Bab 9. NEW LIFE - NEW SCHOOL
"I miss you so much." Lingga langsung merengkuh Amelia ke dalam pelukannya.
"Kak Lingga aku malu," bisik Amelia dalam pelukan Lingga.
Lingga tak melepaskan pelukannya malah semakin mempereratnya. Dia ingin melepas semua rindu yang dia tahan selama beberapa bulan ini. "Ayo kita pulang, terima kasih ya sudah mempercepat kedatangan kamu."
"Iya, Kak." Mereka berjalan bersama sambil bergandengan tangan menuju mobil yang sudah menunggu mereka.
Tak ada percakapan apapun selama di dalam mobil. Tangan Lingga tak pernah dia lepas dari tangan Amelia sejak mobil dilajukan. Dia belum percaya kalau Amelia berada di sampingnya sekarang.
Amelia menyandarkan kepalanya di bahu Lingga. Sepanjang perjalanan Amelia dan Lingga sedang menikmati kebersamaan mereka.
***
Tidak terasa satu minggu sudah Amelia berada di Jepang. Waktu satu minggu itu Amelia lewatkan dengan pergi berkencan, jalan-jalan, menikmati aneka kuliner, serta mengikuti sebuah tes masuk Sekolah Menengah Atas. Lingga sudah seperti tour guide Amelia selama seminggu ini.
Setelah libur panjang, hari ini waktunya Amelia kembali bersekolah, tetapi kali ini sedikit berbeda. saat ini Amelia bukan lagi seorang siswi Sekolah Menengah Pertama, ia sekarang menyandang status baru "Siswi Sekolah Menengah Atas".
Dan di sini lah Amelia sekarang, di sebuah Sekolah Menengah Atas berstandar international. Mahawirya telah mengatur semuanya. Tidak tanggung-tanggung, sekolah yang dipilih olehnya adalah sekolah paling elit di Jepang. HORIKOSHI GAKUEN.
Horikoshi Gakuen adalah nama Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jepang untuk kalangan artis elit dan sangat mampu (sangat pintar dan kaya). Untuk masuk ke sekolah ini harus anak orang super kaya atau sangat pintar untuk bisa mendapatkan beasiswa penuh.
Fasilitasnya sangat lengkap, mewah dan ekslusif, sesuai dengan biaya sekolahnya. Program studi tour-nya saja ke Eropa, tapi sekolah ini tetap memprioritaskan nilai.
Selain ‘kelas artis’, banyak anak-anak pintar yang bersekolah di sini. Jadi, jangan kira banyak orang-orang bodoh, malas dan kaya yang bisa sekolah disini. Justru sebaliknya, para murid yang mau masuk harus melalui tes tingkat tinggi terlebih dahulu. Pilihannya adalah, super kaya atau super pintar.
Amelia pun sebelum masuk ke sekolah menengah ini harus mengikuti tes karena Amelia merupakan anak yang pintar jadi ia bisa melewatinya dengan baik.
Horikoshi Gakuen School ini terbagi menjadi 4 Kelas :
1. Kelas University (reguler).
Kelas bagi (siswa kaya/pintar) yang ingin melanjutkan ke Universitas.
2. Kelas Sports.
Kelas bagi siswa terkenal di bidang Olahraga (atlit).
3. Kelas bagi Artis/Idol, Disebut TRAIT, bagi penyanyi, aktor, idol, dll.
Mempelajari hal-hal yang biasa dipelajari di sekolah biasa dan juga pengetahuan tentang pekerjaan mereka.
4. Kelas Beasiswa.
Kelas bagi para siswa yang mendapatkan beasiswa di sekolah ini.
Karena Amelia bukanlah seorang artis atau atlit, dan juga bukan masuk karena beasiswa, maka ia berada di kelas University (reguler). Murid kelas reguler tidak bisa sekelas dengan para selebriti, kecuali jika kalian juga orang terkenal. Orang-orang terkenal tersebut akan dikumpulkan dalam satu kelas tersendiri.
Meskipun bisa masuk lewat tes yang super sulit, dijamin tetap akan susah menemui para artis itu.
***
"Ayo masuk, sudah hampir jam tujuh. Hari pertama nggak boleh terlambat." Lingga mengusap lembut puncak kepala Amelia.
Amelia menoleh, melemparkan senyum lembut menanggapi ucapan laki-laki yang perlahan-lahan mulai menempati hatinya itu.
"Amel masuk dulu ya, Kak," ucap Amelia lalu membuka pintu mobil dan keluar.
Lingga mengangguk tersenyum kepada Amelia. "Semangat untuk hari ini," ucap Lingga memberi semangat. Lingga memandangi gadis itu berjalan akan masuk kedalam gedung sekolah.
Sebelum melewati pintu masuk, Amelia tampak menoleh kebelakang dan bertatapan mata dengan kak Lingganya. Dengan cepat Lingga melambaikan tangannya tinggi seolah berkata 'Semangat untuk hari ini dan seterusnya' kalimat menyemangati yang akan selalu Lingga katakan kepada Amelia.
