Bab 8. WELCOME TOKYO
"Mommyy ... Kak Paulaa. Kalian kapan datang?" Amelia langsung menghambur kepelukan mereka.
Amelia sangat merindukan kakak sepupunya yang bernama Paula. Memeluk kakak sepupunya itu lama, baru dilepaskan. Wajar saja dia sangat merindukan kakak sepupunya itu karena sudah 2 tahun mereka tidak bertemu, sejak kakak sepupunya itu memutuskan pergi ke London untuk belajar modeling.
Maria Paula Fernández—kakak sepupu dari Amelia—mempunyai wajah cantik blasteran mirip artis telenovela yang menjadi istri dari bos industri musik, rambut pirang panjang yang diwarnai kecoklatan, tinggi semampai, kulit putih, body bak gitar spanyol dengan semua yang dia miliki itu tidak salah jika dia menjadi seorang model.
Selain cantik sempurna Paula juga merupakan anak dari pengusaha sukses asal Rusia, Aleksey Fernández pemilik FER'Z CORP. Aleksey menikah dengan Agnes Guinandra—adik Manggala.
Kesuksesan Aleksey juga yang membuat banyak pria ingin menjadikan Paula sebagai pasangan juga menginginkan pernikahan demi kepentingan bisnis.
"Kami berdua datang bersama semalam. Tadinya Kakak mau langsung mendatangi kamu di kamar, tapi mengingat hari sudah sangat malam, Kakak takut mengganggu istirahat kamu jadi Kakak mengurungkan niat Kakak itu dan memutuskan bertemu kamu keesokan hari saja, sekalian memberi kamu surprise di pagi hari." Paula memberi penjelasan.
Alis Amelia mengerut. "Tapi kenapa Kakak bisa datang bersamaan dengan Mommy?" tanya Amelia heran.
"Iya, beberapa hari yang lalu Kakak ada project di Amerika jadi sekalian saja mampir ke kediaman Uncle Manggala. Setelah berbincang lama dengan Aunty Elsa tiba-tiba rasa kangen Kakak ke kamu jadi semakin tak terbendung hingga akhirnya Kakak putuskan setelah project itu selesai Kakak mengambil libur untuk ikut Aunty Elsa pulang ke Indonesia."
"Sudah, sudah. Kangen kangenannya dilanjut nanti. Sekarang ayo lekas sarapan terus berangkat sekolah! Nanti kamu terlambat. Bukankah hari ini hari terakhir ujian, kan," kata Elsa.
"Iya, Mom. Hari ini hari terakhir. Doakan Amel ya Mom, Kak."
"Amel sudah selesai sarapan. Amel berangkat dulu." Pamit Amelia ke Elsa dan Paula lantas menarik kakak Nicknya yang sedari tadi acuh tak acuh agar segera berangkat bersama.
***
Hari pengumuman pun tiba.
Suara sorakan kegembiraan terdengar hampir di seluruh penjuru sekolah. Seluruh siswa kelas IX dinyatakan lulus, tapi hanya beberapa orang dari mereka yang dinyatakan sebagai lulusan terbaik dengan nilai tinggi, salah satunya adalah Amelia.
Acara pelepasan pun diadakan beberapa hari setelah hari pengumuman.
Sementara itu, seseorang yang jauh di sana setelah selesai membersihkan diri, lelaki itu mengecek ponselnya. Sebuah pesan masuk dia buka.
(Amelia is sending picture).
"Finally." Kata-kata itu Amelia kirim setelah dia mengirim foto kelulusannya.
Lingga tersenyum. "Congratulations on your graduation my dear, I am proud of your achievements."
"Thanks, Kak." Amelia membalas chat Lingga.
"By the way say, setelah ini libur berapa lama?" tanya Lingga dalam pesannya.
"Emm ... sekitar dua bulan, Kak. Kenapa?"
Lingga bersorak. "Yes! berarti kita bisa ketemu dong."
"Eh, itu Kak. Soal liburan kali ini, maaf kita belum bisa ketemu dulu. Amel berencana mau menghabiskan waktu sama Mommy dan Daddy di Amerika." Amelia menuliskan kata-kata penyesalan dalam pesannya.
Lingga memasang emoticon wajah sedih.
"Jangan sedih gitu dong, Kak."
"Yaah, bagaimana saya tidak sedih. I miss you so much. Biasanya 1-2 bulan sekali kita bisa bertemu, tetapi karena kita sama-sama sibuk dengan study akhir kita jadi tidak bisa ketemu. Saya udah terlanjur senang mengingat kamu akan menghabiskan waktu libur kamu dengan mengunjungi saya. Apa kamu tidak ingin nanti hadir di acara wisuda saya? Saya sangat berharap ada kamu di saat-saat penting di hidup saya." Lingga mengetik pesan dengan wajah cemberut.
"I am so sorry, aku harap Kak Lingga mengerti. Ini sudah menjadi keputusanku sebelum aku meninggalkan keluargaku dan tinggal bersama kalian."
"Baiklah, Say. Saya hormati keputusan kamu. Saya mengerti posisi kamu. Bersenang-senanglah, manfaatkan moment ini sebaik-baiknya. Berbahagialah, Sweety."
"Terima kasih, Kak. Terima kasih sudah mau mengerti aku."
