupa dengan jaket tudung berwarna hitam menutup rambutnya yang panjang.

Terlihat begitu banyak makanan kecil serta minuman bersoda disampingnya. Semua itu diberikan untuknya, dari beberapa senior ataupun junior yang nge fans padanya.

Drap!

Drap!

Drap!

Beberapa langkah kaki terdengar.

“Senior, mohon bantuannya,” kata salah seorang dari mereka yang datang sambil memberikan sebuah kotak hadiah.

Audi melihat ke arah mereka yang datang. Sekilas dia melihat gambaran masa lalu dari orang-orang yang berada di hadapannya itu.

*Kebohongan!

Pengkhianatan!

Tukang pamer!

Gosip*!

Itu adalah gambaran besar dari masa lalu yang di lihat Audi.

“Terima kasih,” kata Audi sambil mengambil hadiah yang di berikan padanya.

“Apa kami boleh meminta bantuan padamu jika...”

“Iya silahkan. Kalian bisa menemukanku di taman atau di perpustakaan saat jam kampus,” kata Audi memotong pembicaraan.

Audi sengaja memotong pembicaraan, agar para mahasiswi itu segera pergi dari hadapannya. Melihat masa lalu dari orang tersebut, membuatnya lelah.

“Terima kasih,” kata mereka bersamaan sambil pergi dari hadapan Audi.

“Uwa, dia sangat keren. Bahkan nada bicaranya, style nya pun. Jika cowok aku akan melengket terus padanya,” kata seseorang.

“Au...” panggil seseorang. “Aku membawakanmu makan siang,” kata orang tersebut dengan pakaian kurir. “Bos menyuruhku mengantarkannya padamu,” kata kurir itu.

“Ok. Thanks,” kata Audi.

“Oouhhh... Bagaimana bisa kau bertahan hidup dengan sikapmu seperti itu. Aku pergi dulu, jangan lupa di makan,” kata orang itu sambil pergi meninggalkan Audi yang masih berada di taman.

Dddrrr...

Ddrr..

Dddrr...

Getaran ponsel terdengar. Sebuah pesan masuk ke dalam Ponselnya.

Hari ini adalah Jadwalnya memberikan les.

Baginya, hidup di Negara ini hal wajib untuk mencari pekerjaan sampingan, dan tidak bergantung pada uang beasiswa yang di terimanya setiap bulan.

Ada beberapa alasan mengapa dia memilih kuliah di luar negeri daripada Indonesia. Alasannya ingin memiliki kehidupan yang lebih baik daripada kehidupannya di Indonesia.

Saat itu jalanan Seoul begitu ramai, Audi memilih untuk berjalan kaki pergi ke tempatnya memberikan les.

Suasana penyeberangan begitu ramai. Audi melangkahkan kakinya, ketika lampu berwarna merah telah muncul. Kali ini, Audi tidak mengunakan kacamata hitam membuatnya bisa melihat masa lalu orang-orang yang berada di sekitarnya.

“Aku akan menolongnya. Jadi siapkan pelampung,”

Deg!

Deg!

Deg!

Sebuah gambaran masa lalu terlihat oleh Audi, membuatnya langkah kakinya terhenti seketika mencari pemilik masa lalu yang di lihatnya.

Deg!

Deg!

Suara detak jantung Audi berdegup dengan sangat cepat, seirama dengan orang-orang yang berlaulang di sekelilingnya.

Dia masih mencari pemilik masa lalu tersebut!

Namun mustahil mencarinya di tengah begitu banyaknya orang yang berlaulalang saat itu.

“Aku ingin berterima kasih, karena telah menyelamatkanku,” kata Audi membatin.

“Tak ku temukan,” kata Audi masih mencari. “Di mana ku lihat masa lalu itu,” kata Audi lagi.

“Agashi... Agashii...” panggil seseorang.

“Permisi, Agashii... Anda menjatuhkan ini,” kata orang tersebut sambil menepuk pundak Audi.