Setelah itu Amelia kembali melangkahkan kakinya, melewati pintu masuk gedung sekolahnya. Langkah kakinya terhenti tepat di depan sebuah papan besar berbingkai ukiran yang indah yang tergantung di dinding.
Papan itu berisi tentang aturan sekolah. Butuh beberapa menit Amelia membaca tentang aturan sekolah barunya itu. Dan ada satu aturan sekolah yang membuat Amelia mengernyitkan dahi.
Salah satu peraturan dari sekolah itu adalah tidak diperbolehkan mempunyai hubungan (pacaran) di sekolah.
Murid laki-laki dan perempuan mempunyai rute ke sekolah yang berbeda. Bila diketahui guru mempunyai pacar dalam satu sekolah, maka akan diperintahkan untuk putus. Bila tidak, akan dikeluarkan.
Di sekolah, laki-laki dan perempuan tidak bisa saling berbicara tanpa alasan yang kuat. Bila sering bersama, akan mendapat peringatan dari guru.
"Mungkin ini yang membuat uncle Wirya memutuskan menempatkan aku di sekolah ini," batin Amelia sambil tepok jidat setelah membaca aturan sekolah itu.
Setelah itu Amelia melanjutkan kembali langkahnya menuju ke tempat tujuan utama hari itu, Gedung Aula dan Hall.
***
Berbekal buku panduan siswa baru di tangannya yang di dalamnya terdapat denah sekolah, Amelia berjalan menuju gedung hall sekolah barunya untuk mengikuti acara penyambutan siswa baru.
Di dalam hall sudah ada puluhan siswa baru yang berkumpul menanti acara di mulai. Mereka menempati kursi-kursi yang telah disediakan. Amelia mulai melangkahkan kakinya menuju kursi kosong yang berada di tengah.
Di dalam ruangan yang tadinya terdengar hiruk-pikuk, ramai dengan suara-suara para siswa, lambat laun mulai hilang. Suasana pun mulai tenang, saat seseorang yang merupakan pembawa acara membuka suara, memberi salam dan susunan acara mulai disebutkan satu persatu.
Pertama-tama, kepala sekolah dipersilahkan naik ke panggung untuk membuka acara dan memberikan sambutan.
Setelah hampir setengah jam kepala sekolah memberikan sambutan, dilanjutkan acara penyambutan siswa-siswi baru.
Di mulai dengan acara opening ceremony lalu dilanjutkan dengan acara-acara lainnya sampai akhirnya nanti tiba di acara penutup.
Acara penyambutan siswa-siswi baru itu berlangsung selama hampir lima jam dan keseluruhannya berjalan lancar dan sukses.
Acara penyambutan siswa-siswi baru hari itu pun telah selesai. Para siswa-siswi baru yang ada di ruangan itu mulai bergerak, dengan teratur meninggalkan ruangan.
***
Udara baru, suasana baru dan lingkungan baru adalah sesuatu hal yang tengah Amelia rasakan saat ini.
Ini adalah hari kedua bagi gadis itu untuk menempati sekolah barunya.
Pagi hari ini sama dengan kemarin pagi. Lingga mengantarkan Amelia ke sekolah. Sesampainya di sekolah Amelia, masih di dalam mobil, "Semangat untuk hari kedua ya." Lingga berkata menyemangati sambil mengelus lembut puncak kepala Amelia.
Amelia membalas dengan tersenyum lembut ke Lingga. "Amel masuk dulu ya, Kak," ucap Amelia kemudian dia membuka pintu mobil dan bergegas keluar lalu menutup kembali pintu mobil itu.
Amelia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung sekolahnya menuju ke lantai dua. Sesuai dengan pemberitahuan dari pihak sekolah yang ia terima semalam via pesan. Di dalam pesan itu berisi informasi mengenai data siswa beserta penempatan kelas dan lokasinya.
Dalam langkahnya, Amelia tidak memperhatikan sekitar. Tatapannya hanya lurus ke depan.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Amelia tiba juga di depan pintu kelasnya, di atasnya tergantung sebuah papan kecil bertuliskan I A-1.
Amelia memasuki kelasnya dan mencari tempat duduk. Ketika kakinya melangkah menuju bangku, beberapa siswi yang sudah berada di kelas itu menatap dengan tatapan penasaran ke arah gadis cantik itu, mereka penasaran karena wajah Amelia sedikit berbeda dari mereka. Ia tidak seperti murid kebanyakan di sekolah itu, yang berwajah khas Asia dengan mata sipitnya.
Bisikan demi bisikan berhasil masuk ke telinga Amelia. Meski bukan kata-kata yang memaki karena mereka cenderung bertanya 'Apakah dia orang Jepang?' gadis ini tidak peduli. Ia mendudukkan diri di bangkunya.
Kriiiiingg ....
Tidak lama kemudian suara bel pertama berbunyi.
Setelah jam masuk, para siswi mulai kembali ke tempat duduk masing-masing.
Tuk ... Tuk ... Tuk.
Selang waktu lima menit kemudian terdengar suara langkah seseorang dengan sepatu berhaknya memasuki ruang kelas.
Ceklek ....