Kalimat itu mengakhiri chat dari Amelia.
Lingga meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, lalu melangkah menuju ke walk in closet untuk berpakaian. Mood-nya menjadi buruk karena Amelia tidak jadi mengunjunginya saat liburan ini.
"Huh, gagal ketemu lagi deh!" Sungut Lingga kesal sembari memakai pakaiannya.
Setelah selesai, Lingga kembali mengambil ponselnya dari atas nakas lalu mengirim pesan ke grup yang terdiri dari dirinya dan ke 3 sahabatnya.
Lingga: "Hi guys, let's go clubbing tonight. I'm in a bad mood."
Roland: "Great! I will tell the girls."
Stevan: "Ok, i'am ready."
Roland: "Alan ... Alan ... where's Alan?"
Stevan: "Alan, muncul lah."
Alan : "Huuh, males gue! palingan si Lingga lagi bad mood gara-gara little girl-nya."
Lingga: @Roland tidak ada cewek-cewekan! Yang ada malah bikin aku pusing nanti.
Lingga: @Alan dasar kamu sahabat tidak tahu diri, bisa-bisanya ngomong seperti itu. Damn!
Roland: @Stevan saya suka cara kamu memanggil si Alan, seperti kamu manggil jin. wkwkwk.
Alan: @Lingga hehehe. Peace, Men!
Roland: @Lingga garing dong, Bro.
Lingga: @Roland masa bodoh!
Setelah selesai, Lingga beranjak keluar kamar dan menuju ruang makan untuk makan malam bersama keluarganya.
***
Kediaman Guinandra di Amerika.
Malam ini adalah malam terakhir Amelia berkumpul bersama keluarganya. Total 1 bulan lewat 3 minggu sudah dia lewati masa liburan di negeri paman sam itu dan besok dia sudah harus terbang ke Jepang, di mana dia akan menjalani kehidupan baru bersama keluarga Abyudaya.
Dia sengaja datang seminggu lebih awal sebelum tahun ajaran baru dimulai. Amelia ingin memanfaatkan waktu 1 minggu kedepan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya nanti.
Seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Mereka pun terlibat perbincangan hangat, meskipun berbincang saat makan bukanlah kebiasaan keluarga tersebut. Namun, mengingat si bungsu akan pergi maka saat itu hal tersebut mereka jadikan pengecualian.
"Jadi, Sayang. Apa kamu sudah siap untuk keberangkatan besok? Apa kamu siap hidup dengan keluarga Abyudaya? Apa kamu sanggup" tanya Manggala.
"Kalau tidak Amel coba bagaimana Amel bisa tahu kalau Amel sanggup, Dad," jawab Amelia.
"Kalau kamu merasa sudah tidak sanggup kamu langsung hubungi Kakak ya. Saat itu juga Kakak akan terbang jemput kamu, ok!" seru Kevin, Kakak pertama Amelia, sang putra mahkota keluarga Guinandra.
"Benar, juga kalau ada yang berani menindasmu atau menyakiti kamu nanti kamu langsung saja bilang ke Kakak. Tidak peduli siapapun bahkan Lingga sekalipun. Nanti akan kakak beri pelajaran mereka. Kakak-kakakmu ini tidak akan membiarkan siapapun menyakiti dan menindas kamu. Kamu punya dua Kakak laki-laki tampan yang siap melindungi kamu jadi jangan pernah takut. Apa kamu mengerti Mel?" kali ini Nick yang berseru.
"Iya ... iya Amel mengerti, Kak," ucap Amelia sambil tersenyum bahagia karena kakak-kakaknya begitu menyayanginya.
"Besok Mommy antar sampai ke kediaman Abyudaya ya? Penerbangan Amerika - Japan lumayan lama loh," kata Elsa.
"Tidak perlu, Mom. Amel kan ke sananya pakai pesawat pribadi bukan pesawat komersial jadi tidak akan terlalu lama di pesawat. Lagipula Amel kan udah biasa melakukan perjalanan jauh keluar negeri.
Uncle Mahawirya sudah menyuruh orangnya untuk men-standby-kan pesawat pribadi keluarga mereka di bandara malam ini. Besok, Kak Lingga sendiri yang jemput Amel di bandara Narita. Itu yang dikatakan Kak Lingga tadi waktu menghubungi Amel." Amelia mencoba menjelaskan pada Elsa dan seluruh keluarganya agar mereka tidak khawatir.
Akhirnya mereka melanjutkan acara makan malam dengan tenang setelah mendengarkan penjelasan Amelia.
***
Narita International Airport, Tokyo Japan.
Meskipun hanya memakai pakaian simple, Amelia tetap tampak cantik seperti biasanya. Dia mengenakan celana jeans biru muda dan blouse putih polos lengan 3/4. Rambutnya pun hanya di ikat ekor kuda agar penampilannya tetap rapi.
Amelia, meskipun dia masih belia, tetapi aura kecantikannya sudah terpancar hingga beberapa pengunjung airport tak melewatkan pemandangan menarik itu.
Amelia tersenyum lebar saat melihat sosok tampan, tinggi, putih tersenyum, melambaikan tangan kepadanya. Setelahnya, laki-laki itu berjalan perlahan namun pasti menuju ke arahnya.