Seorang pria menyodorkan sebuah dompet berwarna blue ice kepada Audi.

Tanpa sengaja mata Audi bertemu dengan mata pria itu.

Raut wajah Audi berubah! Begitu ketakutan.

“Agashii... apa kau mendengarku?” tanya Pria itu pada Audi.

Audi tidak mendengar apa yang di katakan oleh pria itu karena dia tengah masuk ke dalam masa lalu orang itu.

“Agashi...”

“Aku minta maaf,” kata Audi pada pria itu.

“Apa?” tanya orang itu keheranan dengan ekspresi dan apa yang di katakan oleh Audi.

“Aku tidak melihatnya...” kata Audi lagi pada Pria itu.

Saat itu ekspresi Audi begitu ketakutan kerena melihat masa lalu orang tersebut.

“Tidak... Tidak... Aku sungguh tidak sengaja melihatnya,” kata Audi menatap Pria itu.

“Nona melihat apa?” tanya Pria itu pada Audi.

“Jangan takut. Katakan apa yang nona lihat, aku Polisi,” kata Pria itu mencoba menenangkan Audi.

Audi menatap pria itu, sepertinya Audi masih masuk melihat masa lalu pria itu.

“Gadis itu,”

“Gadis mana?” tanya pria itu lagi.

“Aku sungguh tidak sengaja melihatnya,” kata Audi lagi.

Pria itu tampak begitu kebingungan dengan apa yang tengah di hadapinya.

“Melihat apa?”

Audi yang mulai sadar mencoba untuk menenangkan dirinya yang melihat masa lalu orang itu.

“Aku seharusnya tidak melihat kekasihmu meninggal dengan bunuh diri,” kata Audi.

Deg!

Deg!

Deg!

Sebuah apartement di musim dingin. Seorang gadis tergeletak di di lantai, di samping terlihat sebilah pisau yang punuh darah. Tangannya teriris, sepertinya dia bunuh diri.

Terlihat sebuah kalender di atas meja, salah satu tanggal terlingkar berwarna merah.

Sepucuk surat.

“Aku sungguh minta maaf,” kata Audi lagi. “Aku tidak bermaksud melihatnya. Aku benar-benar minta maaf,” kata Audi pergi meninggalkan Pria itu.

Pria itu mematung. Seperti tengah mencerna apa yang baru saja di dengarnya.

Ataukah pria itu merasa aneh dengan apa yang Audi katakan padanya.

Atau...

Apa yang Audi katakan adalah sebuah kenyataan.

Perasaan Audi bercampur aduk, ketika dia melihat masa lalu pria itu. Dia melupakan apa yang di carinya dan memilih untuk duduk di sebuah ayunan.

Menenangkan pikirannya.

Langkah kaki Audi begitu pelan menyusuri trotoar jalan.

Waktu menunjukan pukul 19.15pm KST (Waktu Standar Korea).

Bagi Audi melihat masa lalu seperti itu adalah yang pertama baginya.

Apalagi, itu adalah sebuah kenangan yang menyakitkan untuk di ingat serta luka di atas luka dari sebuah harapan.

Ada rahasia atau masa lalu yang bisa di lihatnya, ada juga yang sulit untuk lihatnya. Ada pula yang hanya sekilas saja.

Langkah kaki Audi berhenti.

“Aku mencari alasan mengapa aku diberikan kemampuan melihat masa lalu orang lain, sejak saat itu aku lebih banyak mendengar kehidupan mereka. Kisah sedih, bahagia, terpuruk, dan begitu banyak hal lain, namun aku belum menemukan alasan mengapa aku memilikinya. Kini... Dunia berisik ini. Sungguh aku bersyukur memilikinya,” kata Audi sambil tersenyum.

“Kini aku mengetahui alasannya...” kata Audi membantin sambil melihat seseorang di seberang jalan.

“Alasannya adalah...”

“Untuk menemukanmu...”

Deg!

Deg!

Deg!

————————To be continued————————

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel